Kali ini Kayden mempersiapkan dirinya sendiri, benar-benar sendiri untuk sidang kali ini. Meskipun sidang ini bukan lagi tergolong sidang awal di kehidupan pengacara Kayden tapi ia sadar ada yang kurang.
Matanya menatap cermin, fokus yang tidak teralihkan dari dasi merah miliknya. Saat sidang pertama, Luna yang membenarkan dasinya.
"Apaan sih, kok gue malah inget yang lain!"
Nyatanya pikiran Kayden terpecah saat itu, Shakira masih disana. Di lubuk hati tempat hasrat Kayden berada.
Daripada berlama-lama menatap pantulan dirinya, Kayden bergegas pergi menuju pengadilan.
"Pak,"
Sekretaris Kayden mengangkat buket bunga warna merah di tangannya. "Ini untuk bapak."
"Buang atau kamu bawa pulang."
"Tapi ini dari Bu Azura."
"Tetep aja, buang atau kamu bawa pulang."
Saat laki-laki itu berbalik ia dikejutkan dengan Azura yang berdiri di depannya dengan tatapan sendu yang membuat Kayden mendadak ingin cepat pergi dari tempat itu.
"Kayden, gue minta maaf soal yang waktu itu."
"Gak usah minta maaf, sekarang lo minggir gue ada sidang habis ini."
Tangan Kayden dicengkram cukup kuat oleh perempuan itu. "Ra, lepasin gue!"
"Kenapa lo ngejauh dari gue setelah kejadian itu?"
"Gue gak pernah ngejauh, lo terlalu sentimentil buat apapun yang gue lakuin dan gue cukup terganggu buat itu."
Nusuk.
Tangan Azura perlahan melepas tangan Kayden. "Lo masih tetep dingin sama gue."
"Gue emang dasarnya gini kalau lo belum tau. Sekarang mending lo berhenti dan balik ke kondisi normal antara kita berdua."
Laki-laki itu pergi tanpa hambatan, padahal di setiap langkahnya Azura selalu berharap laki-laki itu berbalik dan memandangnya bukan sebagai teman sejawat.
***
"Yang dinyatakan oleh jaksa memang benar. Tapi dilihat dari kemungkinannya, mana mungkin seseorang memanjat tembok besar itu tanpa tali padahal tidak ada satupun pijakan yang bisa ia gunakan. Dari pemeriksaan tidak ada jejak dari luar rumah, itu artinya pelaku membuat skenario di dalam rumahnya dan menjadikan saudari Luna sebagai kambing hitam dari masalah ini. Seorang perempuan seperti Luna untuk apa naik ke atas tembok besar itu? Lagipula bekas beling yang ditemukanpun sudah cukup menjadi bukti kalau pelemparan itu hanya skenario untuk pengalihan isu penembakan Pak Rezki oleh Andre. "
"Apa yang membuat anda yakin kalau ini sebuah skenario dan pengalihan isu?"
"Belum sehari penembakan itu terjadi tapi publik sudah diberi konsumsi berita dari pelemparan surat kaleng. Tidak ada yang meliput atau berita apapun tentang penembakan itu agar publik dialih fokuskan pada kasus yang lain. Ini sudah jelas skenario yang dibuat agar opini alan terus terarah pada saudari Luna sendiri."
"Baik kalau begitu, saudara Kayden silahkan menempati tempat duduknya kembali."
Kayden duduk kembali ke kursinya sambil memeriksa beberapa kertas bukti yang ia cetak. Matanya mengarah pada Luna dengan wajah yang pucat dan bibir yang terkatup rapat. Ia ingin sidang ini cepat selesai agar Kayden dan Galih bisa mencari tahu siapa pelaku sesungguhnya.
YOU ARE READING
I Law You
Mystery / Thriller"All I can do is believe in you." Kayden Zaferino lagi-lagi harus terlibat di dalam kasus meninggalnya seorang pengusaha muda sukses yang misterius. Kasus itu menarik seorang Mezzaluna Auristella, mahasiswi tingkat akhir yang disalahkan atas apa yan...