Jangan menjadi silent readers. Comment sebanyak yang kalian bisa. Biar aku tau pendapat kalian terhadap karyaku. Jangan lupa vote, gak bakal lama kok.
***
Adera menutup bukunya. Ia mulai merapikan alat tulis dan memasukkannya ke dalam tas. Waktu bel pulang sekolah sudah berbunyi. Saatnya kembali ke rumah.
Adera dan Naima berjalan beriringan menuju gerbang. Naima membetulkan posisi tasnya mencari posisi yang nyaman. Adera memegang hp nya. Ia baru saja dapat kabar bahwa Papahnya tidak bisa menjemput karena ada rapat penting.
"Kamu gak mau pulang bareng aku aja, Ra?" tanya Naima. Sedari tadi ia membujuk sahabatnya ini untuk pulang bersamanya.
"Gak usah, Na. Rumah kita beda arah. Nanti kamu repot harus nganterin aku dulu. Aku bisa naik taksi kok." lagi-lagi penolakan dari Adera. Alasannya hanya satu, ia tak ingin merepotkan sahabatnya.
"Gak ngerepotin sama sekali. Kamu mau ya pulang sama aku?" tawar Naima lagi. Berusaha terus membujuk Adera.
"Gak usah, aku bisa naik taksi atau gak kendaraan umum kan banyak."
Mereka telah tiba di depan gerbang. Di sana sudah terlihat Ayah Naima. Naima terus membujuk tapi hasilnya tetap sama. Adera tetap menolak ajakannya. Naima masuk ke dalam mobil.
"Aku duluan ya, bye!" ucap Naima sambil melambaikan tangannya.
Adera balas melambaikan tangan. Sampai mobil Naima tak terlihat, barulah ia menurunkan tangannya.
Ia melihat sekitar. Ada beberapa siswa yang menunggu jemputan orangtuanya. Biasanya ia juga akan menunggu seperti mereka, tapi tidak hari ini.
-Anggap aja itu pakai seragam-
Sebuah motor berhenti di depannya. Adera sudah tau pemiliknya. Hampir setiap hari bertemu dengannya. Dia membuka helm nya.
"Mau bareng sama gue?" tanya dia
"Gak usah deh, gue naik taksi aja, Fan." jawab Adera
Cowok itu adalah Arfan. Wakil ketua kelas di kelasnya. Mereka juga cukup dekat.
"Sama gue aja deh, gue anterin sampai rumah kok."
"Gak usah, gue bisa sendiri. Loe kan juga abis kecelakaan, mending istirahat aja di rumah."
"Ya ampun, Ra. Gue kecelakaan itu beberapa hari yang lalu. Gue udah sehat sekarang."
"Tetap aja, loe harus istirahat."
"Gue gak nganterin loe, tapi gue temenin loe sampai ketemu taksi." Arfan tetap saja berusaha agar bisa menemani Adera.
"Gak papa, beneran deh. Gue aman kok. Bentar lagi juga taksi bakal ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Atas Luka
Teen FictionAdera Aurelia Fathina hanyalah gadis sederhana, meskipun keluarga termasuk keluarga berada. Ia hidup dengan kasih sayang orang tua, sahabat dan orang-orang di sekitarnya. Ia bergabung dengan organisasi PMR, alasannya karena ingin menolong banyak ora...