part 14. Nikahan

1.5K 77 0
                                    


Ulfa POV

Hari ini adalah hari pernikahan gue, hari dimana gue akan menjadi seorang istri untuk Farhan.

Berat buat gue karena harus meninggalkan Mama di rumah sebesar ini, walaupun Mama udah bilang kalok banyak anggota keluarga lain yang ikut tinggal disini. Seperti kak Iren, Karena suaminya adalah seorang tentara yang harus berpindah-pindah tugas ke luar kota.

Gue terus menatap bayangan gue di cermin, sekarang gue udah pakek gaun akad gue dengan jilbab yang membalut kepala gue dan riasan yang tampak cantik.

Rasanya, gue belum sanggup untuk menjadi seorang istri, Apalagi untuk Farhan yang nyebelinnya minta ampun.

Gue menatap lekat bayangan gue, dan gue melihat ada kesedihan di mata gue.

Gue gak boleh sedih, ini adalah hari bahagia lo, fa. Lo harus bahagia untuk pernikahan lo, lo harus yakin bahwa Farhan lah yang Allah berikan untuk kebaikan lo!! Lo harus bahagia!!

Dan akhirnya, gue melihat bayangan gue di cermin dan terlihat ada senyum di sana. Ya Allah, tolong jaga senyum ini.

Tiba-tiba, suara pintu kamar gue kebuka.

Cklek

"Assalamualaikum, fa" ternyata cuman Mama gue.

"Wa'alaikumussalam, ma" gue berusaha untuk tersenyum semanis mungkin di depan Mama, tapi pada dasarnya sih gue emang udah manis, hehe.

"Ijab Qobulnya udah mau di mulai, ayo turun. Kamu harus bahagia hari ini, karena surgamu  akan berpindah ke suami kamu, tolong jadilah istri yang baik. "

Mama gue bilangnya melow banget, gue kan jadi gak tega harus ninggalin Mama, Gue peluk aja Mama gue dengan erat.

"Ma, maafin Ulfa karena selama ini Ulfa belum bisa jadi anak yang baik untuk Mama" gue gak pernah merasa se galau ini.
Antara sedih dan bahagia, gue gak bisa bedain.

"Udah, jangan sedih-sedih lagi. Harusnya hari ini kamu harus bahagia, udah cantik-cantik gini kok mewek, ayo turun"

Ih, Mama nih gak ngerti banget kalok anaknya lagi sedih. Mama menggandeng tangan gue menuruni tangga, entah apa gue ke GR-an atau emang bener kalok  semua mata menatap gue.

Malu? Pasti.

Gugub? Banget.

Deg-degan? Ya iyalah.

Semuanya bergabung jadi satu saat ini, gue hanya menunduk. Gak sanggup kalok gue harus  membalas semua tatapan itu.

Mama mendudukkan gue di kursi yang cukup renggang dari Farhan di samping gue.

Dia tampak ganteng dengan kemeja putih yang kita pilih waktu itu, bohong kalok gue bilang dia biasa-biasa aja.

Pak penghulu menjabat tangannya dan memulai ijab kabul, Farhan menyambut ucapan penghulunya dengan serius dan lantang. Kemudian, semua orang yang menyaksikannya menyeru ' sah ' dan dari sini hidup gue akan berubah.

Ijab kabulnya sudahlah usai, Farhan memasangkan cincin pernikahan di jari manis gue dan gue juga melakukan hal yang sama ke dia.

Setelah itu, gue mencium tangan Farhan yang saat ini adalah suami gue. Gue masih gak percaya kalok gue beneran udah nikah, sebenernya gue males buat gitu, tapi dari jauh Mama kasih kode dengan tatapan tajamnya ya gue nurut aja, gak bakalan rugi juga kok.

Tapi setelah itu, gue kaget banget saat Farhan mencium kening gue. Gue hanya bisa melihatnya dengan jantung gue yang udah dag-dig-dug gak karuan, lama kelamaan nih jantung gue copot juga kalok gini terus, gue tahan nafas aja siapa tahu detakan jantung gue bisa normal lagi.

Jodoh Terakhir Pilihan ALLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang