Prolog

503 34 11
                                    

Matahari masih belum menampakkan sinarnya. Namun, Adera sudah bangun dari tidur indahnya. Ia pun segera merapikan tempat tidur lalu bergegas mandi.

Setelah siap dengan seragam abu-abu dan jilbab putihnya, ia menuruni tangga mencari keberadaan Dinda, mamahnya.

"Pagi mamah," sapa Adera menghampiri mamahnya di dapur

"Pagi juga anak mamah, pagi-pagi udah siap berangkat sekolah."

"Iya dong mah, Adera kan gak suka kesiangan."

"Yaudah kamu duduk aja, mamah siapin sarapan dulu."

"Aku bantuin ya?" Adera bertingkah imut, Dinda tersenyum melihat tingkah putrinya.

Belum selesai menyiapkan sarapan, seorang laki-laki menghampiri 2 orang wanita yang berharga dalam hidupnya. Laki-laki itu adalah Reza, Papah Adera.

"Kebahagiaan apa lagi yang perlukan saat melihat 2 orang wanita yang paling spesial dalam hidup papah sedang menyiapkan sarapan dengan bahagia." ucap Reza

"Pagi-pagi papah udah ngegombal, ingat umur pah," ucap Adera setengah tertawa.

"Mamah, Adera ngeledekin papah," adu Rezanpada istrinya

"Kalian ini pagi-pagi udah bersandiwara, Adera gak boleh ngetawain papah. Papah juga gak usah sok imut, inget umur, malu sama anak sendiri." ucap Dinda

Adera mengerjabkan matanya, memberi kode kepada Reza. Reza yang mengerti langsung tersenyum.

Gerakan tiba-tiba, Adera mencium pipi kanan mamahnya sementara Reza mencium pipi kiri istrinya.

"Kami sayang mamah," ucap mereka serempak

"Mamah juga sayang kalian."

Begitulah suasana keluarga kecil Adera, dipenuhi dengan kebahagiaan. Mereka sarapan bersama, sesekali ada candaan yang keluar di antara mereka.

***

Berbeda dengan kehidupan keluarga yang hangat dan gembira, ada keluarga yang kurang kasih sayang meskipun itu adalah keluarga yang kaya. Kebahagiaan yang tak dicapai dan tak dibisa dibeli.

Dicky bangun jam 6 lewat, itupun setelah beberapa kali di bangunkan oleh Bi Darmi, pembantu sekaligus orang yang telah merawatnya.

Hampir jam 7, Dicky baru keluar dari kamarnya. Ia disambut oleh beberapa pelayan, hanya saja tidak ada anggota keluarga yang menyambutnya. Ia menarik salah satu kursi lalu mendudukinya.

"Mami sama Kak Rasya kemana bi?" tanya Dicky sambil mengunyah roti.

"Nyonya tadi malam berangkat ke Singapura dan non Rasya baru berangkat ke butik." jawab Bi Darmi

Dicky menghela napas, hal ini sering terjadi. Semuanya terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga dia merasa kesepian. Kekayaan tak membuatnya bahagia, ia perlu keluarganya. Meskipun kakak perempuannya sering menemaninya, tapi kerjaannya juga penting.

Makan sendirian di meja makan. Dicky benar-benar bosan, ia segera menghabiskan rotinya lalu meminum susu.

Ia mengendarai mobil sport merah kesayangannya, lalu mulai meninggalkan rumahnya yang bak istana tapi hampa akan kasih sayang.

Maaf jika ada typo🙏

Thanks udah baca😀

Jangan lupa vote and komentar...

Cinta di Atas LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang