68

2K 185 1
                                    

Kanianatha memandang tanpa minat ke arah depannya. Telapak tangannya membuka karena ia meletakkan obat yang minum disana sembari ia juga menghitung obat yang harus ia minum. Chalondra Faillieres yang sudah menemaninya selama dua hari terakhir mengawasinya. Tatapannya membuat Atha jengah namun ia tahu ia tidak bisa melakukan apa – apa. Setidaknya, ia menyadari bahwa ini karena keras kepalanya sendiri.

Obatnya. Atha menghembuskan napas pelan, "Too much - "

Chalondra meletakkan bantal di sampingnya. "Yes I know, too much. Tapi itu obat kamu dan tidak ada hubungannya dengan aku."

"Siapa yang meminta kamu hujan - hujanan? Remember, Benedict saja sudah melarang kamu. Dasar keras kepala."

Atha tidak berani untuk menatap Chalondra yang marah kepadanya. Ia tahu Chalondra sudah merawatnya selama dua hari terakhir. "Come on, aku juga tidak tahu kalau hujan datang. Yang aku pikirkan hanya semoga sesi ini cepat selesai."

"You have to stop talking dan minum obatmu." Chalondra mulai bisa bernapas lega saat demam Atha sudah turun sejak semalam. Namun ia tetap menginap di tempat Atha. "Atha, kamu sendiri yang mengatakannya kalau aku harus bisa menjaga diriku sendiri. But, you forget yourself."

Chalondra kembali bertanya. "Dimana mobil kamu?"

"Ada di kantor, maybe. Aku meminta Indira untuk membawanya."

Chalondra tahu bahwa jawaban Atha kurang memuaskannya. Ia merasa perlu mendengar lebih detail. "Siapa yang mengantar kamu? Benedict?"

"Bukan."

Chalondra yang sedang membereskan meja didepan Atha menghentikan kegiatannya. "Siapa?"

"Raditya."

"Raditya?"

Chalondra tidak tahu apa yang harus ia katakan sehingga ia terdiam untuk beberapa saat. Selama ini ia tidak berani membawa pembicaraan ini atas keadaan Atha. "Dia yang mengantar kamu? Apa dia juga yang membawa kamu ke dokter?"

Dia yang mengantar gue dan kami berciuman. Should I tell it to you? Ca, kami berciuman dan gue membalasnya.

"Iya."

"We talk about Raditya Tjokro," kata Chalondra memulai pembicaraan serius. "Apa yang dia lakukan dengan kamu?"

"Dia hanya mengantar aku, we are a friend, Remember saat dia membawa seorang wanita di pesta Alceena? It's Claudia Leden. He has relationship with her."

Chalondra terdiam untuk beberapa saat. Ia memikirkan kembali apa yang sebenarnya terjadi karena ia tidak paham sama sekali. Ia mengenal Claudia Leden, tetapi ia tidak tahu kalau wanita itu menjalin hubungan dengan Raditya. Chalondra merasa ini adalah pertama kalinya ia mendengar berita itu.

"Dan bagaimana dia bisa ada di tempat yang sama dengan kamu?" tanya Chalondra. Kali ini Atha tidak menjawabnya, sehingga Chalondra kembali bersuara.

"Kanianatha," ucap Aca dengan hati – hati. Saat Chalondra memanggil nama panjangnya, ia tahu Chalondra sedang ingin berbicara serius, "Do you - "

Atha mengibaskan tangannya, "Terlalu cepat, Ca."

"You decided it?"

....

"Atha, you know what are you doing?"

"I know."

Melihat situasi canggung diantara mereka, Chalondra kemudian memutuskan untuk menundanya. "We gonna discuss it later," kata Chalondra. Kemudian ia membereskan peralatan makan yang ada di meja dan membawanya ke dapur.

"Tunggu." Chalondra membalikkan tubuhnya ketika Atha memanggilnya. "I mean, can we talked about this?"

"Sure," Chalondra kembali meletakkan barang – barang yang ada ditangannya. Ia kemudian menghadap ke arah Atha.

"Jadi, aku dan Raditya adalah teman." Atha menarik napasnya karena ia merasa gugup membicarakannya didepan Chalondra. "Aku tidak bisa menemukan kata – kata yang tepat untuk menceritakannya ke kamu, what should I do?"

"Let me help you," kata Chalondra tertawa geli. "Kalian berdua adalah teman?"

"Ya."

Chalondra mengangguk pelan saat mendengarnya. "Apa yang kalian lakukan selama ini?"

"Hmm, banyak. Aku bertemu dia dimana – mana. Di supermarket, perpustakaan, pesta Oma - "

Chalondra memotongnya, "Sejauh mana yang kalian lakukan?"

"Maksud kamu?"

"..."

"Dia menciumku," kata Atha setelah beberapa saat.

"Ketika dia mencium kamu didepan tamu grandmamma, hanya itu yang aku tahu. Is he kissing you in the next time?"

Wajah Atha memerah saat kembali mengingatnya. Chalondra kembali bertanya, "Well, you getting old, Atha. Apa yang kamu rasakan setelah berciuman dengan dia?"

" .... "

Atha meletakkan gelas yang semula ia pegang ke atas meja. "Apa itu penting?"

Chalondra yang sudah mengenal Atha selama bertahun – tahun tersenyum. "Mungkin kamu bisa mendapatkan jawabannya setelah menjawab pertanyaan itu."

"My heartbeat, Ca. It faster."

Atha melanjutkan, "Apa aku perlu ke dokter? My heart – jantungku, aku takut, Ca."

___

DiaforetikáTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang