40

2.7K 212 0
                                    

Dua tahun lalu,

Chalondra melirik ke Atha, "Today will be your night."

"Thanks," sahut Atha sambil mengecup pipi Chalondra dengan ringan. Kanianatha tersenyum lebar saat Chalondra berkata demikian. Hari ini adalah ulang tahunnya dan Chalondra memberinya hadiah akses masuk ke klub malam ekslusif di Los Angeles, Grand Ange. Marvella dan teman – temannya berdecak kagum saat mereka melintasi pintu masuk klub itu. Kelimanya akan masuk lebih dalam, tetapi seseorang yang Chalondra kenal membuat ia menyapanya terlebih dahulu.

"Hi, Nic."

Nicholas Elonio Raditya yang malam itu mengenakan kemeja putih kemudian membalasnya, "Hi, Chalondra."

"Atha terlihat sangat senang hari ini. Terimakasih atas bantuan kamu,"

"Your welcome," kata Raditya . Beberapa hari yang lalu, Chalondra memintanya melakukan sesuatu agar ia bisa mendapat ruangan kosong malam ini. Ia sudah mengenal Chalondra, keduanya pernah mengambil kelas yang sama saat mereka duduk di bangku kuliah. Baginya, melakukan permintaan Chalondra jauh lebih mudah daripada wanita itu harus meminta kepada Taras.

"Tidak bersama dengan ajudan kamu?"

Aca menggeleng, "Tidak. Aku memintanya untuk berhenti. Kalau dia ada disini, Lucien pasti akan melaporkan apa yang sedang kulakukan sekarang."

"Enjoy your night, jika kamu membutuhkan aku. Please call me."

"Malam ini kamu disini?" tanya Chalondra sebelum ia menyusul grupnya yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Raditya mengedikkan bahunya, "Iya. Taras ingin membahas sesuatu."

"Oke, aku akan menyusul Atha. Sampaikan salamku pada Taras."

"Have fun."

Dua jam kemudian, Raditya Tjokro keluar dari salah satu ruangan yang ada di tempat itu setelah ia menyelesaikan urusannya sebagai pemilik saham mayoritas Grand Ange. Ia berjalan ke arah lift dan menyadari seorang wanita yang datang bersama Chalondra berdiri di depan lift.

Saat ia melihat lebih dekat, ia semakin menyadari kondisi wanita itu. Tatapan Atha sayu, dress sequin hitam yang ia pakai menunjukkan lekuk tubuhnya, dan dress yang ia pakai itu hanya sebatas pahanya saja. Radit bisa melihat punggung wanita itu terbuka, dan kaki jenjang milik Atha. Sangat jelas kalau Atha sudah mabuk.

"Are you alright? Kamu Kanianatha, kan?"

Mendengar seseorang bertanya kepadanya, Atha menoleh dan mendapati pria jangkung yang berdiri di sebelahnya. Pria itu terlihat tampan, untuk sesaat Atha terpukau. "Who are you?"

"Saya akan membawa kamu kembali ke ruangan kamu," kata Raditya karena ia tidak bisa membiarkan wanita yang datang bersama Chalondra terlihat kacau. Namun, Atha mengacuhkannya dan melangkah masuk ke dalam lift karena pintunya terbuka.

Raditya mengerutkan keningnya, ia kemudian memasuki lift. Sebelum pintu lift itu tertutup, Raditya segera meraih tangan Atha untuk membawanya keluar. Tapi, Atha menyentakkan tangannya. Beberapa pengawal yang sedang bersamanya sudah terlihat ingin membantunya. Tapi Raditya mengibaskan tangannya, meminta mereka untuk menunggu di luar lift.

Atha kemudian teringat setelah beberapa saat, "Kamu Raditya, ya? Nicholas Elonio?" Ia memandangi atas bawah pria itu secara terang – terangan. " I saw you last week, di pesta Oma. Tuxedo kamu payah,"

"Oh ya?" kata Raditya. Wanita didepannya yang sedang mabuk baru saja meragukan pakaian yang ia kenakan saat ia menghadiri pesta Iliona. Tuxedo yang payah, katanya. "Kamu terlihat mabuk, Kanianatha. Pengawal saya akan mengantar kamu kembali ke Chalondra."

Atha mengibaskan tangannya, "Lupakan, I don't need that."

"Kanianatha, sudah menjadi tanggung jawab saya karena kamu masuk ke tempat ini. Pe - "

Atha memotongnya, "Come on, aku tidak terlihat seksi saat ini? Hari ini adalah ulang tahunku dan aku bebas melakukan apa yang aku inginkan. What do you think about my dress?"

"Punggung kamu terlalu terbuka," kata Raditya dengan datar. Pintu lift kemudian menutup.

"Begitu? Admit it, kamu menyukainya?"

Raditya tetap berdiri di tempatnya ketika Atha maju, mendekatinya. Ia menatap datar wanita itu yang sedang menatapnya sayu. Sialan.

Mata Atha berkilat, ia kemudian berjinjit walau ia memakai heels tujuh senti dan mencium bibir pria itu sebisanya.

Atha melumat bibir Raditya dan berdecak pelan saat pria itu tidak membalas ciumannya. Ia menggigit pelan bibir bagian bawah pria itu.

Ia kemudian sedikit memundurkan wajahnya, "Jahat, kamu tidak membalas ciumanku?".

Atha kembali memajukan wajahnya, kali ini Raditya ikut membalas ciumannya. Atha menyeringai kecil dan ia mengalungkan kedua tangannya ke leher Raditya. Ia memperdalam ciumannya dan ia bisa merasakan tangan Raditya kini memegang pinggangnya. Atha mengerang pelan saat ia merasakan jari – jari Raditya menelusuri punggungnya yang terbuka.

Tidak ragu lagi, Atha kemudian menarik leher Raditya, membuat pria itu semakin mendekat kepadanya. Tubuh mereka bertabrakan. Dadanya menyentuh tubuh pria itu. Cukup lama keduanya berciuman.

"Kamu - mabuk," ucap Raditya di sela - sela ciuman mereka. Wanita yang sedang menciumnya saat ini bisa saja sudah melupakan apa yang terjadi malam ini. Ia menatap wajah Atha yang memerah dan matanya yang sayu. Bibir wanita itu terlihat membengkak karena ciuman panas mereka.

"Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri malam ini, let me do what I want, Raditya."

Atha bermaksud menjauhkan dirinya dari pria itu, namun Raditya lebih kuat menahan pinggangnya dan membawanya lebih mendekat.

"Where you want to go?" Suara parau Raditya kembali membuat Atha terpukau.

"Maksud kamu?"Tangan Atha kemudian menempel di dada pria itu.

Raditya bermaksud menundukkan wajahnya lagi. "Kita belum selesai melakukannya."

Atha mendorong pria itu menjauh, namun ia tidak dapat menahan tubuhnya yang tiba – tiba limbung. "I have my limit - "

Bersamaan dengan itu, pintu lift terbuka. Pengawal Raditya yang berkerumun di depan lift segera memberi jalan ketika seorang wanita yang terlihat mabuk berjalan sempoyongan. Raditya menatap punggung Atha yang berjalan menjauhinya.

Malam itu, Raditya memerintahkan pengawalnya untuk mengawasi gadis itu dan mencegah semua pria yang terlihat mendekati Kanianatha, saat wanita itu duduk dan memesan lima jenis minuman di bar.

­­___

DiaforetikáTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang