58

1.9K 176 6
                                    

Kanianatha Tjahjadi menatap datar ratusan mawar putih yang ada di lantai ruangannya. Ia melihat sekelilingnya dan mendesah pelan saat yang ia lihat adalah mawar putih dimana – mana. Kartika Damara, sekretarisnya datang dan mengulurkan sebuah kartu berwarna putih gading dengan hiasan tinta berwarna emas di sekelilingnya.

Atha mengambil kartu itu dan membacanya. Beberapa menit berlalu, dan ia tidak terkejut saat mengetahui pengirimnya adalah Raditya Tjokro. Ia menggenggam kartu itu dan menoleh ke sekretarisnya,

"Chalondra tahu tentang ini ?" tanya Atha kepada Tika.

Tika menggeleng, "Belum, Mbak. Orang yang mengantar sudah pergi sepuluh menit yang lalu dan menurut jadwal hari ini, mungkin Ibu Chalondra akan datang setelah makan siang."

Atha bergumam kepada dirinya sendiri. "Dan Chalondra bisa melihat dari CCTV, duh."

Kemudian ia mengambil salah satu mawar putih dan memainkan batang bunga itu. Pria itu, Raditya, meminta maaf kepadanya setelah kejadian dua hari yang lalu di pesta Alceena. Atha akui, ia cukup tersinggung saat Radit berkata seolah – olah apa yang dilakukannya tidak berarti hanya karena dia masih berstatus kuliah. Ia kecewa saat menyadari bahwa yang mengatakannya adalah Raditya.

"Mbak, Pak Raditya benar – benar hopelessly romantic ya."

"Orang seperti itu," sahut Atha karena ucapan Tika mengusik pikirannya. "Hopelessly romantic?" keningnya berkerut.

"Saya tadi melihat proses drop off nya, Mbak. Empat ratus mawar putih untuk Mbak Atha, what a romantic man," itu yang dikatakan Tika sambil menurunkan buket besar mawar putih ke lantai dari mejanya.

Atha mengambil setangkai bunga mawar itu dan mendekatkan ke hidungnya agar ia bisa mencium bau bunganya. Setelah berpikir beberapa sesaat Atha akhirnya memutuskan sesuatu. "Tik, to much roses disini."

"Mau diapakan, Mbak ?"

Atha berkata, "Kalau dibuang sayang uang itu namanya, bagikan saja ke karyawan disini. Hari ini White Day, kan? "

"White Day itu kan - "

Atha melirik jam tangan yang melingkar di pergelangannya. "I know, Tik. Aku mau di lantai ruangan aku tidak ada lagi mawar ya. Tolong usahakan sebelum Chalondra datang semua sudah bersih. "

Atha melanjutkan, "Empat ratus mawar bukan barang yang sedikit. Aku akan memanggil office boy dan yang lainnya untuk membantu kamu,"

Kemudian, Atha mengambil satu buket kecil berisi lima belas tangkai mawar putih , memeluk dalam dekapannya dan berjalan ke ruangannya sambil bersenandung pelan.

___

"Pak," panggil Caleb Hanisentana kepada atasannya, Raditya Tjokro. Sayang sekali, Raditya yang sedang membicarakan pembangunan museum kepada Pangeran Rusia, Taras Alekseyevich Romanov , tidak mendengar panggilan dari Caleb.

"Pak," panggil Caleb sekali lagi.

"Bapak." Kali ini Taras yang menoleh, dan berkata ke Raditya. "Asisten kamu sepertinya memanggil kamu karena ada hal yang penting,"

Raditya menoleh dan bersitatap dengan Caleb. Ia menghampirinya dan Caleb berkata, "Pak, Ibu Kanianatha Tjahjadi menelpon."

Raditya mengambil alih teleponnya dan menyadari bahwa sambungannya sudah terputus. Ia segera pamit ke Taras, dan keluar dari ruang pertemuan itu. Setelah sampai di ruangannya, ia balik menelepon Atha.

"Hi." Itu yang didengar Radit pertama kali dan ia merasa perasaannya lega begitu mendengar suara Gadis Apricot-nya.

"Maaf aku tidak mengangkat telpon kamu tadi," kata Raditya sambil melonggarkan dasinya.

Atha bertanya kepada Raditya. "Kamu sibuk ?"

"Not really, hanya saja aku sedang bertemu dengan seseorang. Kamu sudah menerima bunganya?"

Atha menatap buket yang sudah ia pindahkan ke vas dan kini menghiasi meja kerjanya, "Mawar putihnya? Sudah."

"I'm sorry karena berkata seperti itu. Aku benar – benar tidak bermaksud .. "

"It's okay. Terima kasih juga untuk bunganya. Sekretaris aku tadi pagi menghitung ada empat ratus bunga dan berkata kamu adalah tipe pria yang hopelessly romantic, " kata Atha sambil memilin ujung blusnya.

Raditya tertawa lega mendengarnya. "Kali ini aku setuju dengan sekretaris kamu."

"Sekretaris aku sekarang menjadi fans kamu, Raditya. Dia benar – benar terpesona dengan kamu hanya gara – gara hari ini dia melihat mawar putih sebanyak itu."

"Hanya untuk orang yang seperti kamu," sahut Raditya.

Atha bertanya tidak mengerti. "Yang seperti aku?"

Yang aku cintai.

Raditya meperjelasnya. "Temanku."

"Right, teman. Terima kasih atas bunganya, Raditya."

___

DiaforetikáTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang