83

1.4K 138 3
                                    

Atha mendorong tubuh Raditya menjauh sehingga tangan pria yang awalnya memeluknya kini terlepas. Ia membelalakkan matanya karena rasa terkejut masih menghinggapi dirinya. Pelukan yang baru saja Raditya lakukan hanya berlangsung selama tiga detik tetapi ia tetap tidak bisa menerima apa yang baru saja terjadi.

"A- apa," Atha memundurkan kakinya selangkah ke belakang untuk membuat jarak dengan Raditya. "Apa yang baru saja kamu lakukan?"

Atha mendesis, "Kamu sadar apa yang sedang kamu lakukan?"

"Atha - "

Atha mengangkat tangannya dan itu membuat Raditya tidak melanjutkan kata – katanya. "Apa kamu mengira semua wanita yang sedang bersama kamu menyukai pelukan? Well, I don't like it. Harus ada alasan rasional dimana orang bisa melakukan kontak fisik seperti itu dan aku tidak suka ketika kita bersama seperti ini. Demi tuhan, apa yang baru saja kamu lakukan, Raditya!"

Atha memikirkan berbagai kata umpatan yang terlintas di pikirannya, namun karena keduanya ada ditempat umum ia tidak bisa mengatakannya dengan jelas di depan wajah Raditya. "Raditya, aku semakin yakin kalau aku dan kamu memiliki visi yang berbeda. Kita tidak pada tujuan yang sama, jadi biarkan aku berkata seperti ini, kalau aku tidak menyukaimu."

Atha mendengar suaranya yang bergema di ruang itu. Ia baru menyadari tidak ada orang yang berlalu – lalang lagi sehingga tempat itu menjadi sepi. "Well, it's true kalau aku mengabaikan semua jenis kontak yang kamu lakukan. Semua yang kamu lakukan membuatku muak. Aku memang mengabaikan semua panggilanmu, pesan, dan emailnya. Aku terlalu sibuk dan membalas semua itu hanya akan membuang waktuku. Disini, aku adalah pemeran jahatnya dan seperti cerita pada umumnya, pria seperti kamu tidak bisa bersama dengan wanita jahat."

Raditya menatap mata Atha yang berkilat karena marah. "Stop labeling yourself as a bad person, Atha. Aku memberi perhatian dan apa menurut kamu itu adalah hal yang sepele? Have you ever asked to yourself, bahwa kamu memiliki rasa yang sama denganku sejak kamu membalas ciuman kita?"

"Karena kamu memulainya - "

Raditya memotongnya, "You did it first. Kamu yang memulainya pertama kali - tiga tahun yang lalu dan kenapa sekarang kamu melupakan semua kejadian itu? Karena kamu mabuk dan kamu tidak mengingatnya dengan jelas? Apa Chalondra dan saudara kamu yang sedang berada di tempat sama tidak memberitahu kamu?"

Atha menggeleng, "Apa yang baru saja kamu katakan itu tidak pernah ada. Kukira kamu yang belum mengerti disini -"

"Kamu yang tidak mengerti. Kenapa kamu harus terus menyangkal semua ini? Kenapa kamu tidak jujur kepada kamu sendiri?" tanya Raditya berusaha tenang.

Atha menarik napasnya, "Here my answer. Raditya, aku berada di keluarga Tjahjadi karena mereka menyelamatkanku. Aku pernah mencintai – sangat mencintai seseorang dan mereka menghancurkanku. Jadi, aku adalah anggota keluarga yang diangkat oleh Iliona. Kamu tidak tahu darimana asalku dan aku sendiri tidak tertarik untuk membuat kamu mengerti. Apa yang akan terjadi kalau kamu terus berhubungan dengan orang seperti aku?"

"Aku menunggu kamu, Atha. Aku melakukan hal yang sama dengan saudara kamu yang lainnya – menunggu kamu."

"Hal yang jelas disini adalah perbedaan kita, Raditya. Aku akan berusaha membuat kamu mengerti. Aku tidak suka dengan perhatian yang kudapat hanya karena aku bersama dengan kamu. See? Kamu mempersulitku dan aku rasa hal paling rasional disini adalah kita yang tidak lebih dari teman. You deserve someone who's proud having you."

Ia kecewa. "Apa aku mempersulit kamu selama ini?" tanya Raditya.

"Raditya, kamu tidak bisa memaksakan hubungan seperti ini terus menerus," lanjut Atha.

" ... "

"Jadi apa yang kamu inginkan?"

"Kita yang tidak perlu bertemu lagi." Atha menjawab dengan datar. "Itu terdengar lebih baik daripada apa yang baru saja kamu lakukan sekarang." Otaknya mengirimkan perintah untuk pergi meninggalkan Raditya dari tempat ini, namun hatinya berkata lain.

Raditya menatapnya dan entah untuk keberapa kalinya Atha merasa sangat bersalah karena menyakiti hati pria itu dengan kata – katanya. "Kamu sangat tidak menghargai aku. Atha, aku ingin memulai semua ini dari awal lagi. Pertemuan pertama kita tidak begitu baik, tetapi disini hanya aku yang ingin memperbaikinya. It's not fair ketika hanya satu pihak yang berusaha dalam suatu hubungan."

"Karena aku tidak akan pernah melihat kamu ... - "

" ... " Raditya mengepalkan tangan di kedua sisinya dan ia terdiam.

" - never in my live. Bahkan jika hanya kamu satu –satunya lelaki di dunia ini yang tersisa," lanjutnya. "Kamu bukan seseorang yang aku inginkan."

"..."

"Jadi, apa pedulimu? Can you go away from me?"

"Sebesar itu rasa tidak suka kamu?" tanya Raditya namun Atha memalingkan wajahnya dan tidak menjawab pertanyaan itu.

" ... "

"Oke, kalau begitu. I'm done trying."

"I will stop doing anything yang berhubungan dengan kamu. I would never meet with you, sudah cukup kamu terlalu keras kepala dan membuang semua rasa yang aku berikan ke kamu. It's hurt me a lot."

Atha merasa tidak nyaman namun ia mengabaikan rasa itu. "Hmm."

"Sudah aku bilang bukan, you deserve better than me. Kamu adalah pria yang baik dan kamu telah membuang waktumu saat ada disampingku. Bagus karena kamu sudah menyadarinya," tambah Atha. Raditya menatapnya datar dan itulah yang diharapkannya.

Atha bertanya hal ini sebelum ia benar – benar pergi, "Kamu pernah ke Jenewa?"

" ..."

Pria itu hanya mendiamkannya sehingga Atha melanjutkan kata – katanya, "Apa kamu tahu Rhone dan Arve? Maybe we will never together. That is what happened to us."

"Itu benar. Kita memang tidak ditakdirkan." Atha menarik napasnya dalam – dalam dan ia tidak menatap pria itu sekalipun saat mengucapkan kalimat terakhirnya. "We're not meant to be together maybe."

____

DiaforetikáTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang