#1 Permintaan Ortu

33.7K 1K 38
                                    

Pagi hari yang cerah menambah kecerahan sebuah kamar bernuansa putih bersih, rapi dan terdapat berbagai tanaman hias. Dalam kamar itu, seorang gadis sedang memakai khimar-nya bersiap untuk berangkat ke suatu tempat.

tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu.

"Raeni... sudah bangun sayang ?" tanya seorang wanita paruh baya dari luar kamar.

"Iya Ma, Raeni sebentar lagi keluar," ucap gadis beranama Raeni. Gadis itu mengambil tasnya di atas kasur kemudian membuka pintu.

"Mamaku sayang akau sudah siap, ayo turun." Raeni langsung merangkul mamanya dan menuju ruang makan.

"Ma, Raeni nanti pulang telat ya, soalnya setelah ngampus Raeni mau ke rumahnya teman dulu ngumpul-ngumpul," lanjutnya saat sudah duduk di meja makan.

"Iya, tapi jangan pulang terlalu malam ya, batasnya cuma sampai isya," ucap sang mama.

"Dan nanti setelah pulang ada yang ingin Mama omongin, " ucapnya melanjutkan.

"Ngomong apa Ma ?" tanya Raeni penasaran.

"Nanti aja... sekarang cepat makan setelah itu ke kampus," ucapnya dengan senyum.

"Oke Mama sayang," ucap Raeni.

Mereka sekeluarga menyantap sarapan.

________

Malam pun tiba dan sholat isya telah terlaksana. Terlihat keluarga Raeni yang sedang duduk di ruang keluarga.

"O ya Ma, katanya tadi ada yang mau diomongin ke Raeni... apa yang ingin Mama bicarakan ?" tanya Raeni.

"Hmmmm...." Terlihat mamanya ragu untuk berbicara.

"Biar Papa aja yang ngomong," ucap Mr. Subanda.

"Begini Raeni, Mama dan Papa berencana untuk menjodohkan mu dengan anak teman Papa," lanjutnya menatap Raeni.

Tak ada reaksi dari Raeni selain melongo melihat orang tuanya.

"Raeni, bagaimana pendapat mu nak ?" Mr. Subanda menunggu jawaban anaknya yang terlihat diam.

Raeni terdiam, sampai mamanya memegang bahunya.

"Sayang... kamu mau kan menerimanya?" tanya Mrs. Subanda.

Raeni berusaha mengendalikan dirinya dari rasa kebingungan.

"Mama yakin mau jodohin aku saat ini ?" tanya Raeni menatap mamanya.

"Mama yakin Raeni sayang," ucap Mrs. Subanda yakin.

Raeni menatap papa dan mama nya bergantian.

"Kalau itu keputusan kalian, Raeni terima," ucap Raeni setelah meyakinkan dirinya.

"Raeni yakin apapun pilihan kalian, itu terbaik buat Raeni," lanjut Raeni.

"Alhamdulillah, terima kasih sayang." Mrs. Subanda langsung memeluk anaknya.

"Kalau begitu semua sudah pasti dan besok calonmu beserta keluarganya akan datang."

Mata Raeni membulat sempurna mendengar ucapan papanya. Bagaimana tidak, baru diberitahu akan dijodohkan dan ditambah lagi dengan pemberitahuan bahwa calonnya akan datang besok.

" APA!! Besok pa ?" tanya Raeni kaget.

"Iya besok malam sayang," ucap Mrs. Subanda.

"Kok cepat sekali sih Ma, baru juga tadi Raeni dikasih tau tentang perjodohan ini dan besok sudah...." Raeni terlihat bingung dan sedikit kesal pada orang tuanya.

"Lebih cepat lebih baik sayang," ucap Mrs. Subanda mengusap lembut rambut anaknya.

"Tapi besok Raeni ngampus sampai sore."

Raeni mencari alasan siapa tau pertemuan dengan calonnya dapat diundur dulu. Walau sebenarnya, dia hanya ada kuliah pagi.

"Mereka datangnya malam sayang, kamu udah pulang ngampus kok."

Mrs. Subanda senyum menatap putrinya yang pasti ia ketahui belum siap.

"Kamu nggak tanya nama calon mu ?" tanya Mr. Subanda.

"Emang namanya siapa?" tanya Raeni dengan nada biasa saja seolah tak terlalu peduli.

"Hmmmm beritahu nggak ya...." Mr. Subanda menjahili putrinya.

"Ih Papa nih, tau begitu nggak usah bahas soal namanya." Raeni cemberut menerima candaan papa nya.

"Hahaha... ih anak papa ngambek." Mr. Subanda tertawa kecil.

"Papa nih kerjanya candaain anak terus...," ucap Mrs. Subanda sambil memukul kecil lengan suaminya.

"Raeni nggak usah tau sekarang, besok aja ya agar besok lebih berkesan," lanjut Mrs. Subanda.

"Ih Papa sama Mama... ya udah Raeni tidur aja deh." Raeni berdiri hendak berlalu ke kamarnya.

"Mama sama Papa selamat tidur ya," lanjut Raeni mendekat mencium pipi kedua orangtuanya.

"Selamat tidur sayang," ucap Mr dan Mrs. Subanda bersamaan.

Malam yang mengejutkan, itulah yang dialami Raeni dan menemani tidurnya.

________

Ditempat lain pun, di dalam rumah yang besar namun tak semegah istana dari negeri dongeng, terdapat keluarga dengan pembahasan yang sama dan lebih menegangkan dari suasana rumah Raeni. Ya, rumah tersebut dihuni oleh keluarga calon suami Raeni.

"APA!! AYAH SAMA BUNDA INGIN MENJODOHKAN KU ?" teriak seorang lelaki yang terkejut mendangar kata perjodohan dari kedua orangtuanya.

"Kamu nggak usah teriak begitu," ucap ayah dari lelaki itu dengan santai.

"Terima saja ya nak, lagian kamu kan nggak punya pacar, apa salahnya kalau kami jodohkan," ucap bundanya memegang tangan anaknya lembut.

"Tapi Bunda, aku udah besar, aku bisa cari masa depanku sendiri dan lagian umurku juga masih 25 tahun." Laki-laki itu menatap orangtuanya bergantian.

"Sebaiknya kamu terima saja keputusan kami. Selama ini Ayah sama bunda tidak menuntut banyak sama kamu, kami bebaskan kamu untuk mengambil keputusan untuk kuliah dan kerjaanmu, dan baru kali ini kami hanya meminta untuk kamu menerima perjodohan ini," ujar ayahnya berharap anaknya menerima.

"Ayah yakin sekali kamu tidak akan menyesal dengan pilihan kami," lanjut sang ayah.

Hening selama beberapa menit menunggu jawaban sang putra.

"Baiklah aku akan terima, tapi aku memiliki satu syarat," ucap lelaki itu menatap ayahnya.

"Syarat apa?" tanya sang ayah.

"Aku nggak mau beritahu sama Ayah dan Bunda sekarang, aku mau mengatakannya langsung didepan keluarga calon pilihan kalian," ucap lelaki itu.

"Baiklah tapi Ayah harap kamu tidak akan memberikan syarat yang membuat kedua orangtuamu malu," ucap sang ayah.

"Ya sudah sayang, sekarang kamu pergi tidur. Besok malam kita akan ke rumah calonmu," ucap sang bunda mengelus pundak tangan anaknya.

"Baiklah, kalau begitu aku masuk kamar dulu." Lelaki itu hendak berlalu ke kamarnya meninggalkan orangtuanya yang terlihat lega.

"Tunggu...." Sang ayah menghentikan langkah anaknya untuk menaiki anak tangga pertama.

"Kamu tidak tanya siapa calon istrimu?" lanjut sang ayah bertanya.

"Nggak usah, besok juga aku akan lihat. Lagian kalau aku tahu dan bilang nggak suka, Ayah sama Bunda tetap akan menjodohkan ku kan," ketusnya. Dia tahu dosa berbicara seperti itu pada orangtuanya, tapi kesalnya menguasai.

Laki-laki itu pun meninggalkan orangtuanya dan berlalu ke kemarnya dengan sangat kesal, menemani sisa malamnya.

Cerita pertama part pertama

Masih awal, jangan bosan dulu, lanjut baca part selanjutnya 😊

Cinta Untuk Suamiku (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang