10. Peduli?

117 15 0
                                    

Adera mengerucutkan bibirnya setelah Dicky mengejeknya cerewet.

"Aku gak cerewet." ucap Adera

"Lalu?" Dicky menaikkan sebelah alisnya

"Aku cuma mau orang di sekitarku sehat dan bahagia."

"Loe cerewet karena loe peduli."

"Semua orang juga pasti peduli sama sekitarnya, bukan cuma aku." Adera menyuapkan potongan apel terakhir ke mulut Dicky.

Kata-kata yang kembali membuat Dicky terdiam. Semua orang peduli sama sekitarnya? baginya tidak. Kalau keluarganya peduli pasti dia tak mungkin kekurangan kasih sayang. Selalu meluangkan waktu terhadap pekerjaan sehingga menghiraukan anaknya yang memerlukan perhatian. Bahkan, harusnya kini mereka berada di rumah sakit untuk merawatnya, bukan orang yang masih asing baginya. Lalu, apakah keluarganya cemas saat dia tidak pulang ke rumah? Dicky hanya tersenyum miris.

"Nggak semua orang peduli sekitar, sebagian ada yang hanya mementingkan dirinya tanpa menoleh pada orang di sampingnya. Tanpa memperdulikan orang di sekitarnya apakah baik-baik saja atau terluka. Yang berambisi untuk maju tanpa rasa kasihan menginjak orang di bawahnya. Orang yang egois, and I hate them!" kalimat panjang yang jarang di ucapkan Dicky.

"Kamu gak papa?" tanya Adera lembut sambil memegang bahu kanan Dicky.

"Gue? gue kenapa?"

"Jangan terlalu di pendam, nanti makin sakit. Keluarin aja semua beban pikiran kamu. Aku siap denger keluh kesah kamu."

"Maksud loe?"

"Kakak gak baik-baik aja kan? kamu punya masalah yang selalu jadi beban pikiran. Masalah yang bikin kamu frustasi. Aku bener kan?"

"Loe tau apa? gue baik-baik aja."

"jangan ngelak kak, aku tau. Dari nada kamu bicara udah ketahuan kok. Kamu ngerasa gak di peduliin? tapi aku peduli sama kamu. Jangan pikir kamu sendiri. Aku emang masih orang asing bagi kamu, tapi jangan sungkan berbagi cerita sama aku."

"Loe bisa baca pikiran gue?"

"Nggak, aku cuma liat raut wajah dan nada bicara kamu yang berbeda. Kamu mau nyembunyiin ini terus? nanggung beban sendirian?"

"Maaf" ucap Adera kemudian

"Kenapa minta maaf?"

"Aku gak berhak nanya-nanya soal kehidupan kamu. Aku sadar bahwa aku hanyalah orang asing. Aku minta maaf udah bikin kamu mengingat masalah kamu."

"Gak papa kok."

"Kamu harus tau sesuatu, kepedulian kadang di perlihatkan tidak sesuai yang di harapkan. Dimana rasa peduli itu ditujukan dengan cara yang berbeda, cara yang tidak kita suka."

"Nggak, mereka emang gak peduli!"

"Mereka peduli sama kamu, cuma cara penyampaiannya salah. Tapi kamu gak boleh benci mereka. Biar bagaimanapun, aku tau bahwa mereka orang terdekat kamu."

"Gue ngerasa jauh dari mereka. Mereka gak peduli sama keadaan gue." rahang Dicky mengeras menandakan dia benar-benar marah.

"Gak usah di lanjutin, ya? aku minta maaf udah ingetin kamu sama masalah kamu. Aku gak mau kamu makin sakit. Cepat sembuh dan jangan bikin khawatir lagi. Cukup kemarin aku liat kamu penuh darah dan mimpi buruk terus."

"Segitu khawatirnya loe sama gue?"

"Gimana aku gak khawatir coba? liat kamu pingsan penuh darah. Di daerah sepi pula. Aku sampe panik waktu ngobatin. Bajuku aja sampe berubah jadi merah darah."

"Kelihatan parah ya?" Dicky menjadi bego untuk sejenak

"Kelihatannya emang cukup parah, untung gak ada luka dalam. Cuma luka tusuk sama terkilir aja. Aku takut salah ambil tindakan waktu ngasih pertolongan."

"Gak usah khawatir, gue gak papa kok sekarang."

"Gak papa gimana? kepala, pipi, sama kaki di perban gitu."

"Jangan bahas luka gue, males. Gue mulu yang di salahin." Dicky memutar bola matanya malas

"Iya, maaf."

"Kenapa minta maaf terus?"

"Aku kan salah, maafin ya?"

Ide jahil menghampiri Dicky, "Maafin gak ya?"

"Maafin dong, aku tau aku salah."

"Gak mau."

"Kamu mah gitu, maafin aku ya? janji deh gak nyalahin kamu lagi, gak bakal mojokin kamu lagi." mata Adera mulai berair

"Becanda kok, haha. Ekspresi loe lucu banget, hahaha."

Dicky tertawa terbahak-bahak melihat Adera yang menjadi objek kejahilannya. Adera mengerucutkan bibirnya kesal sambil mengusap air matanya yang keluar.

"Kamu jahat, aku kira kamu beneran marah sama aku dan gak mau maafin."

"Maaf deh, berenti dong nangisnya. Kan gue cuma becanda."

"Kamu jahat, tega sama aku."

Dicky memetik rumput dan menyodorkannya tepat di depan wajah Adera.

"Sebagai tanda permintaan maaf. Kalo orang biasanya pakai bunga, gue pakai rumput dulu. Gue masih tahap penyembuhan, jadi gak bisa beli bunga. Nanti kalo gue udah sembuh, rumputnya gue ganti sama bunga beneran. Maafin gue ya?" Dicky bicara serius

Baper boleh gak?

"Ka...kamu-" Adera menjadi gugup

"Maafnya di terima gak?"

Adera menganggukan kepalanya sambil berusaha menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah.




hola guys🤗
Sorry ya lama update, sibuk banget akhir-akhir ini😔

Ekspresi kalian gimana kalo di perlakuin kayak gitu? baper gak?😉

Cinta di Atas LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang