Seharian ini Dicky susah untuk di hubungi. Jarang membalas pesan. Bahkan ketika di telpon pun sering ditolak. Membuat Adera bingung dengan keadaan Dicky yang kembali menjadi sosok dingin tiada kabar.
Adera baru saja berniat untuk membaca buku, namun hp nya bergetar menandakan pesan masuk. Tidak di sangka, seseorang yang hari ini membuatnya khawatir malah menghubunginya. Dia semakin bingung depan cowok yang satu ini. Ketika dihubungi malah tiada kabar, ketika mencoba memikirkan hal yang lain malah menghubunginya.
Dia menggeser icon hijau yang tertera di hp nya. Lalu menempelkan benda pipih tersebut ke telinganya.
"Halo, Ra." suara serak Dicky yang terdengar
"Kenapa? kakak kemana aja?"
Terdengar helaan napas di ujung sana.
"Malam ini gue jemput."
"Mau kemana?"
"Siap-siap ya, jam 7 gue jemput."
Baru saja Adera hendak melayangkan protes, tapi telponnya keburu dimatikan secara sepihak oleh Dicky. Ketika di telpon balik, nomornya justru tidak aktif. Sebenarnya kemana cowok itu seharian ini dan akan mengajaknya pergi kemana? pergi tanpa kabar, datang sejenak lalu pergi lagi. Hal apa yang direncanakan oleh Dicky?
Adera pusing sendiri memikirkannya. Cowok itu benar-benar misterius. Kepalanya penuh tanda tanya jadinya hanya karena satu orang saja. Menyebalkan memang.
Dia melirik jam di pergelangan kirinya. Masih jam 4 sore. Masih ada waktu 3 jam sebelum Dicky menjemputnya. Dia memilih duduk di kursi belajar dan mengambil sebuah novel yang belum di selesaikannya.
Dia menepuk dahinya.
"Astaghfirullahal adzim, aku lupa belum sholat Ashar."
Dia menjadi sosok yang pelupa sekarang. Hanya karena Dicky, pikirannya mulai kacau. Bahkan dia sampai lupa menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslimah.
Tidak ada gunanya menyalahkan cowok itu. Biar bagaimanapun, dia juga yang bersalah. Terlalu memikirkan seseorangan yang bukan mahramnya hingga lupa dengan kewajibannya. Lebih baik dia segera berwudhu dan menenangkan pikirannya.
Setelah mengerjakan sholat Ashar, dia mengambil Al-Qur'an dan membacanya. Membaca surah Ar-Rahman yang menenangkan jiwa.
Tak terasa, dia telah menyelesaikan bacaannya setelah selesai membaca ayat yang ke-78. Hatinya sedikit lebih tenang sekarang.
Bingung mengisi beberapa jam kedepan dengan melakukan apa, dia memilih membaca novel saja. Novel yang dia pilih untuk menghabiskan waktu, namun gagal ketika dia baru menyadari belum menunaikan ibadahnya.
Tak terasa, sudah hampir jam 6. Ternyata dengan membaca membuatnya lupa akan waktu. Bergegas menutup halaman novelnya, dan keluar dari kamar. Dia menuju dapur, membantu Mamahnya memasak untuk makan malam.
"Malam ini kak Dicky mau jemput aku."
"Kalian mau kemana?" tanya Dinda
"Gak tau juga, tadi abis ngasih tau bakalan jemput, telponnya di matiin."
"Mungkin dia sibuk, makanya di matiin. Nanti bisa tanya kalo udah ketemu langsung."
Adera mengangguk. Tangannya mengambil beberapa sayuran dan mulai memotongnya.
Tinggal 15 menit lagi sebelum jam menunjukkan pukul 7 malam. Adera sudah siap di ruang depan menunggu kedatangan Dicky.
Duduk dengan gelisah, sesekali melihat layar handphone nya, barangkali ada pesan masuk. Cowok itu bener-benar hobi membuatnya gelisah.
Terdengar suara mobil yang memasuki pekarangan rumahnya. Bergegas Adera pergi keluar untuk mengecek apakah yang datang tersebut adalah orang yang ditunggunya. Tepat sekali. Dicky muncul setelah pintu mobil terbuka.
Adera sedikit terpana dengan ketampanan yang dimiliki oleh Dicky. Terlebih pakaian yang dikenakannya menambah kesan cool yang ada dalam dirinya. Dia cuma sedikit terpana, karena setelah itu dia langsung memalingkan wajah lantaran malu ketika Dicky berjalan ke arahnya.
"Gue gak telat kan?" tanya Dicky
Adera menggeleng, Dicky sudah datang bahkan sebelum jam menunjukkan pukul 7 malam. Dia termasuk cowok yang disiplin dengan waktu.
Adera mengajak Dicky untuk masuk ke dalam rumah. Tanpa sepatah katapun, Dicky hanya mengekor di belakang Adera. Begitu masuk, sudah ada orang tua Adera yang duduk di sofa.
"Assalamu'alaikum, Om, Tante." ucap Dicky lalu menyalami punggung tangan keduanya. Meskipun tak terbiasa, tapi dia akan berusaha sopan dengan mengucap salam ketika bertemu orang tua Adera.
"Wa 'alaikum salam, silahkan duduk Nak Dicky." ucap Reza
"Makasih, Om."
"Ada keperluan apa ya?"
"Dicky mau ngajak Adera pergi. Makan malam bareng. Dicky bakalan jagain Adera kok. Om dan Tante bisa percaya sama Dicky." ucap Dicky
"Om izinin kalian pergi, tapi jangan pulang larut malam."
"Hati-hati juga di jalan, jangan ngebut." ucap Dinda
"Baik, Om, Tante. Kami bakalan hati-hati kok. Kalian tenang aja karena Dicky bakal jagain Adera."
Adera tidak berkata apa-apa. Dia hanya memalingkan wajah ketika wajahnya bersemu merah. Dia blushing.
"Kalo gitu, kami pamit ya. Assalamu'alaikum." Dicky kembali menyalami punggung tangan kedua orang tua Adera. Lalu Adera pun melakukan hal yang sama.
Mereka berdua memasuki mobil dan mulai meninggalkan pekarangan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Atas Luka
Teen FictionAdera Aurelia Fathina hanyalah gadis sederhana, meskipun keluarga termasuk keluarga berada. Ia hidup dengan kasih sayang orang tua, sahabat dan orang-orang di sekitarnya. Ia bergabung dengan organisasi PMR, alasannya karena ingin menolong banyak ora...