8. Shalat

104 17 2
                                    

Suara azan subuh membangunkan Adera dari tidurnya. Ia berusaha mengumpulkan kesadarannya, lalu mulai melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Ia baru merasakan sakit di punggung dan pinggangnya akibat tidur sambil duduk. Bahkan, ia memegangi pinggangnya sambil berjalan.

Adera mulai membasuh wajahnya di wastafel. Air yang menyentuh wajahnya membuatnya lebih segar. Setelah selesai, barulah ia melangkahkan kaki lagi.

Rupanya suara gemercik air tadi cukup untuk membangunkan Dicky. Kini, cowok tersebut sudah membuka matanya padahal biasanya ia paling malas untuk bangun pagi.

"Jam berapa sekarang?" tanya Dicky

"Jam 5 lewat."

"Mau kemana?"

"Mau ke mushala, udah waktunya shalat subuh. Kakak mau shalat juga?" tanya Adera

Dicky terdiam, sudah lama dia tidak mengerjakan shalat. Dia juga termasuk orang yang jarang beribadah. Dia sering lalai akan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Menyadari sikap Dicky yang langsung diam, membuat Adera bingung. Apa dia salah bicara?

"Kakak." panggil Adera

"Eh iya?"

"Kamu kenapa diam? aku salah bicara ya?"

"Shalatnya bisa di sini aja gak? gue gak mau sendirian."

Alasan yang dibuat oleh Dicky. Dia ingin melihat orang shalat lagi. Di keluarganya jarang shalat, dikarenakan kesibukan masing-masing. Bahkan untuk kumpul bersama keluarga saja sulit. Oleh sebab itu, dia juga jarang shalat, karena tidak ada yang mendidiknya. Teman-temannya juga termasuk orang yang bebas, sering melalaikan shalat, dan jauh dari ajaran Islam.

"Ya sudah, aku shalat di sini aja."

Adera menuju kamar mandi untuk berwudhu. Setelah itu, ia menggelar sajadahnya di sisi brankar tempat Dicky berbaring.

Dicky terus menatap Adera yang menjalankan tugasnya sebagai seorang muslim. Hatinya terasa nyaman dan tentram. Bahkan, setelah Adera selesai mengerjakan shalat, mata Dicky tetap tertuju padanya.

"Aku mau pulang dulu, nanti aku ke sini lagi jagain kakak. Kakak gak papa kan aku tinggal dulu?" tanya Adera sembari menghampiri Dicky

"Jangan lama-lama, gue gak suka sendirian."

"Gak lama kok, nanti aku juga minta Suster Lusi buat jagain kamu sementara aku gak ada. Sarapan nanti dateng jam 7, masih ada satu jam lagi. Kalo aku telat datang, kakak mau sarapan sendiri atau minta bantuan suster?"

Perkataan Adera membuat Dicky tersentuh. Cewek itu begitu peduli dan perhatian terhadap dirinya. Disaat ia akan pergi pun masih memperhatian Dicky, berbeda dengan keluarganya.

"Gue gak mau makanan rumah sakit, gak enak." keluh Dicky

"Gak boleh ngomong gitu, itu kan baik buat kakak, atau kakak mau aku buatin bubur?"

"Ada rasanya kan?"

"Insya Allah, masih ada rasanya. Oh iya ini dompet kakak. Kemarin lupa ngasih, maaf ya." Adera menyodorkan sebuah dompet kepada Dicky

"Gak papa kok, loe mau beli bahannya? ini uangnya."

"Gak perlu, kak. Di rumah masih tersedia bahannya. Lagian cuma bubur doang, gak ribet bahannya. Aku pergi dulu. Assalamu'alaikum." Adera melangkahkan kaki keluar.

"Wa'alaikum salam."

***

Adera sampai di rumahnya setelah menempuh 15 menit di perjalanan. Hari yang terlalu pagi, jadi belum mengalami kemacetan.

Adera mengetuk pintu, lalu di bukakan oleh Rizal, Papahnya. Rizal masih mengenakan sarung dan baju koko, karena baru pulang dari masjid. Adera tak lupa mengucapkan salam dan mencium punggung tangan Papahnya.

"Kamu baik-baik aja kan?"

"Adera gak papa kok, Pah. Kemarin kan Adera udah bilang kalo Adera nginep di rumah sakit. Kalo ada apa-apa, kan ada dokter di sana."

"Tetap aja Papah gak tenang."

"Adera boleh minta bantuan gak sama Papah?"

"Kamu mau apa?"

"Bantuin kerja sama dengan pihak kepolisian atas kecelakaan korban yang Adera tolong. Dan cari keterangan soal dia, biar bisa ngasih kabar sama keluarganya." jelas Adera

"Papah yang urus masalah itu. Kamu cuma harus jaga diri aja, jangan sampai sakit karena kecapekan."

"Iya, Papah. Tapi abis ini Adera mau balik lagi ke rumah sakit buat jagain dia, kasihan sendirian."

"Papah anter ya?"

"Gak perlu, Adera pakai motor aja. Lagian Papah kan harus ngurus kantor sama ngurus soal kecelakaan."

"Iya deh, tapi harus hati-hati."

Adera memasak ayam goreng dan nasi goreng sebagai menu sarapan bersama Papahnya. Tidak lupa memasak bubur, pesanan Dicky.

Setelah bersiap-siap, ia memasukkan bubur ke dalam kotak makan yang akan di bawanya ke rumah sakit. Ia juga memasukkan nasi goreng dan ayam goreng di kotak makan yang satunya.

Adera mengeluarkan motornya dari bagasi, Papahnya menghampiri.

"Jangan ngebut, patuhi lalu lintas, liat kanan-kiri, pokoknya hati-hati di jalan." pesan Rizal pada anaknya

"Adera bakal hati-hati kok. Adera pergi dulu ya, Assalamualaikum." pamit Adera sambil mencium punggung tangan Papahnya.

"Wa'alaikum salam."

Adera mengendarai motornya keluar dari pekarangan rumahnya dan menuju rumah sakit.

Cinta di Atas LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang