12. Berpisah

109 16 2
                                    

Setelah seharian menghabiskan waktunya bersama Dicky, Adera memutuskan untuk pulang. Apalagi Mamahnya juga pulang setelah dari rumah sang nenek. Walaupun Dicky sedikit tidak rela harus sendirian lagi. Ia merasa sedikit terhibur dengan keberadaan Adera.

Jam 4 sore, Adera tiba di depan rumahnya. Ibunya langsung memeluk putri kesayangannya tersebut, apalagi mereka tidak bertemu selama beberapa hari.

"Assalamualaikum, Mah, Pah." Adera mencium punggung tangan kedua orang tuanya

"Wa'alaikum salam." jawab keduanya

"Mamah kangen sama Adera." ucap Dinda

"Adera juga kangen sama Mamah. Keadaan nenek gimana? udah sehat belum?" Adera mendongkak menatap wajah Mamahnya tanpa melepaskan pelukannya.

"Alhamdulillah, udah sehat. Sekarang juga udah bisa jalan-jalan lagi."

"Kalo Mamah sama Adera udah ketemu, Papah dikacangin mulu. Gak seru suasananya." ucap Rizal cemberut

Sontak Adera dan Dinda tertawa melihat tingkah satu-satunya laki-laki di sini.

"Mending kita masuk rumah aja." usul Rizal

Mereka bertiga memasuki rumah bersama, lalu duduk di sofa yang tersedia di ruang utama.

"Papah ditinggalin mulu sama Adera. Sekarang dia gak betah lagi di rumah." adu Rizal

"Lho, Adera pergi kemana?" tanya Dinda penasaran

"Adera di rumah sakit aja, jagain orang yang Adera tolong. Papah kan sebenarnya udah Adera kasih tau kalo Adera ke sana."

"Terus keadaan dia gimana sekarang?"

"Udah mulai baikan kok. Oh iya, Papah udah dapet kabar tentang keluarganya?"

"Udah, ini nomornya." ucap Rizal menyodorkan secarik kertas berisi nomor

"Makasih ya, Pah udah bantuin aku."

"Iya, Papah malah bangga sama kamu."

***

Adera mulai menghubungi keluarga Dicky, namun tidak ada satupun yang tersambung. Ia mengetahui bahwa mereka sibuk, tapi ia masih saja merasa cemas.

Adera mondar-mandir tidak bisa tenang, tangannya erat menggenggam handphone. Sekali lagi ia menghubungi, terdengar nada sambung.

"Halo." panggil seseorang di seberang sana

"Apa benar ini dari keluarga Dicky?" tanya Adera sopan

"Saya kakaknya sendiri. Anda siapa ya? ada hubungan apa antara Anda dengan Dicky?" tanya Rasya

"Nama saya Adera. Saya ingin mengabarkan bahwa Dicky masuk rumah sakit karena kecelakaan."

"Anda mau membohongi saya?" Rasya curiga dengan orang asing yang mengabarkan adiknya kecelakaan.

"Tidak, Dicky memang kecelakaan. Dia sekarang berada di Rumah Sakit Medica, Ruang Melati nomor 3. Saya tidak berbohong. Anda bisa langsung mencari kebenarannya."

"Anda tidak berniat menipu saya kan?"

"Sama sekali tidak, Saya bahkan tidak akan meminta apapun sebagai imbalan. Saya ikhlas menolong Dicky."

"Bagaimana keadaannya?"

"Sudah baikan setelah 2 hari berada di rumah sakit. Maaf baru mengabari pihak keluarganya."

"Syukurlah, dia sudah baikan. Terima kasih sudah memberitahukannya."

"Sama-sama, Anda bisa langsung ke rumah sakit untuk lebih jelas."

"Baiklah, sekali lagi terima kasih."

Panggilan terputus, Adera bernapas lega telah memberitahu keluarga Dicky. Semoga saja keluarga Dicky tidak merasa cemas karena salah satu keluarganya tidak pulang. Ia berharap bahwa Dicky ada yang merawatnya. Bukannya ia tidak senang merawat Dicky selama ini, hanya saja ia berpikir bahwa Dicky mungkin lebih nyaman jika dirawat oleh keluarganya sendiri.

Adera duduk di kasurnya. Pikirannya tertuju pada seseorang yang beberapa hari ini bersamanya. Entah kenapa ia selalu memikirkan Dicky.

Adera khawatir jika Dicky belum makan malam. Cowok itu paling tidak suka makan makanan rumah sakit. Walaupun ia sudah menghubungi keluarganya, namun perasaan khawatir itu masih ada.

Adera akui merindukan cowok tersebut. Cowok yang jarang senyum dan banyak menyimpan rahasia dalam hidupnya. Cowok yang tidak suka makanan rumah sakit. Cowok yang menyukai masakan buatannya. Cowok asing yang tiba-tiba dekat dengannya.

"Astaghfirullah, tidak seharusnya aku memikirkan cowok yang bukan mahramku." ucap Adera setelah tersadar

Ia memutuskan untuk tidur daripada kepikiran Dicky terus-terusan. Ia berencana akan mengunjungi Dicky lagi besok, siapa tau dapat mengurangi kekhawatirannya.

Besoknya, sepulang sekolah Adera langsung menuju rumah sakit. Ia memasuki kamar inap Dicky, namun kosong.

"Kamu dimana?" tanya Adera pelan

Ia berlari menuju resepsionis dan menanyakan tentang Dicky.

"Permisi, saya mau bertanya. Pasien di Ruang Melati nomor 3 atas nama Dicky Elvano Rahardika ada di mana ya? kenapa kamarnya kosong?" tanya Adera sopan

"Pasien sudah dipindahkan ke rumah sakit lain oleh pihak keluarganya tadi malam." jawabnya

"Kalau begitu terima kasih infonya."

"Sama-sama."

Adera melangkahkan kaki menjauh dari area rumah sakit. Lalu berbalik menatap bangunan yang sering ia kunjungi beberapa hari ini.

"Dimana pun kamu berada, aku berharap kamu baik-baik saja."

Cinta di Atas LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang