Galih membenarkan lengan kemejanya sambil menunggu lift yang beranjak turun. Hari ini ia begitu antusias untuk memeriksa beberapa bukti terkait yang ia minta. Ia merencanakan dua pertemuan singkat sebelum akhirnya ia akan mampir ke kantor Kayden seperti biasanya. Pertemuan yang pertama dengan seorang dokter yang menangani Rasen sebelum meninggal dan yang kedua adalah orang dari perusahaan kartu kredit yang digunakan Rasen.
Lift terbuka, laki-laki itu langsung masuk ke dalam dan menekan tombol untuk lantai tujuh. Setelah naik beberapa lantai, pintu lift terbuka dan Galih segera keluar. Di sebuah sofa empuk duduk seorang perempuan berjas putih sedang menunggu kedatangannya. Galih tersenyum dan langsung mengajaknya masuk ke ruangannya.
"Gimana? Kamu bawa apa yang saya minta?"
Perempuan itu menyodorkan sebuah map cokelat berisi catatan kesehatan Rasen semasa hidup. "Pak Rasen tidak menderita penyakit serius yang perlu perawatan khusus tapi beberapa bulan ke belakang beliau mendatangi psikolog yang merupakan teman saya. Dia banyak bercerita tentang depresi dan kecemasan yang menderanya selama lima tahun menjalankan perusahaan."
Galih menyipitkan matanya pada sebuah nama asing yang tertera di lembaran berikutnya, "Ini obat untuk penyakit apa?" tanya Galih sambil menunjuk sebuah kata di kolom laporan yang dokter itu bawa.
"Itu bukan obat, itu hanya vitamin rutinan yang beliau minum untuk staminanya."
"Kalau dosisnya berlebihan, apa bisa langsung membunuh seseorang?"
"Seseorang yang kelebihan vitamin dalam badannya akan mengidap tipe Hipervitaminosis sesuai vitamin yang dia minum. Tapi itu akan memberikan dampak yang bertahap, tidak akan langsung membunuh seseorang."
Galih menganggukan kepalanya sambil menulis sesuatu di catatannya, "Di laporan ini, tidak ada satupun jenis obat penenang yang saya tahu. Apa rumah sakit sengaja memberikan beliau obat penenang dan menghapusnya dari catatan kesehatan pasien?"
"Rumah sakit bisa saja memberikan seorang pasien obat penenang tapi hanya untuk berjaga-jaga kalau sesuatu bisa terjadi pada pasien di luar rumah sakit dan pihak rumah sakit tidak akan menghapusnya dari catatan kesehatan, itu diperlukan dokter untuk melihat perkembangannya. Untuk kasus Pak Rasen kami dari rumah sakit tidak memberikannya obat penenang satupun karena kondisi mental Pak Rasen hanya memerlukan terapi jangka pendek."
"Berarti obat penenang yang ada di apartementnya bukan dari rumah sakit?"
Dokter itu mengangguk, membuat Galih semakin mengerutkan keningnya karena bingung. "Ya sudah, terima kasih atas bantuannya dalam kasus ini." Ucap laki-laki itu sambil berdiri dan menjabat tangan dokter perempuan itu.
"Kalau sekiranya ada yang bisa saya bantu lagi, bapak bisa langsung telpon saya."
"Terima kasih banyak, pasti akan saya lakukan."
Dokter perempuan itu pergi meninggalkan ruangan, sepeninggal dokter itu Galih bersandar pada sofa sambil memijat pelipisnya dengan satu tangan. Ia pikir kasus ini akan jadi lebih mudah karena adanya campur tangan rumah sakit, ternyata ia salah besar. Ia masih harus menunggu kabar kandungan jus itu sebelum bisa memberikan keterangan pada keluarga korban dan juga media. Keingintahuan masyarakat pada kasus pengusaha besar ini menambah kadar kepusingan Galih.
Bunyi ketukan pintu membuat Galih menengok, dilihatnya seorang perempuan menjulurkan kepalanya ke dalam. "Pak, pihak perusahaan kartu kredit sudah datang."
"Iya, suruh masuk."
"Rekaman CCTV dari polisi sudah masuk juga, Pak."
Mata Galih yang semulanya sayu mendadak terbuka lebar. "Kirim ke email saya sekarang!"
YOU ARE READING
I Law You
Mystery / Thriller"All I can do is believe in you." Kayden Zaferino lagi-lagi harus terlibat di dalam kasus meninggalnya seorang pengusaha muda sukses yang misterius. Kasus itu menarik seorang Mezzaluna Auristella, mahasiswi tingkat akhir yang disalahkan atas apa yan...