Author POV
Keesokan harinya di pagi hari. Seperti biasanya, setiap pagi Raeni menyiapkan sarapan, namun kali ini dia juga harus menyiapkan sarapan untuk mertuanya.
Raeni tengah berada di depan kompor sedang mengaduk nasi dan mencampurkan berbagai bumbu. Menu sarapan yang paling sering dia buat, nasi goreng plus telur dadar.
Alvian menuruni tangga dan menghampiri sang istri. Dia sudah siap dengan pakaian kerjanya.
Saat tiba di dapur, Alvian berdiri di samping Raeni. Sangat dekat, bahkan dia merangkul pinggang sang istri.
"Hmm... harumnya," ucap Alvian.
"Tumben kakak bilang nasi gorengnya harum, hari ini kakak mau sarapan nasi goreng ?" Masih sambil mengaduk, Raeni menatap Alvian.
"Bukan nasi gorengnya, tapi kamu." Alvian mencium kepala sang istri yang berbalut khimar.
Raeni sejenak berhenti mengaduk nasi gorengnya. Tubuhnya menegang mendapat perlakuan seperti itu dari sang suami. Garis bibirnya naik. Hatinya menghangat. Namun, Raeni berusaha untuk santai dan kembali fokus pada masakan di depannya.
Alvian sedikit menjauhkan tubuhnya dari Raeni, melepaskan rangkulannya.
"O ya Raeni, tadi kamu keramas ?"
"Iya, kenapa ?"
"Yes... berarti nanti malam bisa beraksi," ucap Alvian sangat pelan hingga Raeni tak jelas mendengarnya. Dia menoleh ke samping agar Raeni tidak melihat wajah bahagianya.
"Kakak ngomong apa ?" ucap Raeni menatap aneh suaminya.
"Oh... tidak, aku cuma bilang pantesan kamu wangi kan habis keramas." Alvian memperlihatkan senyumnya.
"Ow jadi maksud kakak Raeni bau kalau nggak keramas ?" Raeni mematikan kompor dan berkacak pinggang.
Alvian yang melihat wajah kesal Raeni manjadi panik. Bukan seperti itu yang alvian maksud.
"Bu-bukan, kamu setiap hari wangi kok, tanpa mandi pun udah wangi. Hanya saja setelah keramas akan sangat sangat wangi."
Alvian kembali merangkul Raeni. Lalu, Alvian menyalakan kompor yang tadi dimatikan Raeni. Dia tahu masakan Raeni belum selesai.
"Ya sudah, kamu lanjut masak saja, aku nggak akan ganggu kamu." Alvian buru-buru ke meja makan. Dia tidak ingin salah bicara dan menambah kekesalan istrinya.
Raeni kembali mengaduk nasi gorengnya. Dia tertawa kecil. Raeni tahu maksud Alvian, hanya saja dia ingin terlihat kesal untuk menjahili sang suami.
"Raeni belum buatin teh," ucap Raeni setelah Alvian duduk.
"Iya nggak apa-apa, aku belum mau sarapan kok, aku hanya mau liatin istriku yang cantik sedang masak," gombal Alvian, berharap sang istri luluh.
Raeni yang mendengarnya tentu saja tersenyum tanpa memperlihatkannya pada Alvian.
Nasi goreng Raeni telah siap dihidangkan bersama telur dadar yang sudah duluan jadi. Setelah mamindahkannya ke wadah lain, dia membawanya ke meja makan.
"Nggak usah gombal," ucap Raeni sambil meletakkan masakannya di meja makan.
"Gombalin istri sendiri kan tidak salah, kalau gombalin istri orang baru salah," ucap Alvian.
Raeni hanya menunjukkan ekspresi datar, namun dalam hatinya dia bergembira ria.
Raeni meninggalkan Alvian untuk ke dapur membuatkan teh.
Tak lama kemudian, Raeni kembali ke meja makan.
Raeni meletakkan teh buatannya di depan Alvian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Suamiku (Completed)
General FictionRaenita Subanda (19 th), gadis ceria nan cantik yang dijodohkan oleh orang tuanya dengan lelaki berusia 25 th yang tidak dia kenal bahkan bertemu pun tidak pernah. Dan dengan keikhlasan hatinya, dia menyetujui persyaratan calon suaminya yang akan me...