15. Kembali

122 17 12
                                    

Dicky sudah pulih kembali setelah menjalani pengobatan. Sebenarnya, lukanya tidak terlalu parah. Hanya saja keluarganya yang berlebihan. Ia tidak mengalami cedera dalam, tapi harus menjalani serangkaian pengobatan yang membuatnya bosan. Apalagi ia harus memakan makanan rumah sakit, yang sungguh membuatnya tidak berselera sama sekali. Ia tidak diperbolehkan memakan makanan dari luar.

Keluarganya juga jarang berkunjung. Selama di sana, ia hanya dirawat oleh dokter. Awalnya ia mengira dengan keadaannya yang sedang sakit, keluarganya akan meluangkan lebih banyak waktu. Ternyata perkiraannya salah. Orangtuanya masih di sibukkan dengan pekerjaan. Sedangkan Rasya juga masih mengurus beberapa cabang butik miliknya. Hanya kakaknya yang sering mengunjunginya, itu pun dalam waktu yang singkat. Bahkan, ayahnya berada di Swiss ketika ia berada di rumah sakit.

Ia diperbolehkan pulang setelah terkurung dalam ruangan putih berbau obat selama seminggu. Tetapi, Rasya bersikeras agar Dicky pulang setelah sembuh total. Akhirnya ia tetap berada di rumah sakit sampai 10 hari. Tambahan 3 hari yang berhasil membuat Dicky kesal.

"Udah cukup gue ngabisin waktu seminggu di tempat ini. Gue gak mau tambahan hari. Gue udah sehat!" protes Dicky

"Nggak, loe harus bener-bener sehat saat kembali ke Indonesia. Gak boleh ada luka lagi yang masih kelihatan!"

"Gue bosen di sini. Mending gue jalan-jalan bareng Kevin sama Darrel."

"Sekali nggak, tetap nggak. Loe gak bisa kabur kemanapun karena penjagaan di sini ketat."

Setelah perdebatan panjang antara dirinya dan kakaknya yang keras kepala itu. Ia harus tetap di rumah sakit. Ia bahkan sampe mendiami kakaknya selama seharian penuh.

Dicky bener-bener bahagia sekarang. Ia bisa kembali menghidup udara bebas tanpa ada bau obat yang menganggunya.

Sekarang ia berada di blue cafe untuk menghilangkan jenuhnya setelah berada di rumah sakit. Dengan wajah datarnya yang khas ia memesan beberapa menu untuk dinikmati. Ia dengan wajah datar memainkan handphone miliknya, benar-benar tanpa ekspresi. Ia terbiasa seperti itu hingga tak terlalu bisa mengapresiasikan kebahagiaannya.

Dicky berdecak kesal, Darrel dan Dicky telat dari waktu yang seharusnya. Sudah 10 menit lebih ia menunggu, tapi batang hidung mereka masih belum terlihat. Ia menyeruput minumannya.

Kevin datang dengan menepuk pundak Dicky

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kevin datang dengan menepuk pundak Dicky. Membuat cowok itu tersedak dan berbagai umpatan keluar.

"Sialan loe, baru dateng udah bikin kaget. Mampus aja loe!" ucap Dicky sarkastik

"Sorry, jalanan macet. Gue juga udah ngebut ke sini, walaupun gue lagi sibuk. Demi loe gue usahain dateng. Kangen ya sama sosok Kevin?" ucap Kevin sok manja

"Jijik gue dengernya, Vin. Btw, si Darrel mana?"

"Palingan juga ngapelin pacarnya. Pacarnya banyak gitu, kalo di simpen di gudang gak bakal muat."

"Loe kira barang bekas jadi di simpen di gudang?"

"Abisnya banyak gitu, gue aja bingung cara dia bagi waktu."

Orang yang dibicarakan telah datang. Ia mengambil tempat duduk di samping Dicky.

"Sorry, telat. Tadi gue jalan dulu sama Rifka. Ini gue juga udah batalin janji gue sama Viona." ucap Darrel

"Gila parah loe, banyak banget simpenannya."

"Namanya juga orang ganteng, banyak yang cinta."

"Makan tuh cinta, kenyang gak?"

"Sirik aja loe." cibir Darrel

"Stop, masalah cewek aja didebatin. Kayak nggak ada hal yang lebih berguna aja." ceramah Dicky

"Ciee, dapat siraman rohani dari pangeran es." goda Kevin sambil ketawa bareng Darrel.

"Cewek itu cukup penting, bro. Loe kapan hilangin status jomblo loe itu?" Darrel merangkul Dicky, membuat empunya kesal.

"Gue masih belum kepikiran, tapi gue mulai tertarik sama cewek." ucap Dicky yang membuat kedua sahabatnya melirik ke arahnya. Kevin bahkan tidak jadi minum.

"Ternyata loe juga tertarik sama cewek. Gue kira doyannya cowok." ejek Darrel

"Yaiyalah, gue kan masih normal. Gue gak kayak loe yang macarin semua orang." ejek balik Dicky

"Apa yang membuat loe tertarik sama dia? cantik? kaya? anggun? sexy?" tanya Kevin penasaran

"Nggak, dia sederhana. Tingkahnya cerewet and cute. Usianya baru 15."

"Sumpah? demi apa loe? loe jatuh cinta sama bocah? gue gak nyangka ternyata loe pedofil." ucap Darrel gak percaya

"Gila, gila parah. Selera loe yang kayak gitu? loe cinta sama cewek cerewet? ibaratnya tuh es ketemu lava." Kevin geleng-geleng kepala

"Bacot loe berdua, gue baru bilang tertarik bukan cinta. Ini nih kalo gue cerita sama bucin."

"Just kidding, bro. Santai aja elah kagak usah cemberut gitu."

"Rumusnya gini, tertarik akan menjadi suka. Suka lama-lama berubah jadi cinta."

"Gak tau lah, lagian gue gak pernah ketemu lagi."

"Gegara di kurung di rumah sakit ya?" ledek Kevin

"Lupain lah, gue benci ruangan bau obat itu."

"Jangan terlalu benci, nanti malah cinta, mas." Kevin mengedipkan sebelah mata ke arah Dicky

"Jijik banget gue liatnya. Gue mau pergi aja." Dicky beranjak dari tempat duduknya

"Kemana?"

"Toilet"

Dicky mulai menjauh. Kevin dan Darrel berbincang membahas tentang cewek yang berhasil menarik perhatian si pangeran es. Seperti apa orangnya???

Cinta di Atas LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang