Your rumors/28

1.1K 47 14
                                    

Ke-28
Thai tea

Di pagi secerah ini, gadis berseragam putih abu-abu itu menyapu peluh yang berjatuhan di pelipisnya.
Hampir saja ia kesiangan hari ini karena harus menemani Putra semalaman yang enggan pulang ke rumahnya sendiri.

Sekali-kali ia tertidur di atas sofa dengan keadaan terduduk, sedangkan Putra masih segar dengan matanya sambil menyaksikan siaran sepak bola.
Terlebih lagi mamanya yang mengomel saat Nayya mengusir Putra dengan secara terang-terangan.
Jadilah ia tidur jam 2 pagi, dengan cengiran tanpa rasa bersalah Putra.

"Kenapa tu mata lu? Kok jadi sembab gitu?" Tanya Pero menyipitkan matanya, Nayya tidak bodoh, ia tau matanya yang membengkak diakibatkan kemarin menangisi Putra dan tidur terlalu larut juga karena cowok itu. Dengan bodohnya lagi ia mengungkapkan isi hatinya secaraa terang-terangan.
Betapa menyesalinya ia sekarang, setelah ini Putra pasti akan menggodanya habis-habisan.

"Gue tau lu pasti kemarin nangis kan? Dih gue nih ya kalau mau nangis kejer tu ya di rumah, dari pada di sekolah, tau gak kenapa?" Nayya menggelangkan kepalanya,
"Kalau ada yang ikutan nangis padahal sekolah udah sepi kan gak lucu"
Perempuan berkaca mata itu terkekeh geli melihat reaksi Nayya yang langsung berubah masam.

"Udah ah berisik lu, itu upacara udah mau dimulai, masih aja ngobrol di barisan!" Ketus Nayya tidak mau membahas perihal nangis-menangis, jujur saja ia sedikit merinding kalau memang benar waktu itu ada yang ikutan menangis dan langit sudah gelap, tidak segan-segan ia akan membakar sekolah.
(Eparah-parah:v cita-cita bangsa ni btw)

"DUARR!" Teriak seseorang di belakang Nayya yang terpekik kaget.

"Ihh ngagetin tau!" Nayya yang kesal menyubit geram perut Putra yang cekikikan.

"Aw aw ampun ampunn" Putra meringis kesakitan lalu setelahnya terkekeh melihat perubahan raut wajah Nayya yang mencebik kesal.

"Ngapain lu di sini?" Ketus Nayya.

"Baru aja sayang-sayangan, udah digalakin," cibir Putra yang langsung mendapatkan pelototan dari Nayya takut terdengar dengan murid lainnya.

"Ekhem, udah sayang-sayangan aja nih yee" goda Pero menaik turunkan alisnya mendengar perkataan Putra yang bisa dibilang volumenya tidak pelan.
Bahkan siswa lain pun mendengar dan tidak segan-segan tersenyum menggoda menatap dua sejoli yang sedang bercengkrama di belakang barisan saat upacara bendera baru saja dimulai.

Nayya tertunduk malu merasakan muncul semburat merah di pipinya.
Jika saja semenit yang lalu mereka tidak sedang melaksanakan upacara, dipastikan Nayya akan memelintirkan bibir Putra hingga manyun.
Tapi ia mengurungkan niatnya malas diberi hukuman karena sudah menganiaya salah satu pangeran sekolah.

"Lo ngapain sih, barisan kelas lo kan bukan disini!" Bisik Nayya takut salah satu petugas memergoki mereka yang berbicara di barisan.

"Gue maunya di sini gimana?" Tantang Putra menaikkan sebelah alisnya.
Nayya mendengus di tempat tanpa mau kembali mengajak ngobrol manusia paling menyebalkan yang sayangnya dia suka.

"Kok diem?" Bisik Putra menggoda, lalu terkekeh melihat wajah Nayya yang memerah tapi bukan karena dirinya, melainkan teriknya matahari pagi itu.

Putra melarikan sebelah tangannya ke udara dan menghalangi masuknya akses cahaya matahari yang menerpa wajah Nayya.
Nayya tertegun saat Putra menariknya lebih mendekat pada tubuh cowok itu dan tangannya yang rela tertahan di udara untuk melindungi Nayya dari panasnya matahari.

Your rumorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang