Bel tanda istirahat berbunyi, Banyak orang yang keluar meninggalkan kelas dan pergi menuju tempat yang lebih menyenangkan. Para cowok biasanya ke lapangan untuk bermain basket dan memperlihatkan kemampuannya, para kutu buku yang memilih perpustakaan sebagai tujuan, namun lebih banyak di antaranya yang pergi ke kantin untuk mengisi tenaga setelah menguras otak dengan pelajaran.
Namun tidak bagi Adera dan sahabatnya, Naima Nor Hanifa. Mereka berdua lebih memilih membawa bekal sendiri dari rumah daripada berdesakan di kantin.
Adera membuka kotak makannya yang berwarna biru, terlihatlah nasi goreng telur yang menggiurkan. Naima juga mengeluarkan makanannya, yaitu nasi+ayam goreng+ sayur bayam. Makanan yang cukup sederhana, tapi mengunggah selera.
"Kamu mau gak?" tanya Adera menyodorkan bekal yang ia bawa.
"Kamu mau juga gak? ini sayur kesukaan kamu lho."
Adera mengangguk. Mereka bertukar makanan yang mereka bawa. Setelah baca doa mereka mulai menyuapkan makanan ke mulut mereka.
"Aku dengar hari minggu ini ada acara pengumpulan dana buat korban tsunami, kamu ikut?" tanya Naima
"Aku sih mau banget ikutan, cuma minta izin dulu sama mamah dan papah. Takutnya ada acara mendadak. Kalo kamu?"
"Aku sih udah diizinan sama bunda, katanya kegiatan ini bagus, bisa membantu banyak orang."
"Btw, kan anggota PMR yang gak sibuk bakal ikutan kegiatan pengumpulan dana."
"Kalo kamu diizinin, kita berangkat bareng ya?"
"Boleh." jawab Adera sambil tersenyum
Bel pertanda istirahat sudah berbunyi, siswa-siswi mulai memasuki kelas masing-masing untuk mengikuti pembelajaran.
Pelajaran sekarang adalah Fikih. Berhubung gurunya ada rapat, maka hanya mendapat tugas meringkas materi.
"Adera" panggil seseorang
Adera menolehkan kepalanya, menengok siapa orang yang telah memanggilnya. Terlihatlah seorang cowok tinggi, berkulit putih dan hidung mancung berjalan ke arahnya. Cowok itu adalah Arfan, wakil ketua kelas X IPA 2.
"Kenapa Fan?" tanya Adera seraya menghentikan kegiatan menulisnya.
"Gue gak paham materinya." ucap Arfan sambil menunjuk buku catatannya.
"Gak paham bagian mana?"
"Semuanya, dari pengertian sampai hikmah yang di dapat."
Kenapa Arfan bertanya kepada Adera? itu karena Adera pintar dan mendapat peringkat pertama. Lagipula, bukan hanya Arfan yang suka bertanya, teman-temannya yang lain juga sering minta bantuannya ketika kurang paham dengan materi.
"Loe udah selesai nulis?" tanya Adera
"Belum sih, dikit lagi. Tapi meski nulis kayak gini, gak masuk ke otak gue." ucap Arfan sambil menarik kursi lalu duduk di samping Adera.
"Mau gue jelasin atau selesain nulis dulu?"
"Loe jelasin aja lah, tangan gue udah pegel nulis materinya."
"Milkiyah atau kepemilikan berarti sesuatu yang berada dalam kekuasaannya. Singkatnya sesuatu yang bisa dimiliki untuk dimanfaatkan dan boleh berpindah kekuasaan. Sebabnya ada 5 yaitu barang yang umum, melalui akad, warisan, peternakan dan membuka lahan baru."
Adera menjelaskan sebagian materi, Alfan mendengarkannya dengan seksama. Naima yang ada di sebelah Adera juga ikut menyimak, serta 3 cowok yang mulai memenuhi tempat duduk Adera.
"Kayak gue beli hp?" tanya Arfan
"Itu juga termasuk, karena jual beli suatu barang termasuk dalam kepemilikan melalui akad."
"Bagaimana kalo memiliki sesuatu yang tak terlihat?" tanya Vian
"Maksudnya gimana?"
"Memiliki hati seseorang, tak berbentuk dan tak terlihat tetapi terasa." jawab Vian keluar dari pembahasan awal.
"Gue bahas soal kepemilikan, bukan hal kayak gitu." ucap Adera
"Ini juga masalah kepemilikan, kepemilikan atas hati seseorang." ucap Fero ikut-ikutan
"Milikin lewat akad nikah, itu termasuk dalam pembahasan kita."
"Gue nanya materi Fikih, loe bertiga malah nanya begituan." ucap Arfan kesal
"Kan itu termasuk dalam materi."
"Kalian ngeselin, gue lagi belajar sama Adera."
"Kami juga belajar."
"Kenapa malah ribut sih? udah gak usah debat lagi." lerai Adera
"Loe berempat kalo adu debat kayak cewek, berisik dan cerewet." ucap Naima
"Gue kan persiapan ngelamar loe, Na." ucap Vian
"iih, ogah." Naima melanjutkan menulis materi yang sempat tertunda.
Fero dan Dino menjitak kepala Vian, kiri dan kanan. Membuat si empunya kesal.
"Salah gue apa sama kalian?" tanya Vian
"Ngelamar pala loe, belajar aja kagak bener sok-sok an mau ngelamar." Jawab Dino
"Masih 16 tahun udah ngomong ngelamar, mau nikah muda loe?" sahut Fero
"Yaudah nistain aja terus, orang sabar mah di sayang Allah."
"Eh, ini mau di lanjutin penjelasannya?" tanya Adera kepada Arfan
"Nanti aja, gue selesain nulis dulu. Ntar loe ajarin gue lagi ya?. Lagian gue gak konsen gegara emak-emak rempong." jawab Arfan
"Yaudah deh." Adera menganggukkan kepalanya lalu tersenyum.
"Gue balik ke tempat duduk gue dulu, ntar gue kesini lagi."
Ketiga cowok juga sudah pergi, Adera kembali berkutat dengan buku dan pena yang ada di depannya.
Harap tinggalkan jejak, jangan lupa vote and comment.
Nulis itu gak mudah, jadi dengan vote and comment dari kalian akan ngasih semangat buat nulis lagi.
Thanks udah baca🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Atas Luka
Teen FictionAdera Aurelia Fathina hanyalah gadis sederhana, meskipun keluarga termasuk keluarga berada. Ia hidup dengan kasih sayang orang tua, sahabat dan orang-orang di sekitarnya. Ia bergabung dengan organisasi PMR, alasannya karena ingin menolong banyak ora...