5. Administrasi

130 16 1
                                    

Adera memakai hoodie untuk  menutupi bajunya yang penuh darah. Meskipun rok dan jilbabnya masih terlihat berlumuran cairan merah tersebut.

Tiba-tiba seorang suster memanggilnya, ia disuruh mengurus administrasi.

"Apakah Anda yang membawa korban kecelakaan?" tanya suster

"Iya, sus. Saya yang membawanya ke rumah sakit." jawab Adera

"Apa Anda adalah keluarga pasien?"

"Bukan, saya hanya menolongnya. Ada apa ya, sus?"

"Tolong urus administrasi pasien agar kami lebih leluasa menanganinya, kami minta persetujuan untuk menindak lanjutinya."

"Lakukan yang terbaik untuk pasien." ucap Adera

Adera bingung bagaimana cara dia mengurus administrasi. Dia masih berusia 15 tahun dan belum pernah mengurus hal semacam ini. Lagipula ia tak mengenal korban. Ia melirik ke tangannya, ada dompet korban. Ia membuka dompet, berharap menemukan identitas si korban. Harapannya terkabul, ada kartu nama disana. Ia segera mengisi formulir.

"Dicky Elvano Rahardika. Tanggal lahir 17 Juni 2000. Status mahasiswa di Universitas Trisakti." Adera membaca kartu nama tersebut.

Setelah mengurus administrasi, Adera bingung hendak melakukan apa. Ia ingin menghubungi korban, tapi tidak tau nomornya. Ia juga tidak bisa meninggalkan korban karena itu adalah tanggung jawabnya. Ia tersadar belum memberitahu orang tuanya bahwa ia di rumah sakit. Ia segera menelpon mamahnya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam, kamu baik-baik aja kan? mamah kayaknya nginep di rumah nenek. Gak papa kan?"

"Adera gak papa kok, mah. Adera cuma ngabarin kalo Adera ada di rumah sakit sekarang."

"Kenapa kamu di rumah sakit? kamu sakit? mamah pulang sekarang ya."

"Adera gak papa, bukan Adera yang sakit. Tadi ada kecelakaan terus Adera tolongin. Tapi Adera gak bisa ninggalin korban."

"Syukurlah, kamu baik-baik ya di sana."

"Iya, mah. Adera bisa jaga diri kok. Terus papah gimana?"

"Papah lagi di kantor, tapi nanti bakal pulang kok jadi kamu gak sendirian di rumah."

"Kondisi nenek gimana?"

"Udah mendingan sih, gak terlalu parah lagi. Terus orang yang kamu tolong tadi gimana?"

"Lagi ditangani sama dokter, aku baru aja ngurus administrasinya."

"Mamah bangga sama kamu, kamu punya kepedulian sosial tinggi dan berpikir dewasa."

"Kan itu didikan dari mamah."

"Mamah tutup dulu ya telponnya, mamah ada urusan dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

***

Adera duduk dengan gelisah. Sedari tadi dokter yang menangani pasien yang ditolongnya belum keluar. Ia takut salah memberikan pertolongan tadi. Kini ia menggosok-gosokan telapak tangannya.

Setelah hampir satu jam ia menunggu, pria berjas putih itu akhirnya keluar. Adera langsung berdiri dan menghampiri dokter.

"Bagaimana keadaannya sekarang, dok?" tanya Adera

"Pasien masih belum sadar karena masih dalam pengaruh obat. Namun, keadaannya baik-baik saja. Untung saja dia sempat diberikan pertolongan pertama, jadi lukanya tidak terlalu parah." Jawab dokter

"Apa sudah bisa dijenguk?"

"Setelah pasien dipindahkan ke ruang inap baru boleh dijenguk."

"Terima kasih, dok."

"Sudah tugas saya. Kalau begitu saya pergi dulu.",

Kini, Dicky sudah berada di ruang inap. Namun, masih bertahan dengan mata yang terpejam. Adera masih setia menunggu Dicky sadar.

Lalu ada perawat yang masuk untuk menggantikan infus Dicky. Dia juga mengecek keadaan Dicky.

"Kapan pasien akan sadar, sus?"

"Belum dipastikan kapan dia sadar, obat bius masih bereaksi." jawab suster yang bernama Lusi, terlihat dari nametag yang di pakainya.

"Sus, apa saya boleh menitipkan pasien sama suster? saya ingin pulang dulu dan mengganti seragam. Suster bisa menghubungi saya saat dia sudah sadar."

"Baiklah, kamu bisa pergi. Biar saya yang menjaga pasien."

"Terima kasih, sus. Ini nomor telpon saya, suster bisa menghubungi saya saat dia siuman." Adera menyerahkan secarik kertas kepada suster

***

Adera pulang, setibanya dirumah ia segera mandi dan mencuci pakaiannya yang berlumuran darah. Setelah itu ia memasak nasi goreng, menu makanan yang simple dan enak. Ia memasak 2 porsi, satu untuknya dan satunya lagi untuk papahnya.

Baru saja ia mematikan kompor, sudah terdengar nada dering telpon yang ada di atas meja makan. Ia segera mengangkatnya.

"Apa benar ini saudari Adera?"

"Iya, dengan saya sendiri. Siapa ya?"

"Saya suster Lusi, suster yang kamu minta untuk menjaga pasien yang bernama Dicky."

"Saya ingat, apa pasien sudah sadar?"

"Benar, dia baru saja siuman."

"Baiklah, saya segera ke sana. Terima kasih sudah menjaga pasien."

"Sama-sama."

Panggilan pun terputus.

Adera menyiapkan nasi goreng ke piring, lalu sisanya ia masukkan ke kotak makan. Rencananya ia akan makan di rumah sakit saja.

Sebelum pergi ia menulis note untuk papahnya di atas meja.

"Aku sudah nyiapin nasi goreng untuk papah, menu sederhana dan aku harap papah suka. Aku harus pergi ke rumah sakit karena ada urusan. By Adera."

Baru saja ia membuka pintu, namun langkahnya terhenti saat mengingat bahwa ia melupakan sesuatu.


Apa hayo yang kelupaan?
Nanti jawabannya ada di part selanjutnya.

Sorry ya, aku lama up, soalnya lagi sibuk banget.
Aku harap kalian betah mampir di ceritaku.

Jangan lupa vote and comment...

Cinta di Atas LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang