20. Malam Mingguan

103 11 7
                                    

Jangan menjadi silent readers. Comment sebanyak yang kalian bisa. Biar aku tau pendapat kalian terhadap karyaku. Jangan lupa vote, gak bakal lama kok.

***

Setelah beberapa hari, Dicky kembali ke rumah ini. Rumah yang lebih memberinya kasih sayang. Rumah yang hangat dan penuh keceriaan.
Memang, rumah ini tak semewah rumahnya. Tidak ada pelayan yang melayaninya. Dari luar terlihat biasa saja, tapi dari dalam luar biasa. Tidak ada kesepian di dalamnya. Dipenuhi senyum dan tawa.

Dicky mengetuk pintu. Tak lama pintu terbuka menampilkan wanita berhijab yang wajahnya penuh keibuan. Dinda tersenyum melihat Dicky yang berkunjung ke rumahnya.

"Assalamu'alaikum, mamah." ucap Dicky sambil mencium punggung tangan Dinda.

"Wa 'alaikum salam, yuk masuk dulu?"

Dicky berjalan mengekor dan duduk berhadapan dengan Dinda.

"Mau dibuatkan apa? teh, kopi atau jus?" tanya Dinda

"Gak usah, lagian Dicky cuma sebentar."

"Yaudah deh."

"Aderanya ada?" tanya Dicky

"Ada, dia lagi di kamar. Bentar mamah panggilin dulu ya?"

Dicky hanya mengangguk sebagai jawaban. Dinda pergi ke lantai atas untuk memanggil Adera. Tak lama, keduanya turun menghampiri Dicky.

"Kenapa kak?" tanya Adera

"Malam ini ada waktu?" Dicky balas bertanya.

"Nggak ada, palingan cuma di rumah doang."

"Jalan yuk?"

Adera melirik ke samping dimana mamahnya berada. Seperti minta pendapat. Manik mata Dicky memancarkan harapan bisa mengajak jalan wanita penolongnya.

"Boleh kok, asal jangan kemaleman." ucap Dinda

"Jam 7 nanti gue jemput ke sini."

"Iya, aku tunggu nanti."

"Gue pulang dulu."

"Kok cuma sebentar ke sini?" tanya Adera

"Masih ada urusan, lain kali mampir lebih lama." jawab Dicky

"Yasudah, aku anter ke depan."

Adera dan Dinda mengantar sampai di teras.

"Dicky pulang dulu, assalamu'alaikum."

"Wa 'alaikum salam." jawab keduanya

Dicky memasuki mobilnya dan mengemudi meninggalkan area rumah Adera. Dinda masuk ke dalam rumah lebih dahulu. Sementara Adera masih berdiri di teras sambil menatap ke arah jalan. Dirinya sungguh bahagia.

***

Adera duduk di depan cermin sambil menusukkan peniti ke jilbabnya agar tidak mudah lepas. Penampilannya cukup sederhana. Dengan bedak bayi dan lipgloss yang menghiasi wajahnya.

Ia berjalan menuju meja belajarnya untuk mengambil tas dan ponselnya. Setelah itu menuruni tangga menuju ruang utama. Di sana sudah ada orangtuanya dan Dicky. Ia menjadi gugup sendiri sekarang. Ia berusaha menormalkan detak jantungnya yang berpacu cepat.

Suara langkah kakinya di tangga menjadi tontonan. Semua mata melirik ke arahnya. Ia berasa menjadi pempelai perempuan yang ditunggu setelah pempelai pria selesai mengucapkan ijab kabul. Pikirannya mulai kemana-mana sekarang.

Cinta di Atas LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang