16 - Tensi

66 2 0
                                    

Dua orang laki-laki masih sibuk berkutat dengan laptop masing-masing. Beberapa kali panggilan masuk ke ponsel mereka tapi tidak sedikitpun mereka angkat. Saat sedang sunyi, Galih mendadak ingat sesuatu.

"Kayden," panggilnya.

Kayden menengok sambil membenarkan kacamatanya yang merosot, ia memperhatikan Galih yang mengambil sebuah folder di dalam tas kerjanya. Satu kertas Galih keluarkan dari tas itu dan langsung ia simpan di atas meja.

"Lo kenal dia?" 

Mata Kayden menyipit memperhatikan data Azura di kertas itu. "Gue kenal, kenapa emang?"

"Dia orang yang nyerang adik Pak Rasen."

Percakapan yang tadinya tidak begitu Kayden hiraukan karena masalahnya dengan Azura mendadak jadi sebuah topik yang membuat laki-laki itu penasaran. Apa yang terjadi? Dan kenapa Azura terlibat dalam insiden penyerangan itu?

"Udah pasti kalau dia yang nyerang?"

"Plat nomor dia ketangkep CCTV, setelah kita cek ke polisi dia pemilik mobilnya."

"Seriusan lo?"

"Serius gue, lo tau ruangan dia dimana?"

"Lo mau ngapain dulu?"

"Gue mau ngomong baik-baik sama dia. Soalnya tim gue rencananya mau bawa dia ke kantor hari ini, gue mau ngomong baik-baik sama dia supaya gue bisa bantu dia kabur."

"Kabur? Dia yang nyerang kenapa dia lo bantuin kabur? Lo juga bilang kalau dia pasti penyerangnya!"

"Maksud gue kabur dari tim gue hari ini, sisanya itu urusan dia. Gue gak bilang dia pasti pelakunya."

"Enggak, gue masih gak ngerti kenapa lo mau bantu dia kabur."

"Gue ada firasat bukan dia pelakunya. Soalnya di waktu yang sama, ada laporan kehilangan mobil yang masuk ke polisi."

"Terus? Apa hubungannya?"

"Bisa aja mobil dia dipake pelaku aslinya buat dijadiin alibi dan nyeret dia ke masalah. Nanti dia persis kayak Luna. Bedanya dia cuma insiden penyerangan gak kayak Luna pembunuhan. Gue mau nyelidikin dan tanya baik-baik yang sebenernya ke dia, tim gue terlalu yakin dia pelakunya. Lo harus bantu gue!"

"Oke gue ngerti, ruangan dia persis samping gue."

"Oke, gue cabut dulu."

Kayden mengangguk, membiarkan Galih pergi 

●○⚖○●

Luna dikejutkan dengan Galih saat ia hendak membuka pintu ruangan Kayden. Galih tersenyum simpul padanya sebelum buru-buru pergi. Perempuan itu tidak menghiraukan Galih lagi, kaki jenjangnya yang terbalut jeans abu membawanya masuk ke ruangan Kayden.

"Luna?" panggil Kayden dengan nada tanya.

Perempuan itu hanya tersenyum kecil, ia duduk di sofa yang berada persis di depan Kayden yang masih sibuk mengamati banyak kertas yang berserakan. Pagi ini Luna berniat hanya mendatangi kampusnya dan menyerahkan beberapa tugas yang sempat terbengkalai, tapi ia mendadak ingat Kayden. Entah apa yang ia pikirkan saat itu, namun tidak ada angin atau hujan Luna ingin melihat laki-laki itu. Ternyata kenyamanan bicara banyak.

"Kamu ada perlu apa kesini?"

"Enggak ada apa-apa, cuma mau ketemu Kayden."

Tidak biasanya Kayden mendengar ucapan seperti itu dari seorang perempuan. "Kamu habis darimana?"

"Dari kampus, aku ngumpulin tugas."

"Gak ada yang ngapa-ngapain kamu?"

"Ada, mereka ngomongin aku. Aku masih bisa denger, tapi aku udah terlanjur capek. Telinga aku ketutup dengan sendirinya."

I Law YouWhere stories live. Discover now