1

40K 1.3K 33
                                    

Kanianatha Marjolaine Sasikirana Tjahjadi tahu bahwa ia telah membuang - buang waktunya sejak tiga puluh menit yang lalu. Akan lebih baik baginya untuk mengecek emailnya, daripada ia berdiri dan tidak melakukan apa – apa selain menunggu seseorang didepan gedung kuliahnya.

Achaius Mario Thantawi baru saja mengiriminya pesan, memintanya untuk menunggu ia yang sedang mengantar pacarnya ke kelas, dan Atha sangat tidak suka ketika Mario ikut membawanya. Pertama, jika ia tidak menuruti permintaan Mario, buku yang sedang dibawa Mario tentu akan rusak. Atha tidak ingin mengambil resiko desain fashion drawings milik Renata rusak, dan Chalondra akan marah.

Kedua, ia perlu memastikan sesuatu, bahwa Mario tidak berlari dan mencari orang lain karena seseorang.

Atha merengut kesal saat menyadari kemeja putih yang ia pakai tampak kusut. Ia ingin semua sempurna dan rapi, termasuk pakaiannya. Ia menatap ke bawah kakinya, tidak ada heels untuk hari ini.

"Unta kering, lo terlalu lama," sahut Atha begitu melihat Mario datang dan berjalan dengan santai. Lelaki itu berjalan dengan santai, sembari memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Ia tidak terpengaruh dengan panggilan yang Atha lontarkan kepadanya, Unta Kering. Ia juga tidak memedulikan raut wajah kesal Atha.

"Unta gurun, mana bukunya? Gue harus berangkat sekarang,"

"Berisik lo, Tha. Bukunya ada sama Pak Yola," jawab Mario dengan malas. Ia kemudian berhenti dan memilih untuk duduk di salah satu bangku yang ada di koridor bangku itu.

Kanianatha memberengut kesal, "Terus ngapain gue nunggu elo, Unta. Buang – buang waktu gue aja. Aca sedang menunggu gue, sialan lo."

Tanpa mengindahkan Mario, Atha berjalan ke mobil BMW yang diam di pinggir jalan. Atha mengetuk pintu kacanya, dan segera berbicara ketika pengemudinya menurunkan kacanya.

"Pak, balikin buku yang sampulnya biru. Mario taruh disini katanya, Pak," kata Atha dengan cepat.

Pria berseragam hitam itu mengerutkan keningnya, "Mario siapa, Mbak?"

Atha tidak bisa menahan untuk tidak memutar bola matanya, ia sepertinya harus menghapalkan nama dan wajah sopir yang bekerja untuk Mario. Pria itu, sepertinya terlalu sering berganti sopir, "Mario – Unta – Kering, mana bukunya, Pak? Saya buru – buru nih."

"Maaf, Mbak. Saya tidak kenal Mario,"

Atha terkesiap saat mendengar penuturannya, "Pak, jangan bercanda deh. Saya - "

Atha membelalakkan matanya tidak percaya saat melihat kembali mobil itu. Sebuah BMW silver menarik perhatiannya, ia kemudian tersadar telah salah sangka melihat mobil.

"Saya salah orang. Maaf, Pak," kata Atha sambil menahan malu. Sayup – sayup, ia bisa mendengar suara tawa yang sudah ia kenal, Mario sedang menertawakannya.

Sebuah suara memanggilnya, "Non Atha,"

Atha menoleh, setelah ia menemukan sumber suara tersebut, ia melihat seorang pria berkumis, datang menghampirinya setengah berlari.

"Non, cari saya? Saya Yola, sopirnya Tuan Mario yang baru."

"Non, Tuan Mario baru saja mengirim saya pesan, bukunya yang sampulnya warna biru kan, Non? Ini saya bawakan," katanya sambil mengulurkan sebuah buku yang sudah Atha cari.

___

DiaforetikáTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang