- Putus

120 11 0
                                    

Setelah satu minggu tidak bertegur sapa dengan anna. Dan satu minggu juga avsent mendiamkan vely. Karna saran dari temannya itu.

Membuat Avsent jadi tau sekarang bahwa wanita yang selalu ia rindukan adalah anna.

Sosok anna lebih sering muncul di banding vely. Avsent memang mencintai vely namun rasa sayang avent lebih besar kepada anna.

Avsent telah bodo karna memperlakukan anna tidak layak. Dan ia merasa bersalah atas sikapnya yang lalu. Ia menyukai anna tapi ia tidak tau entah kapan laki laki itu suka kepada anna.

Dalam segi fisik. Anna itu termasuk kedalam keriteria wanita idaman. Gadis itu berparas cantik, Berbibir tipis, mata belo, bulu mata lentik ramput terurai panjang, kulit putih.

Namun dalam segi lain, Gadis itu tidak mempunyai bakat apa-apa. Apalagi dalam bidang pelajaran otaknya sangat ancur dan pas pasan.

Anna memang tak sesempurna vely.

Vely adalah gadis yang semua orang inginkan. Vely cantik. Baik. Pintar. Ramah.

Namun wanita seperti anna lebih menarik. Hidup vely terlalu monoton ia selalu fokus terhadap sekolahnya. Apalagi ia anak satu satunya tentunya tidak boleh mengecewakan orang tuanya.

Avsent memarkirkan mobilya di pekarangan rumah vely. Ia mengambil ponselnya dan menghubungi pacarnya.

"Halo" sapa vely di sebrang telepon.

"Coba keluar"

"Hah?"

"Keluar"

"Oh. Ok"sambungan telepon di matikan oleh vely. vely segara keluar.

"Avsent"ucapnya saat membuka pintu dan mendapati avsent tengah bersandar di mobilnya.

"Hai"sapa avsent seperti biasanya.

Vely menatap avsent kesal. Bagai mana bisa ia tidak mengabari vely selama satu minggu penuh. Di sekolahpun vely tidak bisa menemui avsent. Gadis itu benar benar marah dan rasanya ingin menerkam avsent sekarang juga.

"Kenapa mau marah?"tanya avsent sambil terkekeh.

Tatapan vely tidak bersahabat. Namun ia harus bersikap normal.

"Masih ingit pacar ternyata"sindir vely tajam sambil memutarkan kedua bolamatanya.

Avsent terkekeh berjalan ke arah vely"Jangan ngambek dong cayanggg"godanya sambil mencubit pipi vely gemas.

"Lepasin"ambek vely.

Ia berjalan masuk ke rumahnya dan duduk di kursi ruang tamu. Yang di ikuti oleh avsent.

Perasaan avsent jadi campur aduk. Nyalinya menjadi ciut saat berhadapan dengan vely. Ia tak sanggup mengatakannya.

"vel"panggil avsent sambil memegang tangan vely.

Vely mendongak. Dan kini saling menatap."Kenapa?"jawab vely lembut.

Tubuh avsent menegang menampilkan raut wajah kusut.

Avsent terdiam. Ia sedang memikirkan konsa kata yang tepat agar tidak menyakiti vely.

"Kamu kenapa sent"tanya vely Bingung. Karna Avsent hanya diam seperti patung.

"Sini peluk"suruh avsent sambil tersenyum nanar. Ia membuka ruang untuk vely memeluk tubunya.

Vely menuruti perintah avsent.

Avsent memeluk vely erat dan rasanya tak ingin melepaskan. Avsent mencium puncak kepa vely berulang ulang. Matanya rasanya panas dan bibirnya terasa kelu.

One Girl Two BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang