#18 kakak-adik

15.2K 615 21
                                    

Author POV

Masih di hari yang sama.

Di rumah sakit tempat Nasta dirawat. Landra menunggui adiknya. Landra menatap Nasta yang terbaring lemah dan wajahnya yang pucat. Ada amarah dalam tatapannya, tapi rasa sayang dan sedih melihat kondisi adiknya itu jauh lebih besar. Tangan kiri Landra mengusap lembut rambut adiknya, sedangkan tangan kanannya, menggenggam tangan Nasta.

_____

Di tempat lain, di rumah Alvian dan Raeni. Suasana menjadi sangat tenang. Setelah pelukan lima menit yang diinginkan Alvian, tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Alvian langsung saja meninggalkan Raeni tanpa berkata apa pun dan menuju kamarnya.

Raeni beberapa kali menanyai Alvian. Raeni mengikuti Alvian masuk ke kamar dan terus bertanya, bahkan saat Alvian masuk ke kamar mandi, Raeni tetap bertanya dari luar kamar mandi, tapi tak ada jawaban dari Alvian.

Setengah jam Alvian di kamar mandi, Raeni pun tetap setia berdiri di depan pintu kamar mandi. Alvian keluar dan pakaian kerjanya telah berganti dengan pakain rumah, dia pun tampak segar setelah mandi.

"Kak, kakak kenapa ?" tanya Raeni untuk yang kesekian kalinya. Raeni mengikuti Alvian yang menuju tempat tidur.

"Raeni, aku lelah, kumohon untuk saat ini tinggalkan aku sendiri," ucap Alvian kemudian membaringkan dirinya di ranjang.

Raeni yang akhirnya mendapat jawaban walau bukan jawaban yang dia inginkan, akhirnya menyerah untuk bertanya lebih jauh. Raeni keluar kamar, membiarkan Alvian untuk istirahat.

Setelah Raeni keluar kamar, Alvian menatap ke arah pintu dengan sedih.

"Apa aku harus memberitahu Raeni keadaan Nasta. Jika dia tahu, dia bisa memberikan dukungan pada Nasta. Mereka sama-sama perempuan, mungkin saja Nasta akan lebih leluasa cerita. Tapi... tapi...." Alvian berbicara pada dirinya sendiri. Dia bangun dari posisi tidurnya menjadi duduk.

"Arrrghh...." Alvian mengacak rambutnya. Dia bingung harus memberitahu Raeni atau tidak. Dia taku jika saja Nasta akan semakin terpuruk jika banyak yang mengetahui kondisinya. Hal ini merupakan aib baginya dan mungkin saja dia tidak ingin ada orang lain yang mengetahuinya, terlebih Raeni belum terlalu dekat dengan Nasta. Tapi, disisi lain dia sangat ingin cerita pada Raeni dan juga berpikir Raeni bisa membatu Nasta. Dia bingung harus bagaimana.

Setelah beberapa menit bergulat dengan pikirannya sendiri. Alvian memutuskan untuk tidur saja.

_____

Malam tiba, jarum jam telah menunjuk pada angka 9. Landra masih menemani disamping Nasta. Landra yang merasa lelah, ketiduran dengan posisi duduk disamping ranjang Nasta.

Perlahan mata Nasta terbuka. Hal pertama yang dia lihat adalah sang kakak yang tidur sambil memegang tangannya. Tanpa Nasta bisa tahan, air mata Nasta kembali menetes.

Nasta mengelus kepala Landra.

"Maafkan Nasta a', Nasta...." Nasta berusaha untuk tidak terisak. Dia menahan suara tangisnya walau air matanya terus keluar.

Perlahan Landra bangung karena sentuhan di kepalanya.

"Nas, kamu sudah sadar dek." Nasta dengam cepat mengahapus air matanya.

"Maafkan Nasta a'," ucap Nasta. Air mata yang ia hapus kembali berganti dengan tetesan lainnya.

Nasta tak bisa menahan air matanya, namun kali ini dia tidak ingin mengeluarkan suara tangisan. Pikirannya yang tadinya kacau, kini perlahan normal. Nasta lebih tenang.

"Maafkan Nasta." Ucap Nasta lagi.

"Usshhh... aa maafkan, tapi aa ingin kamu ceritakan semuanya." Landra mengelus rambut Nasta.

Cinta Untuk Suamiku (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang