Your rumors/27

904 47 5
                                    

Ke-27
Alasan.

Berjalan sepertia biasa, menunduk dengan angan yang seakan baru saja bubruk hanya karena satu kata, kecewa.

Nayya semakin memperkeras tangisnya saat sudah berada di dalam kelas yang kosong ini, perkarangan sekolah juga sudah sepi karena pentas sudah selesai.

Gadis berhijab itu kini terduduk meringkuk menenggelamkan kepalanya mencoba menutupi isak kesedihannya. Ia ingin langsung pulang tapi raga dan hatinya masih melemah, memang dirinya sangat berlebihan tapi sungguh sangat menyakitkan berada di posisi samar dengan kebingungan saat ini.
Debu dan hawa dingin sore itu menjadi saksi atas kekecewaan yang ia rasakan.
Atas dasar apa kecewanya kali ini ia tidak mengerti, tapi hatinya seolah menolak keras apa yang telah terjadi.

Nayya bangkit dari duduknya mencoba berdiri tegar dan menghapus air mata yang masih deras mengalir di pipinya.
Mengepal tangannya kuat mencoba untuk tenang tapi tetap saja tidak bisa, dunia memang menyuruhnya untuk menangis.

"Kenapa sama lo Nay?! Apa yang lu tangisi hah? Apaa?!! Ini yang lu mau kan? Menghindar sejauh-jauhnya dari Putra!" Teriaknya yang bergema di ruangan yang mendiami kesedihannya itu.

Nayya berlari keluar dari kelas dan menuju tempat dimana seharusnya dia selesaikan semuanya.
Air mata yang masih berjatuhan dengan raut wajah dan kondisi acak-acakan membuat Nayya semakin mati rasa akan hati yang begitu perih tanpa dibebankan alasan.

"Putra! Keluar lo sekarang!" Teriaknya sambil menggedor pintu ruangan itu dengan kasar, basecamp belakang sekolah.
Tak perlu lama seseorang membukakan pintu itu dengan kondisi yang tak kalah acak-acakan.

"Kenapa hm?" Tanya Putra santai dengan menghirup vapor nya.

"What? Lu masih bisa tanya kenapa hah?!" Nayya tak habis pikir dengan jalan pikirannya cowok di depannya ini, tidak ada yang menarik tapi mampu memikat hati wanita, sedikit dirinya merasa memang terpikat dengan Putra.

"Ck, alay lu." Tanpa bersalah Putra menghembuskan asap rokok elektrik nya itu tepat di wajah Nayya yang sudah sembab karena menangis.

Nayya membulatkan matanya tak percaya dan terbatuk-batuk akibat ulah Putra.

"Bajingan lu bangsat!" Umpatnya menampar keras pipi Putra.
Cowok itu sama sekali tak bergeming hanya diam menerima tamparan yang pantas ia dapatkan walaupun sedikit perih di sudut bibirnya.

"Lu jahat! Jahat! Lu bilang, lu suka sama gue! Lu sayang sama gue! Tapi kenapa lu nggak pilih gue tadi! Kenapa?!" Nayya memperkuat tangisannya sambil memukul dada Putraa dengan tenaga yang semakin melemah.

"Gue tau, lu nggak mau dekat-dekat lagi sama gue iyakan?! Kenapa nggak dari dulu lu bilang sama gue! Kenapa Putraaa hahh?!"

"Waktu gue udah peka sama perasaan gue buat lu, kenapa sekarang lu malah bikin gue benci?! Kenapa Put?! Jawab gue! Jangan cuma diam aja! Pengecut!
Lu jahat! Jahat! Hiks!"

Tanpa sadar kini wajahnya sudah ia tenggelamkan ke dada Putra dan menangis tersedu di dalam sana, Putra hanya bergeming dengan membiarkan Nayya menangis sepuasnya.
Didekapnya pundak yang bergetar itu, dipeluknya hangat membuat Putra semakin mepererat jarak di antara mereka.

"Gue nggak bermaksud bikin lu nangis gini, gue kira lu bahagia tanpa adanya gue di hidup lu, bukannya itu yang lu mau selama ini hm?" Nayya semakin memperkeras isaknya, hatinya seketika menghangat mendengar suara lembut Putra. Walaupun bukan itu yang ingin didengarkannya.

"Harusnya lu itu peka! Dengan lu bersikap seolah gue itu spesial, bukan berarti gue nggak mungkin berharap sama lu! Dan lebih bodohnya lagi, gue jatuh cinta sama cowok playboy, pacar orang, dan teman masa kecil gue sendiri. Gue nyaman sama lu put, walaupun lu suka ganggu gue, lu nyebelin, tapi gue nggak bener benci sama lu! Harusnya lu peka! Gue nggak mau lu pergi dari hidup gue hiks..."
Nayya mulai memukul dada Putra kembali untuk meluapkan emosinya yang selama ini tertahan.
Seakan tertegun dengan pengakuan Nayya, Putra makin mempererat pelukannya.
Sungguh, Putra tidak pernah menduga Nayya akan mengungkapkan perasaannya, ia pikir gadis yang sangat ia cintai ini tidak akan pernah membalas perasaannya.

Ia sangat menyesal mempermalukan Nayya di depan banyak orang.
Tapi percayalah, semua ini dilakukan karena sebuah alasan.

"Shtt... udah ya jangan nangis lagi. Maafin gue, gue emang cowok yang nggak peka, boleh gue minta satu kesempatan lagi untuk perbaiki semuanya tuan puteri?"
Nayya mengangguk dengan polos yang disambut kekehan Putra. Cowok itu menangkup kedua sisi wajah Nayya dan menatap wajahnya gemas. Menghapus setiap jejak air mata di pipinya dan tersenyum tipis agar Nayya berhenti menangis.

"Udah ah jangan nangis terus, udah jelek tambah jelek lagi" ledek Putra yang dibalas Nayya pukulan pelan di lengannya.

"Nyebelin emang!" Decak Nayya sambil terkekeh.

"Hehe, pulang yuk?" Nayya mengangguk dengan tersenyum tulus dan menerima uluran tangan Putra yang hangat.

😚😚😚

"Gue masuk duluan ya?"

"Nggak boleh gitu, gue juga ikut!"

"Tapi ini udah sore, lu langsung pulang aja, nanti Bunda cariin"

"Gue udah izin sama Bunda, katanya gapapa sesekali mampir ketempat calon mertua" Nayya merasakan pipinya yang memanas dan tersenyum malu. Ia membukakan pintu pagar yang diikuti Putra dari belakang dengan motornya.

"Maa, Nayya pulang!" Teriak Nayya riang saat sudah masuk ke dalam rumah.

"Wa'alaikumussalam," sahut wanita paruh baya dari dalam dapur di kediaman Pramana itu.
Nayya terkekeh melihat mamanya yang geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak tunggalnya.
"Hehe assalamu'alaikum ma"

"Kebiasaan deh kamu, kenapa nih kok kayaknya bahagia banget?"

"Assalamu'alaikum" susul seseorang dari pintu utama, Maya dan Nayya menoleh dan mendapati Putra yang sedang menyengir di sana.

"Eh ada calon mantu, wa'alaikumussalam Putra, sini duduk" Nayya membelalakkan matanya, semudah itu mamanya mengucapkan calon mantu?

"Ih apa sih ma" elak Nayya, mungkin kali ini ia bisa mengkhianati hatinya yang berteriak kegirangan secara tidak langsung.
Nayya tersipu malu dan mencoba menutupi rona merah di pipinya.
Melihat itu Maya hanya terkekeh, dia tahu Putrinya memang sedang jatuh cinta.

"Mama ke dapur dulu, itu lagi masak sama bi Murni buat makan malam"
Ujar Maya yang dibalas anggukan oleh dua remaja di depannya.

"Heh? Kenapa? Seneng gitu mama punya mantu kaya gue iya kan" goda Putra menyikut Nayya saat Maya sudah berlalu ke dapur.

"Apaan sih ga jelas!" Putra hanya tertawa melihat Nayya yang merona sambil pergi ke kamarnya.
Mengangkat bahunya acuh, Putra langsung menjajahi keluarga di kediaman Pramana tanpa rasa segan sedikitpun.

🎉🎉🎉

Cie yang udah lama nunggu YR update🤣🥳🎉🥰
Maap nih ya karena slow update:(
Ide nya mentok blom nyampe lagi ini otaknya sekian lama mager-mageran:v

Jangan jadi pembaca gelap yaa
Tinggalkan jejak kalian🥰❤️

Your rumorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang