11. Bingung

56.1K 2.4K 118
                                    

Firman POV.

Sekitar pukul 8 malam, aku mengendarai mobilku menuju apartement dimana aku tinggal beberapa bulan ini.

Pikiranku berkecamuk saat aku mengendarai mobilku.

Semua yang dilakukan oleh Sella di rumah tadi sangat aku inginkan dari dulu. Maaf atas sifatku yang saat ini menurut kalian tak pantas.

Pikiranku sekarang terus berandai-andai.

Memang ku akui aku salah memberikan ruang untuk Sella menyusup lagi. Tapi hati tidak bisa dipaksa bukan?

Ku akui aku sayang dengan Bella. Aku tak ingin menyakitinya, tapi apa yang kulakukan tidak sesuai kehendakku di awal janjiku padanya. Aku sungguh tak menginginkan keadaan ini. Sungguh

Saat ini hatiku tak ingin munafik, apalagi perlakuan Sella padaku tadi membuatku sadar, dia masih bertahta di hatiku.

Entahlah, apa keputusanku selanjutnya setelah ini.

Aku ingin mereka berdua tetap di sisiku. Egois? Biarlah aku egois kali ini. Kalian tak ada di posisiku.
Kalian tak tau apa yang kurasakan.

Kau juga tak ada di posisi Bella brengsek!

Suara hatiku meneriaki yang membuatku mengusap wajahku frustasi.

Sial. Aku tak ingin mereka berdua pergi dariku. Aku ingin mereka mendampingiku sampai nanti, tapi apa bisa? Apakah ini serakah?

Aku menghembuskan nafasku kasar.

Tak terasa mobilku sudah memasuki garasi.

Aku membawa jas dan tasku menuju ke tempat aku dan Bella tinggal, sebenarnya tadi di rumah, Sella menawarkan untuk mencuci jasku. Tapi aku menolak, bagaimanapun aku tak ingin memberikan harapan lebih lagi untuknya.

Aku juga masih ingat Bella di apartement pasti juga menungguku walaupun ku yakin dia kecewa atas keputusan yang ku ambil.

Apalagi Bella yang selama ini selalu mencuci jasku, dia memang sikapnya dingin kepada siapapun bahkan kepadaku, mungkin kalian tak akan menyangka bahwa Bella yang mencuci baju serta dalemanku setiap pulang dari kantor. Sewaktu-waktu juga dia bisa bersikap amat lembut kepadaku jika aku terkena masalah.

Sebenarnya dia merupakan istri idaman semua pria, hanya sikap dinginnya saja yang membuat pria takut juga tertantang. Beruntungnya aku yang sekarang memilikinya. Kalian mungkin mengataiku kurang bersyukur, iya memang itu yang aku lakukan.

Mungkin kalian menganggapku bodoh karena mengabaikan berlian demi krikil. Tapi aku juga butuh krikil itu untuk mengkokohkan sebuah istanaku. Bukannya pondasi rumah juga berasal dari krikil?

Aku memencet Bel tapi tak di buka, walaupun aku mempunyai id cardnya tapi aku sedang ingin di bukakan pintu oleh wanita yang ku sakiti saat ini.  Saat ku pencet sekali lagi pintu terbuka dan menampilkan wajahnya yang menatapku dingin.

Dia lalu kembali masuk tak keluar sepatah katapun untuk menyambutku.

Mungkin ini balasan yang pantas untukku. Aku rela, asal dia tetap ada di sampingku.

Aku melepas sepatuku dan ku letakkan di rak samping pintu.

"kau sudah makan Ay?"
Tanyaku mengajaknya bicara setelah keheningan menyelingkupi ruangan dan saat dia duduk di depan TV dengan pandangan kosongnya.

Dia diam tak ingin menjawab, dan beranjak menuju kamar.

Aku menatap punggungnya menjauh dan menghela nafasku lelah atas semua bebanku.

Rasanya aku ingin di telan bumi saja.

Aku merasa seperti tak berguna hidup di dunia. Aku sama sekali tak sanggup melihat matanya yang sembab itu.

The Secret Wife✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang