Kafka Bagaskara Alvarizi

277 24 2
                                    

"Musibah itu tidak ada yang tau kapan datangnya, sekeras apapun kita menghindarinya rencana tuhan tidak bisa di tebak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

."Musibah itu tidak ada yang tau kapan datangnya, sekeras apapun kita menghindarinya rencana tuhan tidak bisa di tebak."

•••

Minggu malam sekitar pukul sebelas malam, bulan telihat sangat jauh bintang bintang yang biasanya berkumpul bersamaan dengan cantik menghiasi malam minggu sekarang hanya terlihat beberapa ekor saja.

Sore tadi sempat di guyur hujan. pantas saja bintang tidak seperti malam malam biasanya, Dinginnya angin malam masuk menusuk kulit menerobos jaket bomber yang di kenakan laki laki bertubuh kokoh bermata bulat hidung mancung bak serosotan tangan yang memiliki otot otot yang kekar sambil mengendarai motor sport berwarna hitam miliknya.

Seseorang yang di boncengnya tak henti henti merecok, bibirnya tersenyum melihat gedung yang menjulang tinggi lampu lampu jalanan yang terlihat cantik lengannya melingkar di perut kafka. Asep pemuda berdarah banten itu begitu bahagia di ajak berkeliling kota bandung oleh kaffa.

Sepulang dari buah batu dua pria itu berboncengan mengililingi kota bandung yang saat itu sepi, di jalan terusan jakarta asep membuka kaca helmnya merasakan angin yang menerpa wajahnya matanya tertutup menikmati hembusan angin yang masuk lewat pori pori kulitnya.

"Kafka apal kieu tibahela ngajak urang kadieu! Rame pisan seneng abi"Celetuknya dengan logat khas serang banten. (Kafka tau gini dari dulu ajak aku kesini! Seru banget senang aku)

Kafka tersenyum mendengar ucapan asep"Haha pengennya gitu tapi baru sekarang kita kaya gini andai saja kita gak ketemu di acara turnamen sekolah pas di jakarta kita gak bakal kaya gini"

"Bandung endah sejuk tiis enaken beda jeng banten hareudang"(Bandung indah sejuk dingin nyaman beda sama banten gerah)

"Sep gimana kalau kita ke balai kota di sana seru ada wiffi geratis"ajak kaffa.

Asep hanya mengangguk ia pasrah mau di ajak kemana saja"Hayu atuh moal nanaon ieu teh? mamah moal ngambek?"(Ayo. gak akan kenapa kanapa? Ibu gak akan marah)

"Nyokap gue mana puduli gue pulang larut malam dia di luar kota sibuk sama butiknya ayah gue di korea gue tinggal sendiri di rumah"

"Teu sieun cicing di imah sorangan?"(Gak takut diam di rumah sendiri?)

"Udah biasa jadi terbiasa"

"Oh......."Asep mengangguk ngangguk.

"Eh btw lo bisa bahasa indonesia gak dari tadi bahasa lo gue denger denger bikin ngakak di kuping gue!"

"Biasa atuh ngan belum terbiasa"Ucapnya sedih (Bisa tapi belum terbiasa)

"Nanti juga terbiasa. Maaf ya bukan gue gak ngehargai bahasalo tapi kuping gue geli kalo lo ngomong pake logat banten kaya gitu haha"Laki laki itu tertawa bahagia seperti mendapat kebahagian setelah dilanda derita.

One Girl Two BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang