Markas kepolisian diributkan dengan kedatangan tim yang jadi buah bibir seharian. Awalnya hanya satu orang yang melihat mereka rapat dan pergi tapi rumor ternyata cepat sekali beredar. Galih, Kayden dan tim masuk ke dalam melawan tatapan penasaran orang-orang yang berlalu-lalang. Galih tidak peduli, ia menyuruh yang lainnya untuk kembali ke ruang rapat terlebih dahulu.
"Nih, ID lo selama bolak-balik kesini. Kalau ditanya, bilang lo penyidik yang ditugasin sementara disini sama pusat." Ucap Galih sambil memberikan sebuah kartu pass rekayasa pada Kayden.
"Sekarang lo ke klinik, ikutin petunjuk jalan. Jangan macem-macem dan tunggu gue sampe gue telpon atau kabarin lo."
"Lo mau ngapain?"
"Gue mau siraman rohani." Satu tepukan di bahu Kayden sebelum Galih meninggalkannya dan menyusul tim.
Suasana ruang rapat sedang tidak baik, Pak Sena dengan tatapan menyeramkan memperhatikan satu demi satu anggota tim yang membangkang perintah.
"Siapa yang mulai investigasi tanpa idzin ini?"
Lirikan matanya jelas mengarah pada Galih. Galih tidak serta merta menjawab, ia memperhatikan setiap kode dari yang lain.
"Saya, Pak." Ucapnya berani setelah paham situasi.
BRAK!
"MAKSUD KAMU APA?! Kamu ngebahayain warga sipil! Saya dapet kabar terbaru ada korban akibat kelakuan kalian ini. Semua kesalahan kalian bakalan dibebankan ke kepolisian, dan kalian dengan santai ngambil tindakan tanpa idzin?!"
"Kalau kita gak cari tau, kalau kita diem aja, masalah ini gak akan selesai, Pak! Gak ada titik terang di masalah ini,"
"Diam kamu!"
"Saya akan diam kalau Bapak paham maksud ucapan saya,"
"GALIH!" sekali lagi meja tidak berdosa itu menjadi sasaran kemarahan Pak Sena.
"Untuk kesalahan kamu itu, kamu diberhentikan sementara dari posisi kamu di tim sampai waktu yang ditentukan!"
Galih mendelik, membiarkan laki-laki itu melakukan apa yang dia mau.
"Saya gak setuju, Pak!"
Dengan berani Alexa menentang. Ia sama sekali tidak takut dengan atasannya itu, apapun yang Galih lakukan itu semata-mata untung kepentingan kasus dan kalau tetap salah, mata Pak Sena harus dibuka lebih lebar olehnya.
"Anak baru, gak nyangka saya."
"Hukum saya juga, saya yang ngasih ide Galih buat mulai investigasi!"
"Saya juga, saya yang ngasih informasi pertama kali ke Alexa."
"Kenapa gak sekalian saya, Pak. Saya yang bawa mobilnya ke TKP."
Saat satu persatu mulai bicara, Galih mengangkat satu tangannya meminta mereka berhenti. Ia bertanggung jawab. Sepenuhnya.
"Gak usah hukum mereka, saya terima hukuman itu."
"Galih," Alexa menahan tangan Galih saat ia hendak berdiri dsn pergi.
"Lo semua yang bener kerjanya tanpa gue."
Laki-laki itu membuka holster pistolnya, tanda kepolisian, jaket hitam miliknya lalu menaruh semuanya di atas meja. Earpiece yang ia tanggalkan tidak ia simpan di atas meja. Hanya bentuk pelepasan jabatannya sementara.
"Saya pamit, Pak. Saya penasaran apa yang bakal terjadi di unit ini tanpa saya."
Terkesan sombong tapi itulah yang dikatakan Galih sebelum meninggalkan ruang rapat. Tapi, ia menunjuk earpiece Sheila sebelum pintu ruang rapat itu tertutup.
YOU ARE READING
I Law You
Mystery / Thriller"All I can do is believe in you." Kayden Zaferino lagi-lagi harus terlibat di dalam kasus meninggalnya seorang pengusaha muda sukses yang misterius. Kasus itu menarik seorang Mezzaluna Auristella, mahasiswi tingkat akhir yang disalahkan atas apa yan...