- Pengakuan

126 9 0
                                    

Selama pelajaran berlangsung sampai jam pelajaran berakhir hati anna terus di iringi rasa bimbang.

Perasaanya tak karuan. Ada senang ada sedih bercampur aduk seperti Es Campur.

Mood-nya menjadi tidak baik. Ia perlu mengembalikan mood-nya ke sedia kala. Dan orang yang bisa membuat moodnya berubah normal hanyalah avsent si cinta pertamanya.

Anna berjalan di koridor sekolah seorang diri, deta yang biasanya pulang bersamanya kali ini dia pulang dengan ruly pacarnya.

Entahlah kisah cinta mereka cukup rumit kadang receh sering putus nyambung tapi mereka bisa melengkapi satu sama lain, saling suport dan harmonis.

Kakinya berhenti ketika ekor matanya mendapati avsent sedang menyelah motornya.

Anna tidak bisa berhenti tersenyum saat melihat si perubah mood ada di hadapannya. Ia langsung berlari ke arah avsent.

"Avsent pulang bareng yaaaaaa"Pintanya dengan senyum yang tak pernah pudar. Senyum anna tulus begitupun dengan cintanya.

Alih alih bukan avsent namanya jika ia tidak ketus, laki-laki itu memandang anna tak suka dan bicara seadanya"Pulang aja sendiri"

"Pleaseee. Sekali aja"Ucap nya memohon. Namun avsent masih kekeh dengan pendiriannya.

"Lo bisa pulang sendirikan. Kenapa lo selalu repotin gue sih!"bentak avsent ketus.

Anna terkesiap dengan bentakan avsent. Gadis itu tidak bisa berbuat apa apa ia hanya bisa menunduk menahan malu, semua orang yang berada di parkiran melihat ke arahnya dengan pandangan haru. Tatapan mereka membuat mata anna memanas sampai tak sadar ia meneteskan air matanya.

Avsent melajukan motornya tampa pamit meninggalkan anna yang sedang tertunduk menahan malu.

"Gue kira lo penyembuh mood ternyata lo malah menambah mood gue jadi lebih buruk!"cicit anna pelan sambil meremas ujung roknya.

Kafka yang melihat anna di perlakukan seperti itu merasa tidak enak. Kenapa kafka sakit hati melihat anna di perlakukam seperti itu.

Kafka menancap gas motornya menyusul avsent.

Kafka menyelip motor avsent yang sedang berjalan dengan kecepatan rata-rata. Jika avsent mengendarainya di atas rata rata mungkin akan terjadi tabrakan.

"Brengsok lo!"kesal avsent.

Kafka membuka helmnya tersenyum kecut ke arah avsent."Lo yang lebih brengsek. Bangsat"

Bughhhh. Kafka mendaratkan tinjuan di wajah avsent yang tertutup helm, Avsent terjatuh dari motornya. Walaupun avsent mengenakan helm pukulan kafka terlalu kuat sehingga membuatnya terjatuh.

Avsent yang merasa tidak terima dengan serangan mendadak dari kafka langsung bangkit membanting helmnya.

Menarik kerah baju kafka dan mendaratkan pukulan di rahang kafka hingga sang empu tersungkruk di aspal.

Kafka bangkit hendak melawan balik namun avsent bisa menghindari serangan dari kafka.

Keduanya tidak bisa tinggal diam. Mereka burdua beradu jatos. Rahangnya saling mengeras tidak ada yang mau mengalah mereka berdua menatap lawannya seperti mangsa yang harus di terkam.

Perkelahian mereka berlangsung selama lima belas menit. Karna sama sama tidak ada yang mau mengalah mereka berdua akhirnya sama sama kewalahan.

Pipi kafka yang memar dan bibir ujung avsent berdarah.

"Sebenarnya alasan lo mukul gue apa? Brengsek"Geram avsent tangannya mencengkram kerah seragam kafka, begitupun sebaliknya dengan kafka. Mata mereka saling menatap memperlihatkan ekspresi kemarahan.

One Girl Two BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang