Your rumors/12

1.9K 107 9
                                    

Ke-12

Sementara (2)

Dua sejoli yang kini sibuk menghabiskan pesanan mereka dalam diam mulai terganggu karena deringan panggilan dari salah satu ponsel mereka.

"Punya lu." Ujar Nayya menatap Kennath yang mengerti lalu berdiri dan meminta izin sebentar untuk mengangkat panggilan teleponnya.

Setelah beberapa lama berbicara lewat sambungan telepon itu,Kennath berbalik dan berhadapan dengan Nayya.
"Gue harus balik ke Bogor,ada masalah yang mendesak.Maaf gue nggak bisa antarin lu pulang"ujar Kennath sedikit tak enak dengan meninggalkan Nayya padahal dirinyalah yang dahulu mengajak cewek itu.

Nayya berpikir sebentar dan tanpa aba-aba Kennath langsung berbalik dan kini benar-benar meninggalkan Nayya yang terdiam di belakang.

Dalam hening pikirannya yang mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi,Nayya mulai menenggelamkan kepalanya diantara lipatan tangannya di atas meja.
Menangis sebentar setidaknya akan membuatya tenang.

Nggak boleh keenakan nangis Nay,nanti ketiduran.
Gumamnya memperingati diri sendiri.

Hingga...

Hiks...hiks...hufft...ghhroookk.

Benar saja,tertidur sehabis menangis adalah nikmat yang tak terdustakan.
Nayya tetap memosisikan kepalanya yang berada di lipatan tangannya,dan sedotan yang kini juga berada di genggamannya.

"Mba,tidurnya boleh minggir dikit nggak?meja ini udah dibooking sebelumnya" tegur seseorang mulai menepuk bahu Nayya pelan,Nayya yang masih dalam kesadaran yang minim kini mengadahkan kepalanya dan melihat di sekitarnya.

Gue masih mimpi,lanjut tidur aja lagi.
Ucapnya membatin,dan kini kembali menenggelamkan kepalanya tanpa mengacuhkan pelayan itu yang kini mulai geram.

"Mba,itu cowoknya udah lama tunggu di depan!" Seru pelayan itu sedikit keras,dan kini tersenyum geli saat Nayya berdiri dan langsung membereskan barang-barangnya tak lupa menghabiskan pesanan yang mubazir jika tidak dihabiskan.

Sudah setengah berjalan menuju pintu,Nayya kemudian berbalik untuk dapat melihat pelayan perempuan itu yang kini terkekeh.

What?!gue kan nggak punya cowok,bego lu Nay!
Gerutunya sedikit bergumam sambil menepuk jidat dan melanjutkan kembali jalannya keluar dari coffe shop sebelum dihentikan oleh panggilan seseorang di belakangnya.
"Mbaaa...mbanya belom bayaaar!"

Jleeb!

Tuhan...jangan membuat Kennath membayar ini semua atas harga dirikuuu.

😖😖😖

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore,tapi belum ada tanda-tanda bis selanjutnya akan datang.
Nayya tetap setia dengan duduk di halte yang tak jauh dari mall.

Ini adalah derita menunggu yang sesungguhnya.
Gumamnya memutar bola mata malas sebelum seseorang dengan paksa menarik slingbagnya.
Nayya dengan keterkejutannya mulai mengejar pria bertubuh tegap yang dengan kencang berlari juga seperti dirinya.

Cewek itu dengan cepar menarik bahu kekar yang menarik tasnya dan menjatuhkannya ke lantai jalan yang terbuat dari bata untuk pejalan kaki.
Dengan sigap Nayya menarik orang itu lagi dan memraktekkan jurus bela diri taekwondonya.
Saat tas biru kesayangannya sudah berada di tangannya,Nayya mulai mendekatkan wajahnya ke pria tegap yang sudah kembali tersungkur ke atas tanah hasil dari serangannya yang tak seberapa dengan tubuh mungilnya.

"Selera cowok tuh,bukan yang warna biru unyu-unyu kaya gini.Tuh,lebih ada faedahnya kalau manfaatin ni tangan buat pekerjaan yang halal mas,kasian keluarga!" ceramahnya yang dibalas tundukan malu dari orang tersebut.
Nayya tersenyum manis dan menepuk tangannya seolah menyingkirkan debu hasil dari pekerjaannya tadi dan melenggang pergi dari hadapan orang itu.

Dengan tenang Nayya mulai kembali berjalan dan memikirkan sesuatu dengan apa dia harus pulang.
Sebelum tangan seseorang menarik dan menggenggam tangannya membuat Nayya kembali terkejut dan mengunci tangan orang itu ke belakang punggung orang berbeda dari yang mencopetnya tadi.

"Aw aww ampun kak ampun!"
Ringis orang itu membuat Nayya jengah dan menghempaskan tangan itu dengan malas.

"Lu Putra,ngapain?"tanyanya sambil melanjutkan jalan.

Putra kembali menarik tangan Nayya dan menautkan jarinya ke dalam jari Nayya membuat cewek itu tak nyaman dan kini menatap Putra bingung sekaligus jengkel.
Sadar dengan tatapan Nayya,cowok itu membawa tautan tangan itu ke bibirnya dan meniup buku-buku tangan Nayya.

"Ini tadi bekas nonjok orang,jadi kumannya dihilangin dulu makanya gue tiupin" ujar Putra tanpa memerhatikan Nayya yang kini terdiam mematung merasakan setiap tiupan napas Putra di jarinya.

Cewek berjilbab biru itu mulai menarik tangannya gugup dan menyembunyikan tangan itu ke belakang punggungnya.

"Ish ap..ap..apaan sih!" Ucapnya terbata-bata sambil membuang muka yang kini sudah memerah akibat perlakuan Putra.

Cowok dengan kaus hitamnya kini mulai merangkul Nayya dari samping dan mau tak mau Nayya hanya diam dan mengikuti arah jalan Putra yang mendekat dengan motornya yang sejak kapan terparkir di depan salah satu toko dekat mereka.

"Tumben diam?biasanya kayak cacing kepanasan" ucap Putra sedikit menggoda Nayya yang mengerucutkan bibirnya kesal.
Tanpa aba-aba Nayya langsung menaiki motor Putra dan memakai helm yang cuma hanya satu di sana.
Mengambil ancang-ancang akan membawa motor besar itu dan dibalas tatapan tak percaya dari Putra.

Mana bisa cewek kayak Nayya bisa naik motor gede gini.
Gumamnya mulai membatin dan dengan mudahnya memberi kunci motornya kepada uluran tangan Nayya.
Dengan sigap dan percaya diri,Nayya mulai menghidupkan motor besar milik Putra itu dan memainkan gasnya membuat Putra terpelongo tak percaya.

"Naik.Belom pernah gue nggonceng cowok sebelumnya" ucapnya bangga dan setelahnya menutup kaca helm itu dengan stay cool. "Kita taruhan,kalau gue bisa bawak pulang ni motor tanpa lecet,lu harus beliin gue es krim dengan cuma-cuma.Dan kalau gue sampe lecetin nih motor sama orangnya,gue yang tanggung biaya rumah sakit"

🤭🤭🤭

Vommentnya dong😖💓

Your rumorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang