5 - Sebar

108 8 1
                                    

"Lun? Lo bukan tersangka itu kan?"

Luna terpaksa harus mematikan panggilan itu lebih dulu. Ia melihat pop up pesannya yang sangat penuh. Mulai dari grup kelas sampai grup fakultas. Orang-orang itu sedang membicarakannya sedangkan di grup teman-teman dekatnya mereka sedang mencoba mendapat konfirmasi dari Luna.

"Kayden, emang di berita udah disebutin siapa nama tersangkanya?" tanya Luna harap-harap cemas.

Kayden mengerutkan keningnya, "Gak, belum ada. Konferensi pers kemarin cuma buat ngebahas kalau Rasen dibunuh bukan bunuh diri."

"Tapi di kampus beritanya udah nyebar, mereka tau aku jadi tersangka."

Kayden memutuskan menelpon Galih, ia bahkan belum bicara dengan laki-laki itu sedikitpun soal keterlibatannya dengan kasus ini. Ia hanya ingin memastikan kalau media resmi Tim Penyidik atau polisi tidak merilis data pribadi tersangka.

"Lih, lo ngasih tau nama tersangka ke publik?"

"Anjir, gue juga lagi sibuk ngurusin itu, Den! Cek website pribadi kita, ada yang ngeshare profil tersangka dan kita udah berusaha klarifikasi. Kita juga udah take down semua postingan tapi udah terlalu banyak yang nyebarin lagi. Sekarang udah susah kalau mau kita take down semuanya lagi, gue lagi pusing-pusingnya!"

"Coba tanya anggota lo atau bagian HUMAS!"

"Gak ada yang ngeshare itu, Den. Kita semua kan lagi ngurusin laporan kasus ini, kita juga tau prosedurnya jadi gak mungkin ada yang berani ngeshare profilnya dan udah gue cek juga. Kantor lagi berantakan banget sekarang, beberapa data penting juga ilang gak tau kemana."

Kayden hanya bisa menggeleng kecil saat Luna bertanya dengan suara yang sangat pelan, "Ini kalau ternyata tersangka gak salah dia bisa ngajuin tuntutan pencemaran nama baik ke tim lo!"

"Den, gue juga lagi usaha. Yang penting sekarang lo bantu gue dan jangan ikut terlibat di kasus ini, opini masyarakat udah jelek banget buat Luna."

"Gue udah mutusin terlibat dari kemarin."

"Hah?! Den, lo gak mutusin buat jadi pengacara Luna kan?"

"Gue udah terlibat, gue udah jadi pengacara dia dari kemarin."

Di seberang sana Galih menggebrak meja kerjanya, "Den, buktinya terlalu ngeberatin Luna! Kenapa lo gak nanya gue dulu sih?!"

"Gue mutusin sendiri karena gue udah duga kalau reaksi lo bakal kayak gini, gue tutup telponnya." 

Kayden memasukan ponselnya ke dalam celana, "Profil kamu udah nyebar, soal profil itu saya gak bisa lakuin apa-apa karena udah banyak orang yang nyebarin lagi meskipun informasi dari web itu udah dihapus."

"Iya, aku udah duga itu. Kamu gak usah urusin itu, asal kita bisa buktiin kalau aku gak salah semuanya bakal balik normal lagi kan?"

Kayden mengangguk, "Ya udah, sekarang kita ke tempat jus kamu kerja."

***

Kayden sedang duduk santai bersama Luna dan Bu Ela yang khawatir dengan keaadan Luna, perempuan itu bahkan harus menutup tokonya sementara meskipun toko miliknya dinyatakan bersih dari bahan kimia berbahaya. Ia harus memastikan kalau Luna tidak terlibat di kasus ini.

"Karena hari Senin Luna tidak ada jadwal kerja disini karena dia kuliah, selama hari itu apa ada yang berkunjung kesini?" tanya Kayden.

Bu Ela terlihat berpikir sejenak, ia berusaha mengingat-ingat apa saja yang terjadi di hari itu. "Ada yang berkunjung, saya ingat."

I Law YouWhere stories live. Discover now