- Salah Paham

110 6 0
                                    

Happy reading😂

Happy reading😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jangan lupa sarapan. Karna nunggu harapan itu butuh kekuatan"

•••••

Anna semakin merasa bersalah terhadap vely. Tujuannya dengan avsent disini bukanlah apa apa. Ia cuma ingin meluruskan masalahnya dengan avsent.

Namun vely yang sedang tidak dalam pikiran jernih, seperti menuduh anna dengan tatapannya bahwa anna benar benar merebut avsent darinya. Padahal prihal hubungan vely dan avsent ia tidak tau sama sekali.

Tak hanya vely. Kafkapun kelihatannya berpikiran negatif saat menatapnya. Apa yang harus anna lakukan sekarang. Semua orang menganggapnya salah.

Saat ini Ia seperti berada di posisi seorang perempuan perusak di hubungan orang.

"Kata gue juga apa sent. Masalah kita gak akan kelar kalau di selesaiin di sini. Vely pasti makin mikir yang aneh tentang gue sama lo"hardik anna kesal.

Pasalnya avsent meminta waktu sebentar untuk menyelesaikan permasalahannya.

Namun waktu dan tempat malah memperkiruh suasana.

"Gue gak tau kalau vely sama kafka ada disini"avsnetpun tak ingin di salahkan.

"Coba lo gak bawa gue kesini. Pasti semuanya gak akan begini"

"Namanya juga kalau kebetulan mau dimanapun juga pasti ketemu"

"Terus gue harus gimana? Vely pasti makin benci sama gue"tanya anna sakras.

"Vely bukan pembenci. Dia juga bukan pendendam. Di gadis baik baik"

"Kalau di gadis baik baik, kenapa lo malah berpaling ke gue yang jauh seratus % berbalik sama dia!"

"Hati gue, nuntun gue ke lo"ekspresi wajahnya menunjukan keseriusan.

"Tapi maaf, gue udah berubah sent"lirih anna memalingkan pandangannya.

Avsent mendekat dan menyetuh kedua tangan anna"Kasih gue kesempatan satu kali lagi buat gue bisa menerimalo dan jadi bagian di hiduplo anna"tatapan mata avsent berusaha berkontak dengan anna, namun anna memilih memalingkan wajahnya.

"Maaf sent. Gue udah berubah, gue bukan gue yang dulu lagi"katanya berusaha melepaskan cekalan tangan avsent.

"Please"pintanya memohon.

"Gue suka kafka"cicit anna pelan. "Maafin gue sent, gue bukan yang terbaik buat lo"

Avsent melepaskan cekalannya secara perlahan dan menatap anna haru.

"Kalau itu memang keputusanlo, boleh gue peluk lo untuk yang terakhir kalinya?"pinta avsent memohon.

Anna mengangguk sebagai jawabannya. Dan avsent langsung memeluk anna erat.

One Girl Two BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang