29 - Penargetan

57 2 0
                                    

Setelah acara interogasi Shakira yang membingungkan. Alexa bergegas mengantar Kayden sebelum Galih melihat mereka. Setibanya di pertigaan koridor mereka berdua malah bertemu dengan Galih dan anggota tim yang lain. Sunggu sial, Alexa mulai gagap melihat Galih menatapnya dengan tatapan tanya.

Ia kira Galih akan menghujaninya dengan pertanyaan, tapi ternyata Galih malah menariknya sekaligus dengan Kayden. "Axel mau dibebasin hari ini."

Tidak banyak bertanya, keduanya hanya mengikuti kemana Galih dan anggota tim yang lainnya pergi. Ternyata ruangan yang mereka tuju adalah ruang kerja Pak Sena. Mengingat apa yang sempat terjadi dengan Galih dan Pak Sena, Alexa yakin laki-laki itu tidak akan bicara baik-baik. Apalagi dengan setumpuk kertas yang ada di tangan Varo dan Lintang,juga flashdisk dengan kalung yang dipegang oleh Sheila.

"Galih! Ada apa lagi ini?!" teriak Pak Sena yang terkejut sampai cangkir kopi yang ada di tangannya terguncang dan kopinya tumpah ke lantai.

"Bapak ngebebasin Axel atas dasar apa?! Penyidikan kami belum selesai!"

"Bukti yang kalian kasih gak ada satupun yang bisa dijadikan bahan untuk memasukan Axel ke penjara! Kalian mau membuat kami malu lagi dengan tuduhan pemalsuan bukti?"

Galih menarik tumpukan kertas dari tangan Varo dan menyimpannya ke atas meja, "Semua bukti ini valid, kami sudah periksa semuanya. Sekarang cabut idzin pembebasan Axel dan masukin dia ke penjara."

Pak Sena terlihat tidak tertarik dengan dokumen yang dibawa oleh Galih, ia sudah hafal betul dokumen itu. Itu dokumen yang sama yang sudah dicek berkali-kali kebenarannya oleh tim yang lain. Karenanya ia mengambil dokumen itu dan mendorongnya ke dada Galih, "Ini dokumen yang gak valid, buat apa saya buang-buang waktu buat periksa ini lagi."

Bukannya mengambil dokumen itu, Galih membiarkan dokumen itu jatuh ke lantai saat tangan Pak Sena pergi dan tidak menyangga dokumen itu lagi. Sekarang malah dokumen yang lebih tebal dan berat yang Lintang simpan di atas meja karena Galih tidak bisa membawanya dengan satu tangan.

"Itu bukti korupsi dana yang lain, semua data sudah valid. Atau kalau Bapak gak percaya-" Sheila menaruh flashdisknya di atas dokumen, "bapak bisa lihat sendiri semua data dan sumber datanya di flashdisk. Silahkan cek satu persatu ke sumbernya kalau Bapak gak percaya."

"Astaga, kamu datang hanya untuk ini, Galih? Kamu buang-buang waktu saya!"

"Bapak yang buang-buang waktu kami! Bapak pikir ngumpulin dokumen sebanyak ini kami gak perlu banyak waktu apa?! Sekarang cabut idzin pembebasannya."

"Idzinnya udah dicetak, semua persyaratan sudah disetujui, perjanjian juga dilegalisir oleh pihak mereka. Kalau kalian mau hentikan, hentikan sendiri!"

"Bapak inget terakhir kali Bapak mengabaikan omongan saya? Apa yang terjadi? Semuanya berantakan, saya gak akan bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu setelah ini. Oh, dan satu lagi, kalau Bapak berpikiran untuk membuang atau membakar semua bukti ini. Tenang, kami siapkan semua cadangannya biar Bapak puas."

"Arzaga!"

Galih tidak menghiraukan panggilan itu, ia melangkah pergi diikuti dengan anggota tim yang lain. Padahal Galih tahu betul tindakannya akan menimbulkan resiko yang besar tapi kalau tidak ia tidak akan bisa menyelesaikan kasus ini sampai kapanpun.

○●⚖●○

Di ruang rapat semuanya sibuk dengan urusannya masing-masing. Sheila yang sedang membolak-balik kertas, Theo yang menonton Netflix untuk beristirahat sejenak, Lintang yang tertidur, Galih yang sejak tadi berusaha membuat matanya tetap terbuka, Varo yang memperhatikan kartu pass ruang file yang sejak waktu itu Galih titipkan padanya saat sudah ditemukan, dan Alexa yang sibuk mengulang-ulang jawaban Shakira di interogasi tadi.

I Law YouWhere stories live. Discover now