Alvian POV
Hari ini aku akan ke rumah Landra untuk menemui ibu, ibu Landra dan Nasta. Kami sepakat untuk memberitahukan tentang pernikahanku dan Nasta pada ibu agar kami menikah secepatnya.
Sejak dulu aku sudah terbiasa memanggil ibu. Sebenarnya, ibu selalu memintaku memanggilnya mama, tapi aku lebih memilih memanggil ibu. Aku lebih nyaman dengan penggilan itu.
20 menit. Waktu yang dibutuhkan ke rumah Landra. Kini mobilku telah memasuki pekarangan rumahnya. Ku langkahkan kaki ku keluar mobil dan tak jauh dari tempatku berdiri sudah terlihat Landra. Mungkin sedari tadi dia sudah menungguku di luar rumah.
"Assalamualaikum... Kamu ngapain nunggu di luar ?" tanyaku saat sudah berada di depannya.
"Waalaikumsalam... emang nggak boleh. Sudahlah, masuk aja yuk!" Landra merangkulku.
Bismillah
Ku langkahkan kaki dengan perasaan yang bercampur entah apa. Tapi aku harus mantap dalam langkah ku ini.
Aku duduk di ruang tamu, sedangkan Landra masuk untuk memanggil ibu dan Nasta. Tak lama kemudian mereka bertiga mengahmpiriku.
"Assalamualaikum bu...." Ku cium punggung tangan ibu dan tersenyum pada Nasta dengan maksud menyapanya.
"Waalaikumsalam nak... kamu pagi-pagi sudah ke rumah, ada apa ?" tanya ibu. Sudah jelas tak ada satu pun dari kedua anaknya yang membuka pembicaraan sejak kemarin.
"Eh mama hampir lupa... Nas, buatkan minuman untuk Alvian!" ucap ibu pada Nasta.
Nasta hendak berdiri tapi ku tahan.
"Tidak perlu Nasta."
"Bu, Alvian tidak suka kalau diperlakukan seperti tamu," ucapku pada ibu.
"Astaga anak ini... mama berikan minuman bukan berarti kamu tamu nak, kamu tuh ya suka sekali begitu." Ibu menepuk lenganku pelan.
"Sudahlah, kalau kamu tidak mau ya sudah, tapi jangan salahkan mama kalau kamu kehausan," ucap ibu.
Aku hanya tertawa menanggapi ucapan ibu.
"Jangan tertawa saja, sekarang katakan, ada apa kamu datang pagi-pagi sekali ?" tanya ibu.
Aku kembali gugup, aku hanya bisa berdoa semoga semuanya lancar. Ku mantapkan diri memulai pembicaraan.
"Tujuan Alvian kesini ingin membicarakan susuatu dengan ibu...." Ku ambil sedikit jeda.
"Alvian ingin meminta izin pada ibu untuk...."
Bismillah
"Untuk menikahi Nasta."
Telah terucap sudah. Sekarang yang bisa ku lakukan hanya membiarkan cerita ini mengalir.
"Apa ? Kamu sungguh-sungguh nak ?"
Ibu terlihat sangat senang dan tampak tak percaya dengan yang didengarnya.
"Iya bu, Alvian sangat bersungguh-sungguh," ucapku.
"Astaga... jadi ini alasannya Landra tiba-tiba ngejemput mama di Bogor." Ibu memeluk Nasta.
"Astaga, sudah mama duga kalau bukan Sugi pasti Alvian yang akan menjadi jodohmu nak." Ibu terlihat sangat bahagia. Namun, ku yakin hanya ibu yang bahagia. Aku, landra maupun Nasta hanya tersenyum palsu, terlebih saat mendengar nama Sugi disebut, senyumku seketika menghilang.
Maafkan kami bu. Alvian mohon maafkan kami.
"Mama sangat bahagia kamu akan menikah, terlebih yang akan menjadi suami mu adalah Alvian," ucap ibu pada Nasta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Suamiku (Completed)
General FictionRaenita Subanda (19 th), gadis ceria nan cantik yang dijodohkan oleh orang tuanya dengan lelaki berusia 25 th yang tidak dia kenal bahkan bertemu pun tidak pernah. Dan dengan keikhlasan hatinya, dia menyetujui persyaratan calon suaminya yang akan me...