Alvian POV
"Alvian"
"Alvian"
"Alvian!!"
"Kamu kenapa sih ?" Tanyaku dengan menaikkan volume suaraku karena kesal pada seseorang yang sedari tadi memanggilku. Bagaimana tidak kesal, sedari tadi, sejak aku masuk ke ruangan ku dia terus merengek seperti anak kecil yang meminta dibelikan mainan.
"Aku mau kita kerumahmu." Ucapnya yang sedari tadi berdiri dihadapanku.
"Kamu kenapa sih minta kerumah mulu...." Ucapku kesal.
Sejak dua hari yang lalu saat Sugi membicarakan tentang Raeni, Landra terus mengatakan ingin ke rumah ku. Dia seperti hantu yang terus bergentayangan disekitarku, bahkan saat di rumah pun dia terus menelponku. Bukannya aku tidak mengizinkan dia ke rumah, hanya saja sekarang aku tidak tinggal sendiri, ada Raeni. Aku takut dia akan merasa tidak nyaman, terlebih aku tahu sekali maksud Landra ingin ke rumahku.
"Astaga Vian, aku hanya ingin silaturrahmi, apalagi kamu baru pindah. Kamu seperti tidak punya teman saja, pindah rumah nggak bilang-bilang." Ya aku akui, aku memang salah karena tidak memberitahukan semuanya pada temanku bahkan kami sudah cukup lama saling mengenal. Tapi, aku merasa masih belum siap memberitahukan semuanya.
"..." aku tak merespon ucapannya.
"Alvian... ayolah, apa masalah nya sih jika aku mau ke rumahmu." Ucapnya merengek.
"Sebaiknya sekarang kamu ke ruanganmu. Memangnya kamu tidak punya pekerjaan apa ?" Ucapku ingin sekali dia keluar.
"Tidak, semuanya sudah selesai." Aku mengerutkan keningku. Ya kali, masih pagi gini pekerjaannya sudah selesai.
"Kalau gitu jangan ganggu aku, sekarang kamu sebaiknya keluar." Aku mendorongnya menuju pintu.
"Tidak." Belum sampai di pintu, dia malah berlali menuju sofa.
"Tidak, aku akan tetap disini sebelum kamu menyetujui untuk mengundang kami ke rumahmu." Ucapnya.
"Argghhh...." Aku mengusap wajahku, ingin rasanya meneriaki Landra.
"Ayolah Lan, tidak ada yg istimewa di rumahku, jika sudah waktunya aku akan undang kalian kok." Ucapku mendekatinya.
"Ada yang istimewa kok." Ucapnya pelan tapi masih bisa ku dengar.
"Aku maunya hari ini kita ke rumahmu Alvian!" Ucapnya kekeh.
"Ya sudah terserah kamu saja, mau duduk seharian disitu ya sudah... terserah." Ucapku kesal dan meninggalkannya menuju meja kerja ku.
Aku malas untuk meladeninya. Ku biarkan dia melakukan apapun yang diinginkannya. Ku tinggalkan dia. Tapi apa yang dia lakukan, setelah beberapa menit ku tinggalkan, dia malah melakukan pergerakan yang sangat mengganggu. Dia mondar mandir di depanku sambil menghentak-hentakkan sepatunya denga keras. Tidak hanya itu, dia malah berolahraga. Dia berlari, push up dan sit up dan yang lebih menyebalkan, dia melakukannya sambil berhitung dengan suara yang sangat lantang, mungkin Lina bisa mendengarnya dari luar.
"Hya... Landra bisa tidak kamu diam, kalau kamu mau olahraga mending di ruangan mu saja." Ucapku kesal dan meninggikan suara.
"Tidak sebelum kamu setuju." Dia malah melanjutkan kegiatannya.
Aku menyandarkan badanku dengan kesal. Aku berpikir sejenak.
"Baiklah... tapi, tidak hari ini, besok saja." ku putuskan mengikuti keinginannya daripada harus melihatnya terus bergentayangan disekitarku.
"..." Ku lihat dia terdiam.
"Besok atau tidak sama sekali." Ucapku mengancam.
"B-baiklah, dari pada tidak sama sekali." Ucapnya pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Suamiku (Completed)
Fiksi UmumRaenita Subanda (19 th), gadis ceria nan cantik yang dijodohkan oleh orang tuanya dengan lelaki berusia 25 th yang tidak dia kenal bahkan bertemu pun tidak pernah. Dan dengan keikhlasan hatinya, dia menyetujui persyaratan calon suaminya yang akan me...