"Kita mau kemana kak ?" tanya Raeni saat mobil Alvian telah meninggalkan area kamusnya.
"Laki-laki tadi siapa ?" Bukannya menjawab, Alvian malah balik bertanya sambil fokus ke jalan.
"Angga ? Ih kakak masih muda udah pikun, tadi kan Raeni bilang Angga itu teman kelas Raeni," jawab Raeni.
"Ada juga laki-laki yang mau jadi guru PAUD," ucap Alvian pelan. Wajah Alvian tampak kesal.
"Emang sih guru PAUD jarang laki-laki, di angkatan Raeni aja yang laki-laki hanya tiga orang," ucap Raeni.
"Menang banyak dong tuh tiga orang," ucap Alvian.
"Ih kakak ada-ada aja. Sekarang jawab pertanyaan Raeni, kita mau kemana ?" tanya Raeni lagi.
"Ke suatu tempat," ucap Alvian santai tanpa melihat wajah Raeni yang menatapnya bingung.
"Ih kakak nih, iya ke suatu tempat tapi suatu tempatnya itu kemana ?" tanya Raeni mengerutkan keningnya.
"Ada lah," jawab Alvian singkat.
"Ih kakak nyebelin deh." Raeni mulai kesal. Dia melipat kedua tangannya dan menatap keluar kaca mobil.
Alvian melirik sekilas ke arah Raeni. Setelahnya, Alvian fokus ke jalan tanpa ingin berbicara. Sedangkan Raeni, dia juga memilih diam saja, menikmati pemandangan jalanan.
Cukup lama di jalan, mobil Alvian memasuki sebuah kawasan bernuansa Eropa. Jalan Braga. Alvian membawa Raeni ke kawasan tersebut, kawasan yang menjadi salah satu tempat populer di Bandung. Selain terdapat beberapa spot foto yang bagus, disana juga terdapat beberapa tempat makan maupun toko-toko lainnya yang bisa memanjakan mata.
"Kita mau apa disini ?" tanya Alvian saat mengikuti Alvian keluar dari mobil.
"Jalan-jalan," ucap Alvian singkat. Alvian berjalan duluan meninggalkan Raeni. Raeni pun yang sempat diam karena kebingungannya, saat menyadari Alvian pergi, dia sedikit berlari untuk menyusul Alvian.
"Ih kakak main tinggal aja sih," ucap Raeni saat sudah berada di samping Alvian.
Mereka pun berjalan berdampingan.
"Kakak mau apa sih disini ?" tanya Raeni lagi yang masih setia mengikuti langkah Alvian.
"Kan tadi sudah dijawab, kita kesini buat jalan-jalan," jawab Alvia.
Raeni menghentikan langkahnya dan memegang lengan Alvian agar berhenti.
"Iya Raeni udah dengar, tapi kenapa hari ini kakak mau jalan-jalan ?" tanya Raeni lagi.
"Raeni, istri Alviansyah Gunawan... apa untuk jalan-jalan harus ada alasan ?" jawab Alvian.
"Sudahlah, kamu ikut saja. Nanti kamu bisa tanya sepuasnya. Sekarang kita ada di jalan, banyak orang yang mau lewat tuh, nggak enak dilihat, nanti kita dikira berantem." Alvian menarik tangan Raeni untuk mengikutinya.
Alvian dan Raeni pun berjalan bergandengan. Raeni langsung diam saat Alvian menggenggam tangannya, terlebih saat Alvian menyebutnya sebagai 'istri Alviansyah Gunawan'. Entah apa yang istimewa, terukir senyum di wajah Raeni, senyum lebar nan indah menambah kecantikannya seakan hatinya dipenuhi bunga-bunga yang bermekaran.
Alvian membawa Raeni memasuki salah satu cafe di kawasan itu.
"Kamu tidak senang di ajak jalan-jalan ?" tanya Alvian setelah memesan makanan dan minuman.
"Senang kok," jawab Raeni.
"Terus ngapain tadi nanya-nanya ?"
"Ya Allah... kak, siapa pun ya kalau tiba-tiba di bawa pergi nggak bilang lagi mau kemana, pasti nanya mau kemana. Apalagi kalau ditanya jawabnya seperti kakak itu, buat bingung tahu nggak," ucap Raeni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Suamiku (Completed)
General FictionRaenita Subanda (19 th), gadis ceria nan cantik yang dijodohkan oleh orang tuanya dengan lelaki berusia 25 th yang tidak dia kenal bahkan bertemu pun tidak pernah. Dan dengan keikhlasan hatinya, dia menyetujui persyaratan calon suaminya yang akan me...