Your rumors/24

1.3K 85 17
                                    

Ke-24
Gotong-royong.

Nayya pov.

Saat bel masuk sudah berbunyi, aku memutuskan hanya duduk di meja ku dengan bosan.
Rasanya untuk bernapas pun aku malas apalagi melancarkan hobi yang biasa aku lakukan yaitu mengganggu teman semeja ku.

Aku dan Abi sama-sama meletakkan kepala kami di meja dengan tangan yang dilipat sebagai bantal.
Wajah kami yang saling menghadap membuat aku senang menatap wajah Abi yang sedang memejamkan mata.
Hushh apa sih Nay, mikirin apa coba...

Sebenarnya aku sangat ingin pindah tempat duduk dan satu meja dengan Pero, akan tetapi Abi berjanji tidak akan membiarkan aku hidup dengan tenang kalau aku benar-benar pindah.
Dasar, bilang saja dia tidak memiliki teman menyontek lagi nanti.

"Udah liatin muka ganteng gue?" Sontak aku terkejut dan mengadahkan kepala ku kesal, aku memukul pelan bahu Abi dan berdecih.

"Iya ganteng, diliat dari ujung pilpet!"

Kalo diliat-liat ganteng juga sih...
Aduh Nay kok jadi gini sih.
Bahaya kalau Abi sampai besar kepala karena pengakuan yang tak masuk akal, Abi ganteng? HAHAHA
ayam pun rasanya mengangguk menyetujui pertanyaan bodoh ku.

"Gengsi amat jujur kalo gue ganteng"

"Cowok ganteng tu banyak yang suka, lah elu? Boro-boro banyak yang suka, orang liat muka lu aja rasanya pengen mati" mungkinya lelucon ku terlalu garing, karena setiap hari aku melihat wajahnya Abi setiap hari pula aku ingin membuatnya berpulang ke Rahmatullah.

"Kalo gitu liatin aja wajah gue terus Nay, biar lu matinya masih kebayamg muka ganteng gue" jawabnya percaya diri sambil membenarkan rambutnya sok ganteng.

"Serah lu gembel!" Sebal ku yang dibalas kekehan.

"Ohiya Nay, kemarin bu Yanti bilang kalau persembahan cuma Pero yang nyanyi aja sih katanya udah biasa.
Dia mau persembahan kali ini beda dengan tahun-tahun kemarin, jadi gue ngusulin buat pementasan drama," aku hanya mengangguk mendengar serius info dari Abi selaku ketua kelas yang bertanggung jawab, sedikit.
Ibu Yanti memang wali kelas yang sangat baik, ia begitu sabar dalam mendidik kami yang masih dibilang kekanakan.
Jadi sebisa mungkin kelas ini bisa memberi persembahan yang dapat menyenangi hatinya bu Yanti.

"Bu Yanti setuju-setuju aja, dan katanya habis gotong royong kan ada pelajarannya bu Yanti, jadi sekalian di ngomongin." Sambung Abi lagi.

"Terus tema dramanya apa? Yang meranin siapa? Biayanya berapa? Mahal nggak? Kalo iya aku nggak mau, aku lagi missquuen Indonesyahh!" Ucapku dengan satu tarikan napas.

"Kalo modal aja lu perhitungan, coba kalo gratisan, dari uang haram pun langsung aja lu telen!" Cerca Abi membuatku mendecak sebal, Abi sangat tahu prinsipnya, hehe.

"Gue tuh ya pengennya kayak dongeng-dongeng, nanti gue jadi pangerannya ter-"

"Terus gue jadi puterinya gitu iyakan?" Ucapku sumringah langsung memotong ucapan Abi yang belum selesai sambil membayangkan diriku dengan gaun putri salju yang indah, sebar-barnya aku, jiwaku masih feminim.

"Siapa bilang lu jadi puterinya?"

"Elu"

"Mimpi lu tinggi, gue bangga." Ucap Abi mangut-mangut memasang wajah seolah benar-benar bangga dengan prestasiku yang bisa dibilang mengalahkan pertandingan balap karung.
Dan selebihnya Abi hanya tertawa gemas melihat muka cemberutku.

Your rumorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang