Author POV
"Terus kakak udah beritahu ayah dan bunda ?" tanya Raeni. Mereka masih asyik berjalan sambil bergandengan tangan.
"Belum," jawab Alvian singkat.
Raeni mengerutkan keningngnya.
"Kok belum, pernikahannya kan udah minggu depan," ucap Raeni dengan nada bertanya.
"Mending sekarang kakak telpon bunda atau ayah deh. Kita duduk di situ biar kakak enak nelponnya." Raeni menunjuk sebuah kursi panjang di depan salah satu toko yang berjejer.
Alvian ikut saja.
"Mama dan papa bagaimana ?" tanya Alvian saat mereka telah duduk.
"Hmm itu... nanti saja Raeni beritahu," ucap Raeni.
"Kalau begitu, nanti saja saat kita sudah berada di rumah, baru kita menelpon mereka sekalian sama mama dan papa," ucap Alvian.
"Ya sudah kalau itu mau kakak. Hmm bagaimana ya reaksi mereka, Raeni nggak mau mereka bersedih." Raeni kembali murung mengingat orang tuanya.
"Sudahlah, sekarang kita nikmati saja, jarang kan kita keluar bersama."
Entah apa yang merasuki Alvian. Dia tersenyum, senyum yang sangat jarang dia perlihatkan.
Raeni mengerutkan keningnya.
"Kenapa kamu memandangku begitu ?" tanya Alvian bingung melihat tatapan Raeni.
"Kakak nggak sakit kan ?" Raeni menyentuh dahi Alvian.
Kini Alvian yang mengerutkan keningnya.
"Kakak tahu nggak, semenjak keluar dari cafe tadi, kakak tuh aneh. Eh tidak, kakak aneh semenjak ngajak Raeni kesini. Udah tiba-tiba bawa Raeni kesini, kakak tiba-tiba menggandeng tangan Raeni terus sekarang kakak bicara sambil tersenyum dan bilang ini kencan pertama kita," ucap Raeni.
"Emang salah menggandeng tangan istri sendiri ? Emang salah senyum hah ?" Alvian menaikkan satu alisnya.
"Ya nggak sih, tapi aneh aja ngelihat kakak begitu dan sekarang itu kakak masih saja memegang tangan Raeni." Raeni menaikkan tangannya yang masih dipegang Alvian.
"Ini supaya kamu nggak sedih lagi." Alvian mengeratkan genggamannya.
"Ih emang siapa yang sedih." Raeni hendak menarik tangannya agar terlepas dari genggaman Alvian, namun sang suami tidak membiarkan.
"Nggak tahu tuh, emang siapa yang tadi menangis, apalagi tadi dilihatin banyak orang." Alvian mengalihkan pandangannya melihat ke jalanan sambil menarik sedikit garis bibirnya ke atas.
"Ih kakak...." Raeni mencubit pelan lengan Alvian.
"Gara-gara kakak tuh aku malu, coba kita di rumah." Raeni memaksa menarik tangannya hingga berhasil terlepas. Dia melipat kedua tangannya di dada.
"Duh duh, istriku ngambek." Alvian mencubit pelan pipi Raeni.
"Tuh kan semakin aneh," ucap Raeni sambil memegang pipinya.
Alvian hanya tertawa kecil melihat istrinya.
"Sudahlah, sekarang kita jalan-jalan saja, datang kesini hanya duduk saja, pemborosan namanya." Alvian berdiri dan kembali menggenggam tangan Raeni.
Walaupun diluar terlihat kesal, namun dalam hati Raeni dia tersenyum.
Mereka kembali berjalan.
"Hmm kak... karena kita sudah disini, Raeni pengen foto di tempat yang banyak payungnya," ucap Raeni menatap Alvian antusias, berharap Alvian ingin ke tempat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Suamiku (Completed)
General FictionRaenita Subanda (19 th), gadis ceria nan cantik yang dijodohkan oleh orang tuanya dengan lelaki berusia 25 th yang tidak dia kenal bahkan bertemu pun tidak pernah. Dan dengan keikhlasan hatinya, dia menyetujui persyaratan calon suaminya yang akan me...