"Aku mau beberapa diletakkan di ruanganku, Indira. Hmm, nomor satu sampai tiga." Atha membalikkan kertas yang ada didepannya. "Dan nomor enam."
Indira meluruskan letak kacamata yang sedang ia pakai dengan jari kelingkingnya. "Baik, Mbak."
Kanianatha terus membaca kertas yang ia pegang. Haute Courture Show akan dilaksanakan satu bulan lagi dan ia ingin memastikan busana yang akan ditampilkan benar – benar sempurna. Seminggu lagi ia harus melakukan fitting dengan modelnya dan untuk itu ia harus menyelesaikan busananya sebelum waktu itu.
"Dan headpiece yang ada di ruanganku. Bawa itu keluar dan letakkan di studio."
Indira bertanya kepada Atha. "Enam headpiece dari Mbak Atha dan enam lainnya dari Mbak Renata?"
Atha menggeleng. Ia tidak membuat headpiece itu. "Exactly, aku hanya melakukan evaluasi karena Chalondra memintanya. Jewelry?"
Indira mengangguk dengan cepat. Kali ini untuk dua looks Kanianatha ingin menggunakan kalung sebagai aksesoris. Oleh karena itu Indira mencari barang yang diinginkan Atha hingga ke Tiffany. "Aman, Mbak. Saya sudah mendapatkannya."
Atha mengangguk dan meletakkan kertas yang ia pegang ke atas meja. "Good. Kalau begitu kita bisa mengakhiri rapat ini."
Renata yang berada disampingnya tertarik saat melihat Atha yang terlihat antusias dan tergesa – gesa. "Kamu buru – buru?"
Atha meringis kepada Renata setelah keduanya keluar dari ruangan meeting. "Hari ini ada street show dan aku dengar ada beberapa komunitas yang akan melakukan fashion performance. Aku ingin melihatnya."
Amyla Renata mengangguk pelan saat mendengarnya. Ia sering mendengar tentang street show yang ada di Jakarta namun ia tidak pernah melihatnya. Terlebih tentang fashion performance yang bahkan Atha sendiri ingin melihatnya. "Hm, aku pernah mendengarnya. Kamu akan berangkat sekarang?"
Atha membuka ponselnya dan mendapati sebuah pesan masuk ke ponselnya.
Nicholas Elonio Raditya Tjokro : Sampai bertemu satu jam lagi.
___
Atha mendorong pintu kafe dan segera mencari sosok yang ia cari. Setelah beberapa saat ia menemukan Raditya yang sedang duduk didekat jendela. Ataha bergegas menghampirinya. "Hi, aku terlambat?"
Raditya tersenyum kemudian berdiri. "Tidak. Bahkan ini lima menit sebelum waktu janjian kita."
Atha menaikkan alisnya dan ia duduk di kursi yang ada didepan Raditya. "Tapi kamu datang lebih cepat?"
"Aku menyelesaikan pekerjaanku lebih cepat," kilah Raditya sembari tertawa kecil. Ia kemudian membiarkan Atha untuk memesan minuman terlebih dahulu. Yang sebenarnya terjadi ialah, ia menyerahkan urusan pekerjaannya untuk Caleb. Sebagai Chief Executive ia tidak dapat meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Raditya hanya berharap semoga Caleb bisa mengatasinya keadaan yang ia tinggalkan. Setidaknya untuk setengah hari ini.
"Kamu sudah makan?" tanya Raditya. Atha membalasnya dengan anggukan singkat.
"Es krim?" tanya Raditya kepada Atha saat mendengar pesanan wanita itu.
"I think it's like a furnace outside."
"Bukannya kamu baru saja sembuh?"
"Es krim tidak akan membuat orang demam," kata Atha dengan santai setelah ia memesan es krimnya. "Chocolate sounds good."
"Jadi dimana tempatnya?" tanya Atha dengan antusias. Keduanya sudah keluar dari kafe setelah Atha memutuskan untuk take away es krim yang ia pesan.
"Satu blok setelah kafe ini. Kita akan berjalan kaki."
Sepuluh menit kemudian keduanya menaiki sebuah jembatan penyeberangan. Tempat yang akan mereka kunjungi adalah sebuah taman publik yang berada di Jakarta Pusat. "Aku tidak pernah kesini," ucapnya. Dari tempatnya berdiri ia bisa melihat taman itu yang luas. Terdapat space luas yang ada ditengah taman dan ia bisa melihat keramaian orang yang ada disana.
"Me too. It means ini menjadi hal yang pertama kali untuk kita berdua."
Atha mengangguk kecil dan tertawa. "Yang benar saja."
___
KAMU SEDANG MEMBACA
Diaforetiká
ChickLitDiaforetiká | Galaxy Series #1 © 2018 Grenatalie. Seluruh hak cipta.