11. Tebak-Tebakan

116 15 2
                                    

Adera menganggukan kepalanya sambil berusaha menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah. Ia menjadi gugup sekarang berada di dekat Dicky.

"Ra!" panggil Dicky

"Iya kak?" Adera menjadi kaget

"Malah ngelamun, gak baik."

"Nggak kok, aku nggak melamun sama sekali."

"terus?"

"Nabrak tiang."

"Malah bercanda, gak lucu."

"Yaudah, maaf."

"Minta maaf terus, gak bosen?"

"Iya deh, kamu mau buah lagi?"

Sedikit berbicara dengan Dicky mengurangi kegugupan Adera, meskipun masih ada sedikit. Adera mencoba mencari topik agar suasanan tidak terlalu canggung.

"Nggak, masih kenyang."

"Kamu mau minum?"

"Emang loe bawa air?"

Dicky hanya melihat Adera memegangi piring yang di letakkan di pangkuannya. Dia tidak membawa air. Untuk apa menawari yang tidak ada?

" Nggak sih, tapi kalo kamu haus, aku bisa beliin."

"Gak usah, gue gak haus."

Topik apalagi yang harus dibahas? Adera kehilangan ide. Apalagi setelah permintaan maaf Dicky dengan rumput, dia semakin sulit untuk berpikir. Dirinya masih malu akibat ulah Dicky.

"Bosan nih." keluh Dicky

"Kamu mau balik ke kamar?" tawar Adera, siapa tahu Dicky bosan di sini dan ingin kembali ke kamar inap.

"Makin bosen kalo di sana."

"Gimana kalo kita main?" usul Adera

"Main apa?"

Adera mulai berpikir, "Main petak umpat atau kejar-kejaran mungkin?"

Adera ragu dengan yang di ucapkannya.

"Mainan anak kecil, lagian gue gak bisa leluasa bergerak."

"Bener juga sih. Main apa ya biar rame? yang gak terlalu kekanakan dan gak nyusahin kamu."

Adera berpikir sambil meletakkan telunjuk di pipi kanannya, sesekali menusuk pelan pipinya sendiri untuk mencari ide. Kelakuannya seperti itu malahan membuat dirinya terlihat menggemaskan di mata Dicky. Bahkan, Dicky jadi ingin mencubit pipi tersebut.

"Main tebak-tebakkan aja gimana?"

"Terserah, yang penting gak ngebosenin."

"Kamu kasih pertanyaan, biar aku yang jawab." ucap Adera semangat

"Gue gak bisa ngasih pertanyaan, loe aja."

"Biar aku duluan ya, hewan apa yang cuma dua huruf?"

"U dan g."

"Betul sekali, kamu bisa jawab dengan mudah."

"Hadiahnya apa kalo menang?"

"Emang harus pake hadiah gitu? kan cuma permainan."

"Gak asik kalo gak ada hadiah."

"Yang menang boleh minta apa aja, sedangkan yang kalah harus terima dan gak boleh nolak gimana?"

"Deal."

"Kamu minta apa sekarang?"

"Coba majuin muka loe."

Adera heran, "Mau di apain?"

"Nurut aja."

Adera memajukan wajahnya lebih mendekat ke arah Dicky. Dicky Memoleskan jarinya dengan tanah, lalu menggoreskannya di pipi Adera. Dicky tertawa pelan, tanpa sadar memperlihatkan senyumannya yang manis.

Adera mengerucutkan bibirnya, wajahnya kini terdapat noda tanah.

"Jangan di hapus, sampai permainan selesai!" titah Dicky

"Yah kok gitu? aku malu tau." Adera ingin menghilangkan noda tanah dari wajahnya, tapi dilarang oleh Dicky.

"Kan kesepakatannya gitu, yang kalah harus nurut."

"Sekarang kamu yang ngasih pertanyaan."

"Kopi apa yang rasanya teh?"

"Kopi rasa teh? hmm... kopikir teh." jawab Adera sambil berpikir

"Right, loe mau hadiah apa?"

"Kamu senyum, senyum tulus tanpa beban."

"Senyum?" Dicky malas untuk senyum, dia lebih suka berwajah datar.

Adera mengangguk semangat.

"Nggak mau, gue kan jarang senyum."

"Gak boleh gitu, kan kesepakatannya gitu, yang kalah harus nurut." Adera mengikuti gaya bicara Dicky.

Dicky akhirnya tersenyum, tapi hanya senyum kecil.

"Senyum yang lebar dong. Anggap aja gak ada beban."

Dicky tersenyum, memperlihatkan giginya yang berjejar rapi. Senyum tanpa beban sesuai keinginan Adera walaupun sedikit susah.

"Sekarang aku yang ngasih pertanyaan lagi. Kutu apa yang mengerikan?" tanya Adera

"Ku kutuk kau jadi istriku." jawab Dicky tenang

Wajah Adera kembali memerah.

"Kutukan macam apa itu? mana ada ngutuk jadi istri?" Adera berpura-pura kesal

"Ada kok, buktinya gue ngutuk loe jadi istri gue. Gak ada yang mustahil di dunia ini."

"Kamu aneh." ucap Adera

"Aneh gimana? Wajar dong cowok pengen punya istri. Kecuali cewek pengen punya istri, itu baru aneh."

"Dih, apaan coba? ngawur gitu." Adera makin salah tingkah

"Ngawur gimana? itu wajar kok."

"Bahas istri segala, emang kamu berani ngelamar?" tantang Adera

"Berani dong, asal jangan di tolak."

"Aku tolak nanti, jadi kamu takut ngelamar."

Mereka berbincang seakan serius, padahal cuma bercanda. Mereka juga sebatas mengenal nama, mana mungkin akan menikah.

"Setelah keluar dari rumah sakit, gue langsung ke rumah buat ngelamar. Siap-siap ya nanti."

"Aku gak mau nikah muda, enak aja. Aku baru masuk SMA."

"Usia muda gak papa, gue terima apa adanya."

"Makin ngelantur omongan kamu, efek kecelakaan nih. Harus di periksa sama dokter."

"Cuma becanda kok." Dicky mencubit pipi Adera membuat cewek tersebut sedikit meringis. Dicky puas karena keinginannya dapat terpenuhi.

Cinta di Atas LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang