Your rumors/23

1.4K 94 8
                                    

Ke-23
Cuma teman.

Seperti biasanya, berjalan di koridor sekolah setiap paginya dengan tatapan sinis seluruh penjuru mata yang melihatnya.
Sehabis memarkirkan sepeda kesayangannya, Nayya berjalan masih dengan kepala yang menunduk menatap lantai dengan datar.

Nayya memasuki kelasnya yang masih terasa sepi kecuali seseorang yang sudah duduk di samping bangkunya.

"Kelas sepi banget, semuanya pada kemana Bi?" Tanya Nayya menyubit pipi Abi gemas. Abi yang terkejut sontak membuka matanya dan mematikan i-pod yang berada di genggamannya.

"Suka banget ngagetin orang!" Gerutunya dengan bibir yang mengerucut membuat Nayya hanya membalas dengan kekehan kecil.

"Yaudah sih maap yee" ucap Nayya mengulurkan tangannya sambil meletakkan tas ranselnya ke atas meja.

Saat Abi ingin membalas uluran tangan itu, Nayya kembali menarik tangannya dan menjulurkan lidahnya mengejek cowok yang semakin kesal dibuatnya.

"Nggak mau males pengen beli trek!"
Ejeknya lalu berbalik dengan tertawa terbahak keluar kelas tanpa melirik ke belakang melihat Abi yang sudah jengkel.

Gubrak!

"Yaa si jancok, kan jadi jatoh gara-gara lupa jeda ngakak" omelnya mendecak sebal karena kini bokongnya mencium lantai dengan mesra.

Kalau saja dia memiliki mata yang cukup lebar, pasti tertawanya tidak membuat matanya menghilang sehingga tidak menabrak seseorang di depannya yang sedang meringis.

"Ishh jalan tu liat-liat!" Bentak perempuan di depannya dengan berkacak pinggang dan melanjutkan, "kalau ketawa itu jangan sambil jalan, udah tau mata lu ilang kan!"

"Heh suka-suka gue dong, masih mending gue ketawa ilang mata daripada lu senyum aja udah hilang harga diri coy!" balasnya dengan kekehan mautnya menambah kekesalan Ajeng yang ingin menyakar wajah Nayya yang tidak berdosa.

"Lu minta dibully lagi ya?!" Teriak Ajeng geram kembali ingin menarik kain yang berada di kepala Nayya seperti kejadian yang pernah geng nya lakukan kepada Nayya waktu itu.

"Apa? Lu mau bully gue? mau keluarin gue dari sekolah ini? mau permaluin gue? silahkan, tapi jangan sekali-kalinya lo buka hijab gue!" ancam Nayya sambil mencengkeram kuat tangan Ajeng yang hendak menarik jilbabnya.
Cekalan tangan itu membuat Ajeng meringis kesakitan sehingga Nayya melepaskan tangannya dan tersenyum manis kepada Ajeng.

"Jadi ini sifat dibalik baiknya keluarga Taresa sama anaknya keluarga Pramana?" Ucap Nayya menunjukkan senyum manisnya dan mengedipkan sebelah matanya lalu berlalu dari hadapan Ajeng saat itu juga.

🛵🛵🛵

"Per, untuk acara akhir semester ini lu ikut lomba apa?" Tanya Nayya sambil menusuk pentol bakso menggunakan garpu di tangannya.

"Gue kayaknya nyanyi aja deh" jawab Feronika dengan enteng sambil meminum jus mangganya.

"Lu bisa nyanyi?"

"Gue tiga kali seminggu latihan paduan suara kok di gereja" jawabnya lagi mencoba meyakinkan temannya bahwa dirinya dapat bernyanyi.
Sejak Nayya menjadi dekat dengan Pero, si kutu buku jika di sekolah tetapi sangat cantik jika berada di luar sekolah, mereka menjadi teman sekelas yang akrab walaupun berbeda agama.

"Gue bingung, Ajeng nawarin gue pilihan dengan cara adu dance"

"Kalau menang dapat apa kalau kalah dapat apa?" tanya Pero dengan serius memperhatikan Nayya yang tidak betah dengan posisinya.

"Kalau gue menang, gue bisa bebas buat dekatin Putra tapi kalau gue kalah, gue harus pindah sekolah dan jauhin Putra" jawabnya dengan bimbang memainkan semangkuk bakso di depannya.

"Yauda sih berarti lu harus menang biar bisa dapetin Putra!" usul Pero yang mendapat pelototan mata dari Nayya.

"Lu gila? Gue ngga ada perasaan apa-apa sama Putra, kita juga cuma sebatas teman dan teman berantam, teman dari masa kecil, teman becandaan. Ya cuma gitu doang!" jawab Nayya yang mendapat kekehan geli dari Feronika.

"Kenapa lu ketawa?" Tanya Nayya dengan curiga.

"Apa lu bilang? Cuma gitu doang? Bwahahahaha kasian amat nasib si Putra digantungin sama lu"

"Hah maksud lu?" tanya Nayya tidak mengerti dengan perkataan Pero, lagian memang benar bukan?
Mereka hanya teman, tidak lebih juga.
Putra sangat baik tapi terkadang menjengkelkan, membutanya sebal tapi ada saja caranya yang dapat membuat senang.
Ada sedikit rasa yang hadir saat mereka berdekatan dengan tawa canda.
Rasa ingin bersama tapi tak tahu harus mulai darimana, dan rasa itu seketinya hilang saat kesal melanda karena perbuatannya.
Itulah yang Nayya rasakan kepada Putra.

"Bukan apa-apa, lanjutin"

"Tapi kalau gue menang, Rafi katanya juga bakal bantuin gue dekat sama Kennath." ucapnya menangkup wajah dengan bayangan kenangan-kenangan dirinya bersama Kennath.

"Hushh! Masih aja mikirin masa lalu, tapi gue liat-liat masih gantengan Putra elah!"

"Yee suka-suka gue dong! Gue bahagianya sama Kennath!" ketusnya kembali menangkupkan wajahnya dengan mimik yang menggelikan.

"Iya deh iya, lu jangan mikirin senangnya aja. Kalau lu kalah, masa lu ninggalin gue di sekolah ini? Ntar gue ngga ada temen lagi dan lu juga ngga boleh dekat-dekat sama Putra kayak biasanya kan?"

"Hmm ya baguslah gue juga nggak suka dengan sifat dia yang seenaknya, emang dia selama ini siapa? Pacar gue? Enggak kan?" Pero mengangguk berpikir apa yang Nayya katakan ada benarnya juga, mereka hanyalah orang lama yang bertemu di waktu yang salah, mungkin?

"Yauda lah, habisin terus itu makanannya kita masuk kelas aja bentar lagi juga bel" sahut Pero dengan menyeruput jus jeruknya, Nayya hanya mengangguk dan menuruti perkataan Pero dengan menghabiskan makanan dan minumannya.

Jangan lupa vomment😚

Your rumorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang