Author POV
Alvian dan Raeni pergi ke rumah sakit setelah mendengar kabar meninggalnya Sugi.
Mereka tiba di rumah sakit dan menuju kamar mayat. Landra dan Nasta berada di depan kamar mayat dengan raut wajah kesedihan, terlebih Nasta yang sedari tadi menangis.
"Lan, kamus sudah menghubungi keluarga Sugi ?" Tanya Alvian saat berada di hadapan Landra.
"Sudah, sebentar lagi pasti datang." Jawab Landra.
"Kenapa Sugi bisa kecelakaan Lan ?" Tanya Alvian.
"Aku juga tidak tahu detailnya, aku tahu dari Nasta. Katanya ada orang yang meneleponnya mengatakan Sugi kecelakaan." Jelas Landra.
"Nasta, berhentilah menangis, Sugi pasti tidak suka melihatmu menangis." Alvian beralih berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan nasta yang sedari tadi duduk di lantai dengan isak tangis.
"Hiks... hiks... tidak a', dia tidak boleh pergi... hiks... hiks...." Tangis Nasta semakin keras.
"Nas, Sugi tidak akan tenang jika kamu menangis seperti ini, ikhlaskan Nas. Aa tahu kamu sudah sangat menganggap aku dan Sugi sama seperti Landra, tapi kita harus ikhlaskan dia Nas." Jelas Alvian.
"Iya dek. Biarkan Sugi tenang. Jangan seperti ini dek!" Tambah Landra.
Alvian, Landra dan sugi sudah berteman sejak lama saat pertemuan pertama mereka di awal semester.
Semasa kuliah, Alvian dan Sugi sering menginap di rumah Landra, terlebih Alvian karena dia di Bandung hanya nge-kos. Ibu Landra sangat baik terlebih pada teman anak-anaknya, dia menganggap mereka sama halnya memandang anaknya sendiri. Hal itu yang membuat Alvian dan Sugi sangat nyaman tinggal di rumah Landra. Mereka pun sangat dekat dengan Nasta bahkan mereka menganggapnya adik sendiri. Nasta masih SMA saat itu, dan sesekali mereka bahkan saling bergantian mengantar jemput Nasta ke Sekolah. Nasta seperti memiliki tiga kakak laki-laki bahkan tiga orang bodyguard.
Raeni yang sedari tadi berada di tempat itu pun hanya diam menatap tiga orang di depannya.
..........
Siang telah berganti malam, jenazah Sugi pun telah dimakamkan. Walau hari makin larut keempat orang yang sedari tadi memgantar kepergian Sugi masih setia berada di kediaman keluarga Sugi. Nasta pun masih terus menangisi kepergian Sugi.
"Kak Nasta, sudah kak, tidak baik menangisi terus." Ucap Raeni mengusap punggung Nasta. Sedari tadi pun Raeni terus menemani Nasta yang bersedih.
Tak ada balasan dari Nasta hanya isakan tangis yang terdengar.
"Kak, kita harus mengikhlaskan semuanya, ini sudah jadi ketentuan Allah. Sebaiknya kita doa kan saja kak Sugi daripada menangisinya seperti ini. Yang ada kak Sugi akan tersiksa disana kak." Lanjut Raeni.
"Hiks... hiks... aku tidak bisa Raeni... hiks... hiks... aku ha hiks... aku harus bagaimana sekarang Raeni ? Hiks... hiks...." Raeni menatap Nasta bingung.
"Maksud kakak apa? Sekarang kita hanya bisa bedoa untuk kak Sugi." Ucap Raeni walaupun sedikit bingung mendapat pertanyaan dari Nasta.
"Aku harus bagaimana jika a' Sugi pergi seperti ini hiks... hiks... hiks." Raeni semakin bingung mendengar ucapan Nasta.
"Nasta, sudah dek, biarkan Sugi tenang." Terdengar suara Landra. Raeni pun menoleh ke arah suara dan melihat Alvian berdiri di belakang Landra.
"Tidak a' hiks... hiks... Tidak...." Nasta semakin menangis.
"Kamu kenapa sih dek ? Kenapa kamu seperti ini hah ? Kamu tahu kan tidak baik menangisi seperti ini Nasta. Dari tadi kamu terus menangis dek." Landra mencengkram kedua lengan Nasta, menggoncang tubuh adiknya. Dia merasa frustasi karena tangis adiknya tak kunjung reda malah semakin menjadi.
"Lan, jangan seperti ini...." Alvian melepaskan tangan Landra dari lengan Nasta.
"Nasta sangat menyayangi Sugi seperti kakaknya sendiri Lan. Seperti dia menyayangimu." Lanjut Alvian.
"Kamu juga Nasta, sedih boleh tapi kamu tidak boleh seperti ini. Menangisinya seperti yang kamu lakukan itu baik Nas." Lanjut Alvian pada Nasta.
"Dengar Nas, sudah, jangan menangis lagi dek." Ucap Landra dan kini dia menyentuh tangan adiknya dengan lembut.
"Sudah, sebaiknya kita pulang!Sekarang sudah sangat larut. Nasta butuh istirahat, dia bisa sakit jika menangis terus dan jika masih berada disini, dia akan semakin bersedih." Ucap Alvian. Alvian pun menatap Raeni yang juga terlihat kelelahan. Raeni dengan setianya tetap menemani Alvian.
Mereka pun akhirnya pulang.
..........
Alvian dan Raeni telah berada di rumah, tepatnya di kamar mereka. Mereka telah menyegarkan diri dengan mandi dan bersiap untuk tidur.
Alvian telah membaringkan diri di ranjang, menatap langit kamar. Sedangkan Raeni masih duduk di pinggiran ranjang.
"Kak, kak Nasta dan kak Sugi memang sangat dekat ya ?" Tanya Raeni yang masih dengan posisi duduknya.
"Kami berempat memang sangat dekat. Nasta itu sudah menganggap aku dan Sugi seperti kakaknya sendiri. Bahkan dia lebih peduli sama kami daripada kakaknya, Landra." Jelas Alvian.
"Raeni merasa ada yang aneh dengan kak Nasta." Ucap Raeni
"Aneh kenapa ?" Tanya Alvian
"Aneh saja kak, kak Nasta sepertinya tidak menangis hanya karena kepergian kak Sugi, seperti ada yang lain kak." Raeni sudah merasa aneh dengan sikap Nasta, terlebih dengan pertanyaan Nasta tadi.
"Maksud kamu apa Raeni ?" Tanya Alvian lagi.
"Kak Nasta dan Kak Sugi tidak ada hubungan yang lain ya kak ?" Raeni malah balik bertanya. Raeni curiga selain menganggap sugi sebagai kakak, ada hubungan spesial diantara mereka, terlebih saat mendengar ucapan Nasta.
"Ngaco kamu. Jika mereka ada hubungan, aku dan Landra pasti tahu." Alvian memposisikan dirinya duduk.
"Iya juga ya... ah, mungkin aku saja yang terlalu banyak berpikir." Batin Raeni.
"Sudah, kamu tidur saja! Besok kamu ada kuliah pagi kan." Alvian kembali berbaring.
Raeni pun mengikuti Alvian berbaring. Dia tidak ingin memperpanjang obrolan ditengah malam. Dia pun yakin Alvian sudah sangat kelelahan.
Setelah beberapa menit, karena memang lelah yang menghampiri. Sepasang suami istri itu pun dengan cepat menuju ke alam mimpi. Ranjang di kamar itu berukuran super king size. Mereka tidur saling membelakangi dan ada ruang yang cukup banyak diantara mereka. Mereka sudah terbiasa tinggal dalam satu kamar bahkan seranjang, tapi untuk tidur dengan jarak yang sangat dekat, masih terasa canggung. Ya walaupun saat bangun, tanpa mereka sadari, jarak diantara mereka menyempit, bahkan pernah Alvian memeluk Raeni dari belakang.
tbc
Sekali lagi maaf untuk typo yang bertebaran...
Part-nya pun kependekann, maaf lagi...
Tapi tenang aja, part selanjutnya menanti kalian kok 😆😆
Eits, tunggu dulu, sebelum lanjut, vote dulu ya 😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Suamiku (Completed)
General FictionRaenita Subanda (19 th), gadis ceria nan cantik yang dijodohkan oleh orang tuanya dengan lelaki berusia 25 th yang tidak dia kenal bahkan bertemu pun tidak pernah. Dan dengan keikhlasan hatinya, dia menyetujui persyaratan calon suaminya yang akan me...