Raeni POV
Ku langkahkan kaki ku menyusuri koridor kampus dengan satu hal yang yang terus berada dipikiranku sejak kemarin malam. Apakah perjodohan yang menantiku dapat ku lalui dengan baik. Apakah rumah tanggaku nanti akan bahagia mengingat ini adalah perjodohan tanpa adanya cinta yang memulai. Apakah dia menerima perjodohan ini. Bagaimana jika dia menolak dan mendapatkan paksaan yang keras dari orang tuanya. Ya Allah pikiran itu terus menghantuiku, ridhoi lah setiap langkah hambamu ini.
"Raenita!!"
"Raenita!!"
Ku dengar suara yang ku kenal meneriakkan namaku namun badan ku tak merespon untuk berbalik hingga kurasakan sentuhan dibahuku.
"Eh, kamu budek ya, dipanggil nggak noleh..." ucap seseorang yang sedari tadi meneriakiku.
"Kamu kenapa sih ? Dari tadi pagi sampai kelas selesai tuh muka datar terus nggak kaya' biasanya dan sekarang malah jalan sambil ngelamun," lanjutnya yang saat ini telah berada dihadapanku.
"Hmmm... A--Aku nggak apa-apa kok" ujarku kebingungan ingin cerita tapi juga tidak.
"Kamu tuh, dijidat tuh jelas banget kalau otak mu tuh lagi puyeng entah mikir apa..." ucapnya sambil menyentil dahiku.
"Auuu... sakit," keluh ku
"Kamu cerita deh, siapa tau aku bisa bantu, aku kan juga orangnya nggak ember," ucapnya menatapku penasaran.
Aku pun menceritakn tentang perjodohan yang menantiku.
"Wah enak dong..." ucapnya yang terdengar senang.
"Kalau aku jadi kamu ya aku pasti merima dengan senang hati, jomblo ini juga... ya aku senang aja kalau dijodohin. Sebaiknya kamu nggak usah mikirin, toh kamu sudah nyetujuin... bismillah dan serahkan semua pada Allah, mungkin itu adalah jodoh yang dikirimkan untuk mu," lanjutnya dan merangkul bahuku memberi dukungan
Rasanya isi dalam pikiran ku berkurang setelah ku ceritakan pada sahabatku Yulita yang tersenyum seakan memberikanku dorongan lebih untuk mengikhlaskan semuanya.
...
Malam telah tiba dan aku bersama mama telah menyiapkan segala hal untuk menyambut keluarga calon ku.
Setelah menyelesaikan sholat isya, ku duduk di depan meja rias dengan perasaan yang pastinya gugup menantinya.
"Raeni... keluarga calonmu sudah datang nak, cepat keluar," ucap mama dibalik pintu kamar ku.
Aku pun bergegas memakai khimar dan merapikan penampilanku.
¤ruang tamu¤
Saat ini kami telah duduk di ruang tamu. Aku menatap sesekali tiga orang yang menjadi tamu kami dan tak lain adalah calonku bersama keluarganya.
"Raeni kenalin Om Gunawan dan Tante Sita..." ucap papa dan memberikanku kode untuk menyalami mereka.
"Saya Raenita Om.. Tante." Aku menyalami kedua orang itu.
"Dan dia, pria tampan itu namanya Alvian," ucap papa menatap pria itu dan beralih menatapku.
Aku hanya bisa senyum ketika pria yang dikenalkan papaku itu menatapku, oh tidak, bukan tatapan tapi hanya sekedar melirik. Seperti yang ayah katakan dia tampan dan tak ada celah untuk ku mengkritik fisiknya, selain sikapnya yang membuatku tidak nyaman. Ya Allah semoga ini yang terbaik untukku dan keluargaku.
"Baiklah, kita sudahi perkenalannya, aku langsung ke inti kedatangan kami..." ucap om gunawan menatap mama dan papa bergantian.
"Jadi kedatangan kami kesini ingin melamar Raeni untuk Alvian." lanjutnya dan beralih menatapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Suamiku (Completed)
General FictionRaenita Subanda (19 th), gadis ceria nan cantik yang dijodohkan oleh orang tuanya dengan lelaki berusia 25 th yang tidak dia kenal bahkan bertemu pun tidak pernah. Dan dengan keikhlasan hatinya, dia menyetujui persyaratan calon suaminya yang akan me...