26 - Sacrifice

3.4K 878 515
                                    

Play song : Dear Dream 🎵

Akan ada sebuah pengorbanan,

yang mengatasnamakan, teman.

yang mengatasnamakan, teman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selasa malam. Bangunan tua. Jadwal pemotretan. Perencanaan bunuh diri, dan ... Raiz."

Jaemin bergumam, mengulang setiap kata yang muncul di kepalanya. Hingga ketika nama Raiz terucap, Jaemin refleks menoleh ke arah Rumah Panti yang berada di depannya.

Mereka baru saja sampai─setelah melewati portal dimensi Renjun.

"Bentar, bentar. Lo ngomong apaan sih?! Terus kita ini mau kemana sekarang?!" Haechan mendengus, ketidaktahuan membuatnya pusing sekarang.

"Chan, lo tau bangunan tua lama di sekitar sini nggak?"

"Bangunan tua─"

"Kayak gini." Jaemin menatap kedua mata Haechan, jika dilihat mereka memang tidak melakukan apapun, tapi kenyataannya Jaemin baru saja mengirimkan sebuah gambar bangunan tua yang tadi muncul di kepalanya.

Dengan kata lain, dia mengirimkan gambar itu ke dalam kepala Haechan.

"G─gimana bisa ... Gila ya! Kenapa makin kesini, kemampuannya pada makin gila sih!"

"Chan, jangan banyak omong! Kita nggak punya banyak waktu sekarang!"

Haechan terdiam, Jaemin benar mereka tidak punya banyak waktu lagi. Maka kali ini adalah giliran kemampuannya untuk menganalisis.

Haechan memejamkan matanya, replika masalalu tentang terbentuk atau letak gambar bangunan itu kini terbaca dengan jelas olehnya.

Sederhana, namun luar biasa.

"Kita pergi sekarang. Gue tau ini dimana."

Jaemin mengangguk. Sebelum benar-benar pergi, Jaemin masih sempat melirik Rumah Panti itu dari sudut matanya sekali lagi. Karena ada sesuatu yang mengganggu isi kepalanya sedari tadi.

Lain kali, setelah semuanya selesai, gue bakal cari tau tentang lo ... Raiz.

*

Renjun tidak gegabah. Itulah yang terlintas di kepala Stara ketika memperhatikan setiap gerak-gerik yang dilakukan Renjun. Dari kelima Bintang Pendamping yang sudah ditemukan, Stara bisa dengan yakin mengatakan bahwa Renjun adalah yang paling cerdik.

Renjun sedang marah, tapi dia masih memiliki akal sehat.

"Kita nggak mungkin masuk gitu aja, itu sama aja bunuh diri. Kalo Ayah gue sebegitu nggak sukanya sama Chenle, udah bisa dipastiin kalo Ayahnya Chenle juga nggak bakal suka sama gue." Renjun berujar disela perjalanan mereka melewati semak-semak. "Apalagi kalo kita mengunjungi dia tiba-tiba."

(✓) [1] STARA : Discovery of Seven Companion StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang