13 - Fakta Baru

87 4 0
                                    

Galih berbaris rapih sejajar dengan rekan satu timnya menunggu pengumuman apa yang akan disampaikan oleh atasannya. Ia sudah berdiri cukup lama sambil terus menghubungi timnya di penjara untuk melakukan tes dengan alat deteksi kebohongan.

Kumpulan penyidik itu menghentikan aktivitasnya dan menghadap depan saat atasan mereka akhirnya datang. Tapi ia tidak sendirian, laki-laki itu membawa seorang perempuan dengan seragam yang sama dengan Galih.

"Selamat pagi semuanya!"

"Pagi!!"

"Hari ini saya ingin memperkenalkan kalian semua pada anggota tim kalian yang baru."

Semua mata memandang perempuan dengan iris mata keabu-abuan itu. Tatapan teduhnya seakan menyihir semua orang saat itu termasuk Galih.

"Perkenalkan anggota baru kalian, Alexandra Genova. Dia akan membantu kalian menyelesaikan kasus mendiang Rasendriya."

Perempuan itu membungkuk, "Mohon bantuannya semua!"

"Galih, sebagai ketua kamu yang membimbing Alexa dengan semua prosedur yang ada."

"Siap, Pak!"

"Kalau begitu saya tinggal kalian beradaptasi, semoga kasus ini cepat selesai."

Semua mengangguk, mata Galih langsung bertemu dengan milik Alexa. Perempuan itu menghampirinya.

"Alexa," sebut perempuan itu sambil mengajak Galih berjabat tangan.

"Galih," ucap Galih sambil menyambut jabatan tangan itu.

Alexa tersenyum, ia merasa pekerjaannya di tempat baru akan lebih menyenangkan dengan melihat wajah Galih.

"Gue harap lo cukup kompeten buat masuk tim ini, jam kerja kita banyak, lo bisa ditelpon kapan aja sama siapa aja di tim ini dan lo harus selalu siaga. Kita penyidik bukan orang yang bisa main-main."

Atau mungkin tidak.

***

Mobil putih milik Galih terparkir di depan gerbang tinggi menjulang kediaman mendiang Rasen. Kayden dan Galih turun dari mobil dan berjalan ke depan gerbang itu. Bel depan ditekan dua kali oleh Galih, keduanya menunggu dengan sabar di depan gerbang.

"Ini bel gak rusak kan?" tanya Galih.

"Gak, kemarin masih jalan. Coba lo telpon."

"Lah, kemarin kan lo yang dikasih kartu namanya. Udah lo kabarin kalau kita jadi dateng kan?"

"Udah, HP gue habis gue matiin lo telpon aja gue sebutin nomornya."

Kayden menyebut sederet angka diikuti dengan Galih yang menekan nomor-nomor itu di ponselnya. Laki-laki itu menempelkan ponselnya ke dekat telinga menunggu balasan dari ajudan itu.

"Gak diangkat, Anjir!"

Kayden melirik CCTV yang terpasang di atas bel namun letaknya cukup tersembunyi.

"Lih, periksa gerbangnya dikunci gak? Ini CCTV mati."

Galih berjalan ke depan pembuka gerbang, sama sekali tidak digembok.

"Gak digembok, masuk aja kali."

Kayden mengangguk setuju, keduanya masuk ke dalam rumah itu. Sampailah mereka di pintu utama, Kayden mendorong pintu itu tapi tidak bisa.

I Law YouWhere stories live. Discover now