Your rumors/8

2.1K 146 4
                                    

Ke-8

Curhat

Sudah berapa kali dirinya mengayuh pedal sepeda dengan susah payah,beban yang dibawanya saja sudah seberat ikan paus.
Nayya menghentikan sepedanya di pinggir jalan yang sepi,hari sudah sore tetapi mereka tidak sampai-sampai ke kandang masing-masing dengan alasan Putra yang malas membawa keretanya sendiri dan membiarkan Nayya yang berjuang mati-matian membonceng Putra naik sepedanya.

"Putra!coba lu dulu bisa naik sepeda,pasti gue nggak capek gini bonceng lu yang seberat babon!"
Keluh nya yang tidak mendapatkan respon apapun dari Putra,Nayya turun dari sepedanya dan mendapati Putra yang sepertinya tengah menikmati angin sore di lorong dengan banyak pepohonan di pinggirnya.

"Boro-boro belajar naik sepeda,gue jalan aja nggak pernah diajarin Nay" ucapnya dengan tertawa yang terdengar sumbang,Putra menatap Nayya yang kini menunduk merasa bersalah.
Kini cowok itu menarik tangannya dengan lembut membuat si pemilik tangan sedikit terkejut karena perlakuan sederhana ini,tapi mampu tersengat hingga dadanya.

"Ayo kita duduk,biar aku ceritakan semuanya" Yakin Putra sambil membawa Nayya menyebrang jalan dan duduk di teras cafe yang sangat tepat dengan posisi mereka berhenti tadi.

Nayya masih canggung dengan tangan yang masih terus digenggam Putra padahal mereka sekarang sudah duduk berhadapan dengan tautan tangan yang berada di atas meja.
Seorang pelayan dengan sopan menghampiri meja mereka dan membawa menu,Nayya melihat pelayan itu dan tersenyum membuat si pelayan mengerti dan mengangguk sambil tersenyum meninggalkan meja mereka.

Ada kecanggungan diantara mereka berdua sebelum pesanan yang ntah kapan dipesan langsung disajikan oleh pelayan dua gelas cappucino kesukaan Nayya.
Nayya menatap Putra dengan tulus dan menggenggam erat lagi tautan tangan mereka,membuat Putra menghembuskan napas gusar dan melanjutkan perkataannya.
"Kamu pasti lupa kan Nay,dulu kita sama-sama terus sejak kecil?sampai tante Maya,mama kamu langsung syok karena aku datang ke rumah dan nyeritain semuanya sama kamu gimana kita saking dekatnya kaya bulu sama kulit.Aku pas datang ke rumah kamu lagi Dari berapa tahun lamanya,pengen banget peluk tante Maya tapi sadar diri tante Maya cuma temennya bunda yang sempat jadi tetangga"
Nayya sedikit tertegun karena pembicaraan lembut ini dengan memakai aku-kamu bukannya lo-gue seperti biasanya pembicaraan normal mereka apalagi kejujuran Putra saat menjelaskan siapa sebenarnya mamanya di hidup Putra.
Takdir yang sangat tidak masuk akal.

"Haduh gimana ni ya aku ceritain ke anaknya sendiri,hehe.Jadi mama kamu itu baik banget sama aku,tante Maya bahkan udah jadi kayak ibu aku sendiri padahal perhatiannya ya sederhana aja.Tapi menurut aku itu luar biasa Nay,malah bunda aku sendiri nggak pernah ngelus kepala aku,nggak pernah temenin aku main,dan akhirnya keluarga kalian pindah ke Bogor untuk waktu yang lama" Helaan Putra sempat terdengar ke telinga Nayya,seburuk itukah seorang ibu yang Putra pikirkan sampai perlakuan sederhana dapat diartikan luar biasa?
Nayya mengelus tangan Putra dengan kasihan.
Dan menampilkan senyum tulus yang dapat menghangatkan hati cowok yang berwatak keras kepala itu.

"Sudah,nggak usah dilanjutin.Aku juga nggak ada hak dengarin ini"
Sargas Nayya merasa tak enak,dari tatapan Putra menatapnya sudah dapat diambil kesimpulan bahwa Putra iri dengan perhatian yang didapatkan Nayya dari ibunya.

Putra menggeleng dan mencoba untuk tersenyum,seperti biasanya.
"Lu anak tante Maya,gue takut lu bakal salah paham dengan perhatian mama lu ke gue dulu,hehe.Gue percaya diri banget ya?padahal perhatian itu nggak lebih dari rasa kasihan sama anak orang"
Nayya menunduk,dirinya merasa sangat malu karena tidak mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan kepadanya.
Keluarga yang lengkap dengan perhatian yang dulunya sedikit tapi masih sempat ia rasakan manisnya perhatian dan bermain dengan orang tua.

Nayya bangun dari duduknya dan menarik Putra menjauh dari cafe meninggalkan pesanan mereka yang sama sekali belum tersentuh.
Putra terheran dan mencoba menghentikan Nayya untuk kembali agar membayar pesanan itu sebelum mereka tepergok karena tidak membayar,itu akan sangat memalukan.

Seketika cewek itu menghentikan langkahnya saat melihat adik kakak yang sekiranya berumur 9 dan 7 tahun kini sedang mengobrak-abrik tempat sampah besar tak jauh dari tempat mereka.
Nayya berbalik dan menatap Putra penuh arti dengan cengiran khasnya yang membuat siapa saja pasti akan merasa jengkel dan kesal.

Cewek bergigi pagar itu kini tengah berlari menghampiri dua saudara itu dan berlutut di hadapan mereka berdua,melihat baju usang yang mereka pakai saja dapat membuat hati Nayya bergetar apalagi harus mengetahui pendidikan mereka yang direnggut karena ketidak mampuan.

Cewek berhijab yang masih memakai seragam sekolahnya kini mulai mengeluarkan uang sakunya yang bernilai Rp.20.000,00 dan pulpennya lalu menulis sesuatu di uang kertas berwarna hijau itu.
Setelah mengerjakan pekerjaannya,Nayya tersenyum dengan riang dan memberikan uang itu kepada dua saudara malang yang kini menatapnya bingung.
Anak lelaki itu menolak uluran tangan Nayya dan menggeleng,membuat saudari perempuannya yang kecil sedikit kecewa karena kakaknya yang menolak pemberian uang tak seberapa itu.

"Kata ayah,kita nggak boleh ngemis karena itu nggak baik,kami masih punya tubuh yang berfungsi jadi kami harus kerja bantuin keluarga Kak,walaupun dengan pungut sampah kayak gini"

"Subhanallah,padahal kalian masih kecil tapi jiwa penyayangnya luar biasa"
Kagum Nayya memeluk dua saudara itu dengan iba sambil meneteskan air mata,belum pernah dirinya menemukan anak baik seperti mereka.

Saat sudah puas memeluk ciptaan Tuhan yang suka bersyukur ini,Nayya melepaskan pelukannya dan menghapus jejak air mata di pipinya dengan haru.
"Hey,kakak nggak kasih uang ini buat kalian,itu di sana ada meja dengan dua minuman kan?itu buat kalian,belum diminum apalagi disentuh.Anggap aja kakak traktir kalian karena hadiah udah jadi anak yang hebat!terus nanti kalau pelayannya datang,kasih uang yang udah kakak tulis ini ke pelayannya oke?"

Anak laki-laki itu mengambil uang kertas yang Nayya sodorkan dan membacanya lalu tersenyum dengan gembira.

Oom yang baik,tolong bawain makanan paling eeeeeeenak buat dua anak utusan Allah yang paling imut ini!jangan lupa juga kasih baju yang paling bagus,di luar dingin tauk!uangnya yang ini dikembalikan juga!tapi yang bagus,yang baru dikeluarin dari Bank! ~~Nayyara

Cewek itu dengan gembira mengedipkan sebelah matanya lalu menepuk-nepuk puncak kepala kedua anak itu dengan sayang,sebelum berbalik,tidak lupa ia mengacungkan jempolnya untuk meyakinkan kedua saudara yang kini menatap Nayya dengan penuh arti.

"Semoga kita bertemu lagi kak!"
Teriak adiknya dengan senang dan menggenggam tangan abangnya yang kini menariknya masuk ke dalam cafe meninggalkan kantung sampah mereka di dekat tempat sampah.

🧡🧡🧡

Hoaloo,Nayya baik banget kan?😆👏
Salwa seneng banget bener kalau ceritanya banyak yang baca,apalagi dihargai dengan kasih vote dan comment:')

Vomment nggak dipaksa kok:)
Terus ikuti ceritanya!🧡

Your rumorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang