16. Dia yang menarik

92 15 8
                                    

Dicky sudah memikirkan tentang Adera. Ia akan mencari cewek tersebut. Ia akan berusaha agar dapat dipertemukan kembali. Ia bisa saja memerintahkan anak buahnya, tapi tidak dengan kali ini. Ia akan mencarinya sendiri.

Ia yakin bahwa Adera masih berada dekat dengannya. Ia akan mulai mencari identitas Adera.

Dicky memarkirkan mobilnya di depan Rumah Sakit Medica, tempat yang pernah memberikan pengobatan padanya. Dan tempat terciptanya kebersamaan antara dirinya dan Adera.

Dicky menurunkan sedikit egonya. Meskipun ia benci dengan rumah sakit, tapi tempat inilah yang membuat dirinya bisa merasakan rasa kepedulian.

Ia mulai menuju resepsionis, bertanya mengenai Suster Lusi terlebih dahulu.

"Permisi, apakah ada Suster Lusi di sini?" pertanyaan yang cukup konyol. Ia tau bahwa Lusi bekerja di sini, lalu untuk apa bertanya lagi? Ia merutuki
kebodohannya.

"Suster Lusi? dia bekerja di sini. Ada keperluan apa ya?" tanya si pegawai sopan

"Saya ingin bertemu, ada keperluan yang harus di urus."

"Ooh begitu, sebentar saya panggilkan dulu."

Dicky menunggu beberapa menit. Setelah itu ia melihat orang yang di cari berjalan ke arahnya.

"Permisi, ada keperluan apa Anda memanggil saya?" tanya Suster Lusi

"Apa suster sibuk?" Dicky balik bertanya

"Tidak juga, saya masih punya waktu luang."

"Bisakah kita bicara sebentar? ada sesuatu yang ingin saya sampaikan."

"Baiklah."

Mereka jalan beriringan menuju taman rumah sakit. Lalu duduk di tempat yang tersedia di sana.

"Suster masih mengingat saya bukan?" Dicky mengawali pembicaraan, hanya sekedar basa-basi.

"Tentu saja, Anda korban kecelakaan 2 minggu yang lalu. Apa yang ingin Anda sampaikan?" Lusi sedikit penasaran

"Suster masih ingat dengan gadis yang merawat saya dulu? apa suster mengetahui tentang dia? mungkin dia meninggalkan identitas dia waktu itu."

"Gadis berhijab itu, saya punya nomor hp dia. Dia pernah meminta saya menjaga Anda sementara dia pergi."

"Bolehkan saya minta?"

"Tentu saja."

Lusi mengeluarkan hp dari saku bajunya dan mencari kontak Adera di hp miliknya. Setelah itu ia menyerahkannya pada Dicky.

"Terima kasih, maaf mengganggu waktu suster."

"Sama-sama, ini tidak mengganggu kok. Kalo begitu, saya pergi dulu."

Dicky melirik sebentar ke arah Lusi yang beranjak pergi. Matanya lebih fokus terhadap layar hp yang berisi nomor hp Adera. Entah setan apa yang merasuki Dicky, Cowok itu kelihatan senang hari ini.

Ia mengemudikan mobilnya menuju rumah. Di depan gerbang, ia sudah di sambut beberapa pelayan. Ia tidak terlalu memperdulikan para pelayan itu, lalu bergegas menuju kamarnya.

Melepas jaket dan tiduran di kasur. Ia merenggangkan kedua tangannya seperti mau terbang.

"Meskipun cukup sulit tadi, usaha gue terbayar." Dicky merasa puas. Dia termasuk cowok cuek, jadi untuk berinteraksi seperti tadi cukup sulit. Apalagi bicara formal, dia kurang nyaman dengan suasana seperti itu

Ia ingin chatt Adera, tapi bingung bagaimana caranya. Lebih tepatnya pesan yang akan ia kirim. Selama ini ia tak pernah chatt cewek, chatt para fans nya saja jarang ia tanggapi.

Ia memilih mandi terlebih dahulu, menyegarkan tubuhnya yang cukup lelah hari ini. Barangkali sesudah mandi ia memiliki ide bagaimana ia akan memulai chatt dengan Adera.

Sebenarnya ia bisa saja menelpon langsung. Tapi dia tidak mau melakukan itu. Dia terlalu sulit di ajak berkomunikasi, yang ada nanti hanya hembusan napas yang terdengar. Ia tidak mau menimbulkan suasana akward nantinya.

Setelah menyelesaikan ritual mandinya dan memakai pakaiannya. Ia duduk di sofa kamarnya. Ia memegang hp, bukan mengetikkan pesan tapi hanya memutar-mutarnya saja.

DickyEl
P
Hai

Hanya 2 pesan yang ia kirim, itupun sangat singkat. Tiba-tiba saja kerongkongannya terasa kering. Ia ingin minum sesuatu yang menyegarkan. Ia meletakkan hp nya di atas meja dan menuruni tangga menuju ruang depan.

"Bibi, buatin saya jus." ucap Dicky ketika melihat Bi Darmi yang sedang berada di dapur.

"Aden mau jus apa? biar bibi bikinin." tanya Bi Darmi sopan

"Jus jeruk, lalu anter ke kamar saya."

"Baik, Den."

Dicky kembali menuju kamarnya. Lalu mendudukan dirinya di sofa. Setelah itu, ia kembali memainkan hp nya.

Ada notifikasi WA yang masuk, ia segera membukanya. Wajah Dicky terlihat lebih ceria ketika mengetahui chattnya di balas.

Adera
Maaf, siapa ya?

DickyEl
Dicky

Adera
Kak Dicky?
Korban kecelakaan waktu itu?

DickyEl
Iya

Adera
Gimana kondisi kakak?

DickyEl
Udah sehat

Adera
Syukurlah

DickyEl
Ganggu gak?

Adera
Nggak kok

Topik apa lagi yang akan dibahas? Dicky bingung. Ia seolah kehilangan kata-kata lagi. Ia meyandarkan kepalanya di sofa dan menghembuskan napas kasar.

****

Yeaaaa akhirnya update juga, padahal aku sendiri bingung mau ngetik gimana. Kalian jangan jadi readers yang diam dong, Vote dan Comment sebanyak yang kalian bisa. Aku ngetik ini gak mudah lho, dengan kalian Vote dan Comment bisa bikin aku semangat ngetiknya. Nanti aku juga lebih cepet updatenya.

Cinta di Atas LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang