Your rumors/6

2.3K 104 2
                                    

Ke-6

Rutinitas.

Remaja laki-laki yang kini sudah bersiap dengan seragamnya dan keperluan lainnya,kini berjalan menuju cermin yang berada di kamarnya.
Sesaat ia mulai menatap wajah yang kini lelah terus menutup perasaannya dengan topeng biasa yang dikenakannya mulai bosan lalu memukul cermin itu hingga terjadi retakan dan kini mengalir darah dari sela-sela jarinya.

Seakan tak mengubris,Putra langsung berbalik dan keluar dari kamar menuju lantai bawah tanpa mempedulikan tetesan darah yang menetes di lantai.

Seorang wanita paruh baya menatap anak kesayangannya dengan panik lalu segera menghampirinya dengan decitan roda yang bergema di ruangan besar itu.
Seakan waktu berhenti,Putra memeluk erat sang ibu dengan sayang yang selama ini tertahan dengan amarah yang hampir menuju dendam.

Setelah kecelakaan itu,ibundanya mulai berhenti berkerja setelah mendapatkan lumpuh permanen dan menetapkan diri di rumah dengan kursi roda yang setia bersamanya.

"Dia kemana?"
Tanya Putra datar yang langsung dimengerti oleh Nanda,ibundanya.
Nanda dengan kursi roda yang selalu menemani harinya kini menunduk dan mengelus tangan Putra sekian kalinya saat anaknya ini menanyakan maksud dari "dia".

Putra sangat membenci orang itu,kalau disuruh memilih,dirinya tidak akan mau memilih lahir dari keluarga angkuh Melando walaupun sekaya apapun keluarganya kini.Bukan tidak bersyukur,anak mana yang tidak mau mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya?
Semuanya ingin,tapi mungkin mustahil bagi Putra yang kini hanya mendapatkan tatapan dingin dan dendam dari Ayahnya kepada dirinya dan saudaranya yang lain.

"Tangan kamu mau dihilangin apa?selalu cermin itu dipukulin,padahal beli cermin itu pake daon bukan pake duit!"
Balas Nanda yang terdengar garing untuk menghangatkan suasana yang masih dibalas dingin dari Putra karena dirinya mulai mengalihkan pembicaraan.

Benar saja,Nanda sudah tau kenapa setiap Putra dihadapkan dengan cermin selalu setelahnya cermin itu berakhir dengan mengenaskan.
Maka setelah mengetahui bakat anaknya itu,Nanda langsung membuat ruangan dengan penuh samsak agar Putra dapat menuangkan emosinya tanpa harus melukai diri.

"Ayah lagi di ruang kerjanya"
Ucap Nanda dengan menghela napas pasrah melihat kekeuhan putranya yang satu ini,seakan terpanggil karena ketegangan suasana,Teo;ayahnya Putra berjalan dengan angkuh tanpa menyapa maupun memerhatikan ibu dan anak yang sedang bertukar duka.

Nanda kembali menarik tangan Putra agar tidak terus tergenggam kuat,dan mengelus tangan anaknya itu dengan sayang.
"Bunda ke kamar dulu liat Fanya,kamu langsung sarapan ya terus berangkat sekolah,itu udah bunda buatkan nasi goreng"

Setelah menyium tangan bundanya sayang,Putra berjalan dengan wajah yang tetap dingin dan duduk berhadapan dengan pria arogan yang kini masih sibuk memainkan tablet nya.

"Bi,buatkan saya kopi" tegas Teo tanpa mengalihkan perhatiannya dari benda pipih yang lebih besar layarnya dari ponsel biasa,padahal di hadapannya kini sudah tersedia kopi buatan Nanda dan sepiring nasi goreng.
Yang terpanggilpun langsung melaksanakan perintah baginda rajanya dan menatap nanar usaha nyonyanya sebagai istri dalam memenuhi kewajiban seorang istri dari pengusaha terkaya yang angkuh di Jakarta.

"Ekhem,di meja makan tolong sopan." Tegur Putra tak perduli dengan tatapan malas Teo menatap anak kurang ajarnya itu.Teo meletakkan tabletnya dan menghabiskan kopi yang baru saja dibuatkan asisten rumah tangganya itu tanpa sedikitpun menyentuh buatan istrinya.

Setelah menyelesaikan kegiatannya di meja makan,Teo bangkit dari duduknya dan mengambil tas yang sudah disiapkan bersama jasnya,sedikit menyapu barangnya itu seakan baru saja dipegang oleh makhluk menjijikkan,tak lain semuanya disiapkan oleh Nanda yang masih saja dibutakan akalnya dengan cinta yang sudah lama tak terbalas oleh suaminya sendiri.

Putra yang kini baru menghabiskan nasi gorengnya setengah piring kini mulai menyantap piring nasi goreng dimana dibuat untuk ayahnya,dan tanpa menyisakan setetes pun air kopi di gelas yang dibuatkan Nanda untuk Teo suami tercinta.
Kebiasaan Putra setiap hari untuk menjaga perasaan ibunya sendiri,benar bukan?berbohong demi kebaikan.

🙂🙂🙂

Ini dibalik cerianya Putra ya:')
Nanti bakal update tentang manis-manisnya Nayput dulu,baru konflik hehe...

Manis dulu baru pait,terus dapet manis lagi?nggak tau tuh😂

Jangan lupa vommentnya🙂👏🎉

Your rumorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang