#14 Dia Istriku

23.3K 985 34
                                    

Author POV

Alvian telah berada di ruangannya. Dia berusaha fokus pada pekerjaannya namun tidak bisa. Sudah dua jam lamanya dan pikirannya hanya dipenuhi oleh Raeni. Rasa cemas masih menjalar.

Pelan namun pasti rasa cinta untuk Raeni akan memenuhi hatinya. Cemas. Dimulai dari kata itu, perlahan walau Alvian saat ini belum menyadarinya.

Alvian sesekali mondar mandir di ruangannya. Alvian merasa semakin cemas, dia pun memutuskan menelpon Raeni. Diambilnya ponsel yang berada di meja kerjanya. Alvian lalu menelepon Raeni. Terdengar bunyi menandakan telepon berusaha menyambungkan. Beberapa detik kemudian terdengar suara Raeni dari seberang telepon.

"Assalamualaikum kak, ada apa ?"

"Waalaikumsalam, mmm... tidak, aku hanya ingin mengecek keadaanmu. Kamu sudah baikan ?"

"Alhamdulillah, Raeni sudah baikan kak."

Tadi kepikiran terus dengan Raeni, tapi mendengar suaranya, Alvian malah bingung ingin megatakan apa.

"Mmm... kamu sedang apa sekarang ?" Hanya pertanyaan itu yang terlintas dipikirannya.

"Raeni lagi di dapur menyiapkan bahan makanan."

"Oww... mmm... tapi kamu beneran perutnya sudah tidak sakit kan ?"

"Beneran kak, Raeni udah baik-baik aja kok. Perut Raeni udah enakan, makanya sekarang Raeni udah di dapur "

Alvian merasa sedikt lega mendengar ucapan Raeni.

"O ya kak, Raeni mau nanya, boleh ?" Lanjut Raeni bertanya.

"Tanya apa ?"

"Mmm... teman-teman kakak sudah tahu kalau kakak sudah menikah ?"

Alvian terdiam sejenak.

"Kak!" Panggil Raeni karena tidak mendapat jawaban.

"Mmm... mereka belum tahu... itu...."

Kata-kata Alvian terpotong karena mendapati ada panggilan masuk lain di ponselnya.

"Raeni maaf, ada telepon, aku tutup dulu ya. Kamu jangan terlalu capek! Assalamualaikum."

Belum sempat Raeni menjawab, Alvian sudah menutup telepon.

______

Sedangkan saat ini di rumah, walaupun Raeni sedikit kecewa mendapati Alvian yang menutup telepon tanpa sempat menjawab salam Alvian, namun dia merasa sangat senang karena Alvian mengkhawatirkannya.

Berbeda dengan Alvian. Saat pertama kali menyandang status sebagai seorang istri, Raeni sudah mengikhlaskan semuanya dan saat ini dia sudah menyadari ada rasa untuk Alvian tapi dia tidak tahu apakah bisa disebut sebagai cinta atau tidak, yang jelas sekarang dia sudah merasa nyaman didekat Alvian.

Dan tak bisa dipungkiri saat Alvian berkata bahwa dia belum memberitahukan tentang pernikahan mereka, ada sedikit rasa sedih mendengarnya. Namun Raeni tidak ingin terlalu memikirkannya. Dia mencoba untuk berpikir positif saja.

..........

Hari sudah malam dan saat yang ditunggu-tunggu telah tiba. Terdengar suara mobil Alvian memasuki halaman rumah dan terdengar pula suara mobil lainnya. Raeni yang sedang menyajikan coto makassar buatannya serta menata peralatan makan segera merapika diri dan menuju pintu hendak membukanya.

Saat pintu terbuka, Alvian sudah berada dihadapannya serta empat orang yang berada di belakang Alvian. Raeni menciumi punggung tangan Alvian tak lupa mengucapkan salam, setelah itu Raeni tersenyum menatap satu per satu tamunya.

Cinta Untuk Suamiku (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang