39

2.2K 194 0
                                    

Askari Tanuwidjaja segera berbicara setelah ia mengajak Raditya untuk pergi ke area yang sepi, menjauh dari taman dimana Iliona mengadakan pestanya disana. Ia menggeleng saat beberapa asisten rumah tangga yang mengenalnya menawarkan bantuan, ia hanya ingin berbicara empat mata dengan pria ini.

"Apakah Anda mau menjelaskan apa yang terjadi, Raditya? Satu menit waktu untuk Anda menjelaskan semuanya."

"Askari Tanuwidjaja, aku lebih tua dari kamu dua tahun." Raditya bersikap tenang sambil memasukkan tangan ke saku celananya.

Alis Saka terangkat, ia bersandar kepada salah satu tiang besar. "Anda mau kita berbicara tentang usia?"

"Aku bisa menuntut Mario atas tindak kekerasan."

"Dan kami bisa menuntut Anda dengan tindak pidana pelecehan seksual. Are you kidding me? Aku sendiri melihat dengan jelas apa yang terjadi, Raditya. Anda yang mencium adik saya – Kanianatha, that is the problem."

"Bagaimana kalian bisa menuntut saya jika Kanianatha sendiri membalas ciuman saya? Saya tidak mengerti satu hal disini, Tanuwidjaja. Kenapa kalian sepertinya tidak suka ketika saya mendekati Atha?"

"Just because we know. Chalondra memberitahu saya untuk menyampaikan ini, terdapat rumor tentang hubungan Anda dengan salah satu artis sekaligus brand ambassador label milik kakak Anda."

Raditya tertawa pelan karena rumor tak berdasar itu. Rachel adalah wanita yang selalu berusaha menarik perhatiannya dan tidak jarang pula ia menolak secara halus perbuatan wanita itu. Ia tidak percaya jika kini terdapat rumor tentang dirinya dengan Rachel."Dan kalian percaya rumor itu? Lagipula apa hubunganmu dengan Atha?"

"Rumor itu bukan urusan saya, Raditya. Tetapi saya akan serius ketika Anda menyeret Kanianatha ke dalam rumor itu. Kukira pasti Atha sudah menjelaskan bahwa aku kakaknya. Anda lupa?"

"Rumor hanya dibuat oleh orang yang tidak mempunyai kegiatan, Saka. Seharusnya kamu tahu itu."

"Kami tidak memikirkan rumor itu asal Kanianatha – adik saya tidak berkaitan," ucap Saka. Ia berkali – kali menegaskan kepada Raditya bahwa Atha adalah adiknya. "Melihat Atha yang tersakiti oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab dan pengecut adalah mimpi paling buruk kami."

"Aku sama sekali tidak berniat membuat Atha tersakiti. Kamu sepertinya salah paham, Saka."

"Bukan saya, Raditya. Anda yang tidak memahaminya."

"Saka, kalian bisa membuatku paham dulu sebelum adik kamu yang lainnya menggunakan cara kekerasan," singgung Raditya. Ia masih merasa ujung bibirnya kebas akibat pukulan Mario.

"Sejak awal saya berusaha membuat Anda memahaminya – Kanianatha, adalah adik saya."

"Kamu terlalu protektif sebagai kakak yang tidak sedarah."

Saka menatap mata Raditya. "Anda mengganggap kami sebagai kakak yang protektif? It's true. Saya tidak akan menyangkal ketika Anda mengatakannya. Om Raphael lebih protektif more than us, kepada anak perempuannya. Sayang sekali beliau tidak ada disini karena bisnisnya. Apa yang terjadi jika Om Raphael melihat Anda sembarangan mencium putrinya? Sejauh yang saya tahu, lebih mengerikan dari apa yang saya – atau Mario – lakukan kepada Anda."

___

Kanianatha berniat menggantikan posisi Chalondra disamping Iliona, karena ia tahu mereka sedang berbicara dengan pria itu atau berbaur dengan tamu lainnya untuk membereskan kekacauan yang baru saja terjadi. Ia baru keluar dari toilet saat seorang wanita berdiri di dekat pilar – wanita itu menegakkan tubuhnya saat Atha akan kembali ke taman dimana pesta berlangsung. Wanita itu mencekal tangannya dan membuat Atha berhenti sejenak.

"Kanianatha, kan?"

Atha tersenyum sopan saat menyadari wanita yang ada didepannya adalah Sabrina Tjokro. "Selamat malam, Tante."

"Malam." Sabrina balas tersenyum saat melihat gaun yang dikenakan Atha, "Kamu cantik sekali malam ini."

"Terima kasih. Tante juga terlihat cantik dengan gaun ini."

Sabrina kemudian berkata kepada Atha. "Kanianatha, kamu tahu dimana Chalondra? Kami sedang berbicara dan sepertinya dia mempunyai urusan penting sehingga pembicaraan kami belum selesai."

"I don't know yet, Tante. Mau aku carikan dia?"

Sabrina menggeleng pelan. "Sepertinya tidak perlu. Tante hanya ingin tahu dimana dia."

Ia menambahkan, "Besok kamu ada waktu? Tante ingin mengobrol dengan kamu."

"I'm sorry, Tante. Saya besok tidak ada di Jakarta. I will go somewhere."

"Hanya satu jam, Kanianatha. Tante ingin kita berdua mengenal lebih dekat – mengobrol ringan."

Atha benar – benar bingung karena ia tidak tahu bagaimana menolaknya. Ia kemudian tersenyum sopan. "Dimana, Tante?"

"Tante akan menunggu kamu di Hotel Mulia, besok jam sepuluh. Apa itu terlalu pagi untuk kamu, Atha?"

"Tidak, Tante. "

Sabrina tidak bisa melepas senyumannya. "Sampai jumpa besok, Kanianatha."

­­­____

DiaforetikáTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang